"Siapa?""Saya," sahut Samuel.
Delta menoleh syok. Mata itu membulat seketika, dia pun menggeleng. "Gak, gak mungkin pak! Bapak pasti salah orang. Saya ini bukan anak bapak!" Bentaknya. Jujur, Delta belum menerima semua ini, ini terlalu mengejutkan untuk dirinya.
Samuel berjalan kearah Delta. Dia memberikan hasil tes DNA nya dengan Delta. Ia tau Delta itu tidak bodoh.
Delta menerima itu. "I-ini... Gak mungkin!" Bantahnya dan membuang kertas itu. Samuel menatap sendu putrinya yang menangis dengan tatapan tak percaya. Sesuai dugaan Samuel, Delta sulit di yakinkan.
"Sayang...." Sang Nenek berusaha menenangkan Delta. Tapi Delta langsung pergi menuju ke kamarnya, dan menutup pintu rapat-rapat. Dia butuh waktu sendiri.
Hening, itulah yang terjadi sekarang.
"Delta sulit menerima ini semua nak," kata sang Nenek. Dia menatap sedih kearah Samuel. "Tapi perlahan kami akan yakinkan dia. Pasti berat berpisah dengan Anak mu begitu lama...."
Samuel meraup wajahnya. Dia kemudian tertawa perih. "Seandainya saya tidak gegabah waktu itu.... Seandainya."
Sang Kakek menenangkan Samuel. "Tenang lah, Delta itu anak yang baik. Dia hanya butuh waktu sendiri."
"Aku harap begitu, aku sangat menyesal. Sungguh."
"Kami percaya padamu, nak," sahut sang Nenek.
***
"Delta? Buka pintunya sayang. Nenek ingin bicara." Sang nenek terus membujuk Delta. Sedangkan Delta dia sedang terduduk di pinggir kasur, dan pandangan gadis itu kosong.
Banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan.
"Sayang? Nenek akan menjelaskan semuanya... Nen-"
Belum sempat menyelesaikan ucapannya, pintu kamar sudah di buka. Tampak lah sosok Delta yang jauh dari kata rapi. Mata itu membengkak.
"Yaampun, Delta!" Sang Nenek langsung menghampiri Delta dan menyuruhnya untuk duduk di pinggir kasur. "Nenek tau ini sulit," lanjutnya.
Delta diam.
"Delta tau? Walaupun Delta bukan cucu kandung kami. Tapi Delta itu sudah menjadi cucu Nenek. Kamu itu adalah malaikat yang di titipkan pada kami," jelas sang Nenek.
"Nenek bisa cerita sekarang?" Tanyanya, dan Delta pun mengangguk.
"Dulu kami tidak sengaja mendengar suara tangisan bayi disekitar kebun temannya Kakek. Nenek mencoba mencari sumber suara, dan betapa terkejutnya Nenek saat menemukan Baby Cantik yang sedang menangis, dan itu kamu.
"Kakek mu juga terkejut, dan kami memutuskan membawamu kerumah kami. Kamu tau apa yang kami temukan saat membersihkan mu? Sebuah kalung, dan sebuah tato bunga mawar di lehermu." Nenek menunjuk leher dan kalung yang Delta kenakan.
"Tidak cuma itu, kami juga menemukan sebuah kertas yang berisikan Namamu disana. Delta Amaira Ramos. Nama yang sangat indah sekali.
"Nenek sempat berpikir, kenapa ada orang yang tega membuang anak baby ini? Tapi saat Nenek melihat ada beberapa uang dan mainan baby, Nenek yakin orang itu terpaksa melakukan ini. Apalagi saat nenek melihat ada noda darah di kain."
Delta menatap Neneknya tertarik. "Terus?"
"Terus, nenek memutuskan untuk mengadopsi mu. Dan nama yang kamu gunakan sekarang adalah nama yang kami temukan. Kami menemukan mu disaat usia 6bulan."
Delta menunduk, dan meremas ujung bajunya. "Itu alasan Nenek tidak bercerita tentang orang tua ku selama ini?" Nenek hanya mengangguk.
"Sayang, kamu tau? Samuel adalah orang baik. Dia mencarimu selama 17 tahun ini, dan sekarang takdir mempertemukan kalian."
Delta terdiam. "Apakah nenek tidak sedih?"
"Untuk apa nenek sedih, disaat nenek melihat mu bahagia? Nenek tau selama ini kamu menginginkan orang tua, jadi Nenek mohon jangan membohongi dirimu sendiri, Delta.
"Nenek tidak bisa egois, nenek juga sedih berpisah jauh dari malaikat nenek. Tapi nenek sadar, ini semua salah, sayang." Delta menangis, yang dikatakan neneknya memang benar adanya. Dia kesepian.
"K-kalau dia bawa aku pergi, Nenek dan Kakek?"
"Kami sudah biasa sendiri, sayang." Nenek mengecup kening Delta. "Mungkin nenek akan merindukan mu nanti," katanya.
Delta kembali menangis, jujur sekarang perasaan nya campur aduk. "Delta sudah menerima semua. Delta ikhlas nek."
***
Sekarang Delta sudah mengemasi barang-barangnya. Dia juga sudah berpamitan dengan Sari, dan anak itu menangis sejadi-jadinya, dan juga terkejut.
Delta siap. Sekarang Delta akan pergi ke jakarta, tempat orang tuanya tinggal. Dan Delta sedih marena harus berpisah dengan Kakek, Neneknya.
"Sudab siap?" Tanya Nenek, Nenek tersenyum lembut. Tapi di matanya tersirat akan kesedihan.
Delta mengangguk, dan berjalan kedepan untuk menemui Samuel. Samuel tersenyum dan mengusap kepala Delta. Delta cukup canggung karena dia tidak terbiasa.
"Ayo," ajak Samuel. Delta berpamitan dengan Kakek dan Neneknya. Sampai mereka berpisah dengan kesedihan dan kebahagiaan. Delta melambaikan tangannya dari dalam mobil.
Disamping nya ada Samuel yang menepuk-nepuk pelan kepalanya lembut. Delta tersenyum...
"Emm, pa-"
"Daddy, sayang," tegur Samuel. Ya, Delta masih belum terbiasa dengan ini. Tapi Delta akan berusaha
"Maaf, D-daddy," gumamnya. Samuel gemas, dan menyuruh Delta berbaring di pahanya. Dia tau anak itu belum terbiasa naik mobil. Delta langsung berbaring, dan mulai tertidur.
Samuel tersenyum sambil memainkan anak rambut Delta. "Daddy akan menjaga mu," bisiknya.
Beberapa jam berlalu, dan sekarang mereka sudah sampai. Samuel sempat mengabarkan ketiga anaknya yang lain, bahwa Adek mereka sudah ditemukan dan akan sampai hari ini.
Delta menggeliat saat Samuel menggendongnya pelan. Samuel takut putrinya terganggu, jadi dia berusaha untuk hati-hati.
Saat memasuki pintu mansion, Sudah ada ketiga anaknya yang lain di sana, duduk di ruang tamu. Menatap Samuel dan menatap Delta yang tertidur sangat pulas di gendongan Daddy mereka.
"Apa dia tidur?" Tanya salah satu dari mereka. Samuel menyuruh mereka untuk diam agar Delta tidak terbangun. Mereka mengangguk dengan lesuh.
Samuel membaringkan Delta di kasur. Dia tersenyum lembut. "Istirahat lah, sayang. Daddy akan kembali," bisiknya dan memberikan sebuah kecupan di pipi Delta.
Samuel turun kebawah. Dan langsung mendapatkan tatapan dari anaknya. "Apa?" Katanya.
"Daddy mengejutkan kami! Daddy tau kan bahwa aku sangat terkejut?!" Ketus salah satu dari mereka, anak ketiga-Rafa juana Ramos.
"Kalian tidak tau betapa susah dia di bujuk," balas Samuel. Dia duduk di sofa, di ikuti ketiga anaknya.
"Apa dia mabuk tadi?" Tanya anak sulungnya-Varosya Ramos.
"Tidak, dia hanya tertidur. Mungkin karena lelah."
Varo mengangguk, dan memikirkan adek bungsunya itu. Sudah lama mereka tidak bertemu, dan akhirnya tuhan mengabulkan doanya selama ini.
"Dia hidup dengan baik, dad?" Tanya anak kedua-Raka Josua Ramos. Dia kakak kembar dari Rafa.
Samuel terdiam. "Dia hidup cukup susah. Tapi dia anak yang kuat, dia cerdas. Daddy bangga padanya."
"Aku tidak sabar menunggu dia bangun. Apakah aku harus membangunkannya?" Ujar Raka, dia tersenyum miring. Dan mendapatkan tatapan maut dari ketiga orang di sana. "Oke-oke kalem, aku hanya bercanda!" Ungkapnya.
"Jaga dia," kata Samuel, dan mereka bertiga mengangguk semangat. Tanpa di suruh mereka akan melakukan itu.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Delta
Teen FictionDelta Amaira R, adalah anak yang ceria meski dia hidup di desa pas-pasan. Delta tinggal bersama Kakek dan Neneknya, dia juga tidak tau siapa orang tuanya. karena Kakek dan Neneknya tidak pernah membicarakan orang tuanya. tapi suatu hari, ada seseora...