Limerence 44: Ingin menjadi pendengar yang baik

77.6K 3.8K 6
                                    

Mayra, Bella, dan Vero terlihat bersenang-senang menikmati waktu mereka bersama.

Kini mereka keluar dari toko mainan menuju toko es krim.

“Mm, Mayra? Hay!” Daffa menghampiri Mayra.

“Hay, Daf!" Balas Mayra ramah.

“Sedang apa? Kamu sendiri?" tanya Daffa.

“Aku datang bersama putri dan mertuaku,” jawab Mayra.

“Apa?! Jadi kamu benar-benar sudah menikah? Kamu benar-benar menikah dengan Malvin?" Daffa menatap Mayra serius.

Vero menoleh dan melihat mereka. Dia buru-buru membawa Bella dan menghampiri mereka.

“Kenapa kamu selalu muncul dalam kehidupan kami? Jangan pernah mengganggu keluarga ku lagi!" Tegas Vero pada pria itu.

Mayra menatap Vero dan Daffa karena tidak mengerti.

“Cukup sekali saja, Daffa! Aku memperingati mu!"

“Tunggu sebentar! Aku mengenal Mayra lebih dulu dari kalian semua," balas Daffa santai.

“Om jahat jangan ambil mommy ku! Mommy milik Bella dan daddy!" Bella memeluk Mayra dan menatap tajam Daffa.

“Senyuman mu mirip sekali dengan Viona. Kamu mewarisi rambutnya juga,” ucap Daffa.

“Brengsek! Pergi atau aku akan menyeret mu!" Marah Vero memegangi cucunya erat.

“Tenanglah! Aku akan pergi. Sampai jumpa, Mayra." Daffa pun langsung pergi dengan santai.

Dua orang pengawal baru datang dan mereka dimarahi habis-habisan oleh Vero.

“Lakukan tugas kalian dengan baik!” Vero memperingati. Dengan sisa kemarahannya, dia membawa cucu dan menantunya memasuki toko es krim itu.

“Mommy, jangan pergi! Bella tidak mau mommy pergi.” Bella memeluk Mayra sangat erat.

“Mommy tidak pergi, sayang. Mommy akan selalu bersama Bella dan daddy.” Mayra menenangkan Bella yang bersedih itu.

Vero menatap sekitar kemudian melihat interaksi keduanya.

“Mengenal pria tadi sejak kapan?" tanya Vero.

Mayra menoleh. Dia terkejut dengan respon Vero terhadap Daffa, suaminya pun pernah melakukan hal yang sama.

“Kurang lebih empat tahun yang lalu, ma. Mayra bekerja di salah satu coffee yang bekerjasama dengan perusahaannya,” jawab Mayra.

“Kamu tidak mempunyai hubungan dengannya, kan?”

“Mm? Tidak. Dia sering berkunjung untuk membeli kopi dan roti dulu. Kenapa ma?” balas Mayra.

“Nanti saja,” jawab Vero. Dia menatap cucunya yang masih memeluk Mayra dengan erat. Anak itu benar-benar takut kehilangan Mayra.

Mereka pun pulang.

Didalam mobil, Bella tertidur dan memeluk Mayra bagai koala. Anak itu benar-benar menjaga mommynya dengan baik.

“Mayra. Hindari pria tadi," ucap Vero serius.

“Baik, tapi ada apa ma?” tanya Mayra.

“Dia selingkuhan wanita kurang ajar itu.”

“Viona?" Mayra benar-benar terkejut.

“Benar.” Vero mengangguk dan menatap kosong ke depan.

“Malvin hancur, benar-benar hancur. Setelah mengetahui pengkhianatan Viona, dia memarahi-nya yang sudah hamil besar. Malvin ingin membunuh pria itu dan memukulinya, namun Viona mengancam akan menggugurkan kandungannya apabila terjadi sesuatu pada pria itu.

Malvin panik dan tentunya lebih memilih Viona dan Bella. Tapi wanita itu memutuskan untuk melarikan diri dan sebuah truk menabrak mobilnya.” Vero bercerita.

Mayra benar-benar terkejut mendengarnya. Dia pun mengerti kenapa Malvin dan Vero membencinya.

Vero menatap Mayra yang menggeleng karena tidak menduga hal itu. Vero menghela nafasnya dan memegang tangan menantunya.

“Jangan tinggalkan putra dan cucuku. Aku tidak tahu bagaimana hancurnya mereka jika kamu pergi. Tetaplah bersama kami, Mayra." Ucap Vero penuh harap.

“Mm. Aku tidak akan pergi, ma." Mayra mengangguk pelan.

Mereka pun tiba di rumah.

Pengawal yang menggendong Bella memberikannya pada Malvin yang sudah menunggu mereka di sore itu.

“Mama pulang ya, kapan-kapan kita belanja lagi. Sampai jumpa!" Ucap Vero dan akhirnya pulang.

Mayra melihat Malvin yang menepuk pelan punggung Bella dan membalas tatapannya.

“Bagaimana hari mu?" tanya Malvin. Dia meraih pinggang Mayra dan membawanya masuk.

“Menyenangkan. Aku suka menghabiskan waktu bersama mama dan Bella." Jawab Mayra. Dia melingkarkan tangannya di pinggang Malvin dan menyenderkan kepalanya.

Tindakannya membuat Malvin menatap Mayra dan tersenyum.

Mereka pun tiba di kamar Bella. Malvin membaringkan Bella dan menyelimutinya.

“Aku tidak tahu jika kamu melewati itu semua sendirian. Kamu pasti sangat terluka karena kecewa.” Batin Mayra. Dia menatap sendu suaminya.

“Sesuatu membuatmu tidak nyaman. Ada apa?" tanya Malvin.

“Tidak," jawab Mayra. Dia bergeser dan memeluk Malvin.

“Ada apa, sayang?" tanya Malvin. Dia begitu nyaman dipeluk sang istri. Biasanya Mayra akan selalu menolaknya atau menghindarinya.

“Tidak ada. Aku hanya ingin kamu lebih rileks dan santai. Jika ada masalah, kamu bisa bercerita padaku. Aku akan mendengar mu." ucap Mayra.

LIMERENCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang