(06) Perkara WC

116 12 0
                                    


"Siapa yang bilang gitu sama kamu?" Nada suara Varo terdengar rendah. Membuat Delta merinding.

"A-aku dengar dari tante-tante yang sering lewat," jawabnya gugup. Apakah Varo marah dengan nya?

Varo diam-diam meremas seprai, urat-urat di lehernya terlihat jelas menandakan dia marah. Bukan pada Delta, tapi pada orang yang sudah berbicara omong kosong pada adiknya.

"Kak?" Varo tersadar dan berusaha mengontrol diri. Dia mengusap pipi Delta pelan.

"Sebaikanya jangan dengarkan omongan orang ya? Kamu itu bukan penyebabnya, kamu itu hal yang membuat mommy bertahan. Kamu itu anugrah tuhan, jadi jangan sesekali kamu mikir yang enggak-enggak, ya?" Nada lembut saat Varo bicara membuat Delta tenang.

"Maaf kak," ucapnya.

"Kakak gak marah," dia mengelus kepala Delta lembut. "Istirahat ya? Habisin susunya, kakak mau ke kamar dulu," lanjutnya.

"Iya kak." Varo tersenyum dan pergi dari sana.

***

"Ada apa Varo?" Tanya Samuel, tumben putra sulungnya menemui nya malam-malam begini.

Varo menatap tajam Samuel. "Kau membiarkan tikus-tikus itu berkeliaran dad," ucapnya. Terdengar dia sedang marah.

Wajah Samuel menggelap, dia tau maksud putranya. "Sudah kau urus?"

"Cihh, bahkan saat itu juga aku sudah membunuh tikus itu! Menjijikkan!"

"Bagus, selanjutnya biar Daddy yang urus," Katanya. "Bersihkan noda darah di pakaian mu, nanti Delta melihat."

Varo mengangguk. "Lain kali jangan sampai seperti itu lagi Dad! Aku membenci tikus!" Dia pergi dengan menutup pintu ruang kerja Samuel dengan keras.

Samuel terkekeh, begitulah sikap Varo. Sangat mirip dengan dirinya, ahh, dia jadi merasa punya kembaran. Dengan cepat dia duduk sambil melihat foto mendiang istrinya. "Kau memberikan banyak sekali jenis sifat padaku, mereka dunia ku, tidak akan aku biarkan masa lalu datang lagi, aku janji. Aku mencintaimu," gumamnya dan mengecup foto itu sekilas.

***

"Argh! Aku butuh kamar mandi!" Teriak Delta dari tangga. Kebetulan kepala pelayan sedang lewat dan menatap bingung pada anak majikannya itu.

"Ada apa nona?" Tanyanya. Wajah Delta semakin tak tertahan.

"Aku membutuhkan kamar mandi bi! Kamar mandi!" Dia melompat-lompat kecil sambil memegang perut nya.

"dikamar non kan ada kamar mandi!" Kepala pelayan itu mendadak hebo. Pasalnya dia panik karena melihat tingkah aneh si bungsu itu.

"Gak bi! Di sana wc nya duduk! Aku gak bisa pakai wc duduk!" Kepala pelayan itu melongo tak percaya. Sebenarnya nona nya ini dari mana?

"Aduh, non. Ayo ikut bibi ke belakang, di sana ada wc jongkok," ajak nya. Delta mengikuti dengan tak sabaran, ayolah dia sudah di ujung tanduk.

Saat sampai dapat Delta lihat sebuah rumah yang berada terpisah, dengan cepat Delta langsung pergi berlari menuju kamar mandi.

Kepala pelayan itu duduk menunggu di teras tempat tinggal nya. Dai bahkan sampai tertidur karena menunggu Delta.

Delta keluar kamar mandi, saat berjalan keluar dia mendapati kepala pelayan yang sedang tertidur, dengan tak enak hati Delta membangunkan nya. "Bik?"

"Ah, ya!" Wanita itu tersentak, dan langsung menatap kearah Delta.

"Hehe, maaf ya bi udah nunggu lama. Aku kalau lagi BAB emang suka lama." Ya, Delta mengeram di wc hampir satu jam lamanya.

Wanita itu mengangguk kaku. "Gapapa non, sekarang ayo ke dalam. Bibi masih punya kerjaan nih," ajaknya. Delta mengangguk dan masuk melalui jalan belakang.

Prang!

Terdengar suara pecahan dari arah ruang tengah, dengan cepat Delta berlari menuju sana. Ia panik! Apakah ada maling?!

Deg!

Beberapa guci mahal pecah tak terbentuk lagi. Delta menatap horor kearah Raka yang mengamuk. "Bang?" Panggil Delta pelan. Dan saat itu juga Raka langsung menoleh kearah Delta, pemuda itu berlari dan langsung memeluknya erat.

"Anjir! Gue takut lo hilang lagi! Lo kemana aja?!" Raka menatap garang Delta, Delta hanya menatap polos.

"Tadi aku kekamar mandi, bang," jawabnya.

Raka menatap tajam Delta. "Bohong! Gue cari tadi lo gak ada, bangsat!" Bentaknya. Ingat kan, bahwa Raka orang nya suka bentak.

Delta melirik takut-takut. "A-anu... Aku tadi kebelet BAB, dan waktu aku lihat di kamar mandi atas, wcnya wc duduk! A-aku gak bisa pakai wc duduk," jawabnya.

Raka menatap tak percaya. "Wtf! Lo gak bisa wc duduk? Jadi lo kebelakang dan numpang disana?"

Delta mengangguk pelan. "Iya bang, hehe."

"Selama satu jam ini lo jongkok?!" Raka di buat menganga ketika Delta kembali mengangguk.

Dengan cepat Raka langsung menggendong di bungku ala bridal style, Delta hanya diam tak berani memberontak. Delta di bawa ke kamarnya, dia menatap heran Raka yang sedang menelpon seseorang.

"Halo dok! Cepat ke mansion saya!"

Delta menatap aneh Abang kembarnya itu, apakah ada yang sakit di sini?

"Abang kenapa nelpon dokter?" Tanyanya.

"Udah, lo diam aja! Tunggu di sini sampai dokternya datang!"

Delta hanya diam, sambil sesekali melamun akan tindakan Raka yang sangat aneh. Atau, apakah Raka yang sakit? Atau terluka?!

"Abang luka?!" Tanya nya panik, dia menarik lengan Raka, membuat Raka jatuh di kasur. Delta memeriksa semua yang ada, tapi dia tidak menemukan luka.

"Siapa yang sakit?" Tanya Raka. Delta melogo. Dan suara dokter pun membuat mereka terkejut.

"Ada apa tuan muda?" Terlihat dokter itu menarik nafas dalam-dalam. Mungkin dia berlari?

Raka bangkit dari kasur. "Periksa adek saya dok!" Dokter langsung mengangguk dan mendekat kearah Delta.

"Ada keluhan, nona?" Tanyanya. Delta bingung, ada apa ini?

"Aku gak sakit kok."

"Tapi tadi," sang dokter meminta penjelasan pada Raka. Raka menatap galak dokter itu.

"Dia jongkok di wc selama satu jam lebih!! Dia pasti capek dan kaki nya keram!"

Dokter itu kembali di buat tak berkutik dengan anak dari majikannya ini. Astaga...

Sedangkan Delta, dia terdiam dengan kebodoh-ahh abaikan saja.

Bersambung....

DeltaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang