(09) Hari Pertama

101 11 2
                                    

"hai semua, perkenalkan nama aku Delta Amaira Ramos. Salam kenal semuanya," tutur Delta memperkenalkan diri pada semua teman kelas barunya. Mereka yang ada disana memandangi Delta dengan berbagai macam tatapan.

"Silahkan duduk Delta." Delta mengangguk dan duduk di bangku yang kosong, hanya itu bangku yang kosong. Dia duduk disamping seorang pemuda yang sedang tertidur menutupi wajahnya.

Apakah Delta harus menyapa pemuda ini? Tapi dia sedang tidur, pasti tidak enak kan jika membangun kan nya?

"Baiklah anak-anak, mari buka buku cetaknya halaman 134, tentang...." Guru mulai menjelaskan, Delta memperhatikan dengan baik. Sampai suara teman sebangku nya itu membuat Delta menoleh.

"Beli di mana Parfum lo?" Tanyanya masih menutupi mukanya dengan sweater berwarna hitam. Delta menatap canggung, apakah bau dirinya sangat tidak menyenangkan?

"M-maaf ya, tapi aku gak pake parfum tadi. Gak sempat," balas Delta.

"Hm?" Pemuda itu menyingkirkan Sweater itu, dan terpampang lah wajah tampan nya, walau ada bekas luka di sekitar matanya. Delta terpana! Walau pemuda itu masih rungau, dia tetap tampan.

"Terpesona lo?" Celetuknya.

"Ah, iya!"  Celetus Delta tanpa sadar, dia langsung menutup mulut nya sambil menatap syok. Bisa-bisanya dia malah keceplosan.

"Haha, lo bodoh ya?"

"Apa?" Delta heran, kenapa ucapan pemuda itu malah membuat dia kesal? Benar-benar tidak sopan.

"Kalian yang di belakang, diam! Atau keluar?" Delta terkejut dan langsung menunduk takut, ini hari pertamanya, dan dia sudah berbuat salah. Berbeda dengan pemuda itu yang kembali tidur setelah menguap lebar.

"ALGER VERNANDO GRISAM! KELUAR DARI KELAS SAYA SEKARANG!!"

***

"Sini dek!" Raga melambaikan tangannya, dan orang-orang yang melihat itu jadi penasaran, ada juga yang iri, dan benci. Ya, rata-rata yang benci dan iri adalah kaum hawa tentunya.

Delta berjalan pelan, belum sempat sampai setengah jalan, dia ditabrak oleh seorang siswi yang terlihat tomboy?

"Aduh, sorry, gue gak sengaja," katanya. Delta hanya mundur beberapa langkah saja, sedangkan gadis tomboy itu ketumpahan minuman di sepatunya.

"Aku gapapa, kamu gimana?" Tanya Delta khawatir. Gadis tomboy itu terdiam menatap lamat wajah Delta dari dekat, ia seperti kenal dengan gadis ini.

"Lo yang di mall waktu itu kan?" Delta tersentak, setelah diamati lagi ternyata menang benar. Delta ingat, gadis ini yang menabraknya di mall waktu itu.

"I-iya." Delta pikir gadis ini akan kesal, tapi ternyata tidak. Dia malah memegangi tangan Delta dan meminta maaf padanya.

"Maafin gue ya soal yang waktu itu, gue buru-buru banget, dan emosi gue lagi gak baik," jelasnya. Delta bingung, tapi Delta mengangguk saja, toh dendam juga tidak baik.

"Adek!" Raga sampai di samping Delta dan menarik adiknya itu menjauh dari si gadis tomboy.

"Lo?!" Tunjuknya terkejut, sebab penampilan gadis itu sangat berbeda dengan saat berada di mall. Yang awalnya feminim, malah jadi tomboy seperti ini.

"Ya, ya. Gue tau, dan gue minta maaf," ketus gadis itu namanya Violetta Sky Abraham. Gadis tomboy yang kalau dirumah harus feminim karena ibunya.

"Lo murid baru?" Tanya Raga memastikan, sebab ia petama kali melihat wajah Violet di sekolah ini.

"Iya, baru pindah hari ini," jawab Violetta tak acuh.

Delta melirik sepatu dan ujung celana Violet yang basah.ya, Violet bersekolah bukan menggunakan rok, tapi celana. Alasannya sederhana, dia tidak nyaman pakai rok, apalagi yang pendek.

"Celana sama sepatu kamu basah," celetuk Delta.

Violet menoleh, dan mengangguk singkat. "Sorry untuk yang tadi, gue ke toilet dulu." Dia pergi meninggalkan Delta yang tersenyum, sedangkan Raga cemberut kesal.

"Abang, mana bang Rafa?" Tanya Delta menatap sekeliling, tapi abang kembar nya itu tidak ada.

"Dia mah si paling sibuk, rapat OSIS katanya." Delta mengangguk dan makan bersama Raga. Hanya berdua, dan entah kenapa Delta merasa tidak nyaman saat seluruh tatapan mengarah pada dirinya.

***

Delta menatap sekeliling saat jam istirahat ke dua, dia sendirian, tidak ada teman. Entah kenapa Delta merasa pandangan orang-orang terhadapnya sangat aneh. Seolah-olah mereka sengaja tidak mau mendekati Delta.

"Rumor itu benar gak sih, kalau dia anak haram?"

Langkah kaki Delta terhenti saat ada segerombolan siswi yang bergosip tentang dirinya.

"Kayak nya bener deh. Lihat aja gaya nya yang kampungan itu, pasti gak pernah disayang sama keluarganya."

Tangan Delta mengepal erat, ingin sekali Delta berteriak tapi dia tidak punya keberanian seperti itu. Ditambah mereka berkelompok, yang pasti Delta akan kalah jika sendiri.

"Iya, dia norak, jelek lagi. Gak kayak abang-abang nya yang ganteng bangett."

"Keliatan sih, dia gak pernah perawatan. Mukanya kusam."

"Orang kayak gitu jadi putri keluarga Ramos? Rugi banget dong."

"Ibunya pasti jalang."

"Mau gue lempar keluar dari sekolah ini?" Suara seseorang memberi peringatan yang langsung membuat tersangka menciut.

Delta mendongak dan matanya melotot saat melihat teman sebangkunya yang baru menolong.

"Hobi banget ngurusin hidup orang, kayak hidup sendiri udah lurus aja." Mereka diam dan bergetar, mereka masih waras untuk tidak kehilangan nyawa mereka sesegera mungkin.

"Cabut," Tekannya, dan mereka semua langsung kabur secepat kilat.

Delta terkesiap, dia jadi menilai teman sebangkunya ini adalah orang yang baik. "Makasih ya," katanya.

Pemuda itu melirik sekilas. "Lain kali jangan diam doang."

"I-iya, makasih banyak udah nolongin." Dta tersenyum lebar.

Pemuda itu mendengus malas. "Nama gue Alger," katanya dan pergi dari sana tanpa kata lagi membuat Delta melongo tak percaya.

"Alger?"

Tbc


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DeltaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang