LANGGENG

845 66 7
                                    


Prolog



"Bu ... kening Ibu berdarah!"

Rea abaikan seruan dari laki-laki paruh baya yang merupakan sopir pribadinya. Konsentrasinya tertancap penuh pada seorang gadis yang baru saja dialihkan dari mobilnya oleh para perawat ke atas brankar.

"Bu ...," panggil Tono setengah berteriak. Dia menganggap sang majikan tak mendengar kata-katanya.

Rea akhirnya menoleh sesaat. "Saya baik-baik saja, Pak ... Pak Tono nggak perlu khawatir." Tono berjalan di sebelahnya, sama-sama mengikuti laju brankar yang didorong kencang di depan mereka.

Dua menit berselang, Rea berakhir dengan berdiri di depan sebuah ruangan yang tak boleh sembarangan dimasuki orang.

"Maafkan saya, Bu ... saya kurang hati-hati," ucap Tono sebelum menundukkan kepalanya dalam. Dia yang tadi sedang menyetel audio mobil, tak terlalu memperhatikan keadaan jalan yang dilewatinya karena memang tampak sepi.

Menghela napasnya lelah, Rea lantas mengistirahatkan punggungnya di pilar yang cukup besar. "Nggak apa-apa, Pak ...." Bukan sepenuhnya salah Tono. Ini murni kecelakaan. Gadis itu juga sepertinya menyeberang tanpa menengok ke kiri-kanan. "Kita berdoa ... semoga dia baik-baik saja."

"Iya, Bu ...." Tono mendekat. "Apa Ibu nggak mau memeriksakan luka Ibu? Mumpung masih di rumah sakit." Diperhatikannya darah yang masih menetes dari atas pelipis majikannya itu.

Rea mengusap basah di pipi samping telinga. Tangannya lalu dibawa ke depan mata. Ah, darahnya lumayan banyak. Pantas Tono tampak khawatir. Padahal dia hanya tergores besi snelhecter yang tadi tengah dipegangnya saat mobil direm mendadak. "Nanti saya periksakan, Pak ... saya mau ke toilet dulu."

Mengikuti petunjuk yang tertempel di dinding rumah sakit, Rea mencari keberadaan toilet. Dia berjalan dengan kecepatan rendah. Kepalanya terasa pening. Entah lantaran luka di kening atau karena hal lain, hal yang berhubungan dengan suaminya.

Rea belum sempat memasuki bilik toilet ketika secara tak sengaja, bola matanya menangkap sosok perempuan yang sangat familiar baru saja keluar dari sana. Perempuan yang usianya nyaris menyentuh angka lima puluh lima tahun tersebut kemudian menjauh bersama seorang perempuan yang lebih muda.

Perempuan itu ... ibu mertuanya dan Hulya.

Tak ayal Rea mengernyit. Untuk apa ibu kandung Candra itu ada di rumah sakit ini? Sementera perempuan itu adalah pemilik dari salah satu rumah sakit dengan fasilitas yang lengkap yang terletak di pusat kota.

Memeriksakan diri? Mengapa harus jauh-jauh begini? Lagipula dari yang Rea lihat, ibu mertuanya sehat-sehat saja.

Instingnya mengatakan ada yang tidak beres. Rea lantas mengikuti ke mana langkah mertuanya pergi. Hingga ketika dua orang yang sedari tadi tertawa bersama itu memasuki kendaraan roda empat, dia lekas berlari untuk menghentikan taksi yang baru saja menurunkan penumpang di depan lobby.

"Ikutin mobil hitam di depan itu, Pak ...," perintah Rea setelah sang sopir taksi menanyakan tujuannya. Dia lalu merogoh kantung blazer bermaksud mengambil ponsel. Diketiknya sederet pesan untuk Tono yang meminta pria itu agar menunggui korban tabrakan yang masih ditangani oleh dokter sampai dia kembali ke rumah sakit.

Cukup lama waktu yang Rea butuhkan untuk mengetahui ke mana ibu mertuanya akan membawa Hulya. Hingga satu jam kemudian, kendaraan yang diintainya, berbelok memasuki kawasan apartemen yang Rea hafal di luar kepala.

Hulya tinggal di sana?

Sejak kapan?

Sepertinya tidak mungkin.

Rea semakin yakin bahwa ada hal yang tak biasa. Dia putuskan akan mengekor hingga ke depan pintu unit apartemen yang keduanya tuju. Semoga ... bukan unit milik Candra.

Namun, harapannya pupus ketika keluar dari kotak besi kemudian menemukan dua perempuan itu sekarang sedang berdiri di depan apartemen suaminya yang berada persis di dekat lift.

"Tante senang sekali cucu Tante yang ada di perut kamu ini sehat."

Kalimat yang diakhiri dengan kekehan ringan tersebut hinggap di telinga Rea yang menyembunyikan diri di balik dinding. Sejenak dia menjadi linglung.

Cucu?

Candra merupakan anak tunggal.

Jika sang ibu mertua mengatakan cucu, apakah artinya ... Hulya sedang mengandung anak suaminya?



---------------



Langgeng masih on going di wp.

Versi lengkap sampai ekstra part ada di Karyakarsa.

Katalog Prolog Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang