1 | Kembali Bertemu
My Lady calling ....
Mulanya Drew malas-malasan ketika menghampiri ponsel yang berdering pelan di atas tempat tidur, namun begitu membaca nama kontak yang menghubunginya, ia lekas sedikit menarik sudut-sudut bibir.
"Halo ...," ucapnya membuka obrolan. Dan satu kata tersebut langsung disambut berondongan kalimat lucu yang terdengar lumayan menggebu-gebu.
"Pelan-pelan, Ruth ...." Drew mengingatkan. Pasalnya ia mulai kesulitan menangkap cerita dari perempuan yang paling disayanginya di dunia ini. "Aku pasti dengerin. Nggak perlu buru-buru."
"Aku kesel banget, ih ...."
Ruth mengeluh untuk kesekian kalinya dalam dua bulan terakhir. Lalu sebagai pendegar yang baik, Drew akan menyimak secara lengkap sebelum nantinya memberikan tanggapan sekedarnya.
"Ah ... sebel ... asli nyebelin banget!"
Belum ada sepatah pun kata yang Drew lontarkan. Pria yang masih mengenakan setelan kantor itu sesekali cuma tersenyum kecil lantaran reaksinya terhadap sesuatu yang tengah Ruth beberkan padanya.
Ternyata masih masalah yang sama.
"Aku mesti gimana?"
"Jangan nangis ...." Si putri manja kesayangan Ferdi ternyata masih saja kekanakan meski telah menjadi seorang ibu.
"Aku frustasi ...."
Drew berjalan ke arah kamar mandi. Sambil memegang ponsel di tangan kiri, ia melepas kancing kemeja menggunakan jari-jari tangan kanan. "Bukannya memang begitu resikonya?"
Setiap pilihan pasti memiliki konsekuensi tersendiri, apa pun itu. Sepertinya Ruth perlu diajari caranya menerima dengan lapang dada segala jenis efek samping dari sebuah pilihan. "Itu keinginan kamu sendiri."
"Iya sih, tapi ...."
Selama Ruth menggantung kalimatnya, Drew mencari handuk bersih yang biasanya disimpan di laci meja wastafel.
"Yaudahlah males aku mau bahas lagi."
Drew tumpukan salah satu telapak tangannya di samping kran air. "Gimana kabar anakku hari ini?" Ia teringat pada Linggar, balita lucu yang sekarang sedang memasuki fase belajar berjalan.
"Dia habis mecahin vas bunganya Mama." Ketika topik beralih mengenai anak, intonasi Ruth berubah drastis. Suara yang tadinya merengek-rengek layaknya orang yang mau menangis, kini jadi sedikit ceria. "Tadi pagi dia udah bisa jalan lima langkah loh."
"O,ya?" tanya Drew takjub. Merasa ikut mengurus dari si bayi masih berada dalam kandungan, ia turut bangga dengan perkembangan Linggar yang luar biasa. Usianya baru genap sembilan bulan, tapi penerus keluarganya itu sudah bisa mengungguli balita-balita sebayanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katalog Prolog
ChickLitKumpulan semua prolog dari cerita yang sudah selesai saya tulis atau yang akan saya rangkai. Selamat memilih. Ada juga cerpen yang bisa menemani kalian menghabiskan waktu senggang.