Limerence 51: Sedikit lebih sensitif

67K 3.2K 14
                                    

Mayra memijat pelipisnya yang sakit. Mengulanginya berkali-kali dan kemudian menyeruput tehnya di larut malam itu.

“Menunggu ku, sayang?" tanya Malvin menghampiri. Dia langsung memeluk istrinya dengan erat.

“Kenapa lama?”

“Maaf Mayra, ada rapat." Malvin langsung mencium bibir Mayra dengan gemas.

“Aku mengantuk. Kepala ku pusing," ujar Mayra mendorong tubuh suaminya.

“Maaf, aku salah. Kamu baik-baik saja, kan?" Malvin langsung menggendong tubuh Mayra menuju kamar mereka. Dia merebahkan tubuh Mayra dan langsung membersihkan dirinya.

Setelah itu, Malvin keluar dari kamar mandi dan melihat Mayra yang sudah tertidur lelap sembari memeluk boneka gajahnya. Benda yang selalu menjadi sumber kemarahannya di malam hari.

Malvin mengambilnya dan melempar boneka itu.

“Apa boneka sialan itu lebih lembut dari ku? Aku akan membakarnya diam-diam," ucap Malvin.

Baru berbaring, Mayra langsung menggeliat dan memeluk erat tubuhnya.

“Dasar penyihir," ucap Malvin pada Mayra yang terlelap.

Malam pun berganti menjadi pagi yang cerah.

Malvin bangun dan terkejut karena bukan istrinya yang dia peluk, melainkan boneka yang dia lempar semalam.

“Mayra," panggilnya.

“Mayra?”

“Sayang?”

Dia pun langsung bangun. Baru saja keluar, putrinya juga langsung mencari-cari Mayra.

“Mommy dimana, dad?" tanya Bella.

Malvin menggeleng. Dia membawa Bella untuk mencari Mayra di lantai satu.

“Dimana Mayra?" tanya Malvin pada pelayan.

“Nyonya Mayra sedang keluar, tuan.” Pelayan itu menjawab takut-takut.

“Keluar? Ke mana? Bersama pengawalnya, kan?” Malvin marah. Dia meraih ponselnya dan menelpon Mayra. Dia berbalik saat mendengar dering ponsel wanita itu.

“Kemana saja kamu sepagi ini, Mayra?! Kenapa kamu keluar tanpa seizin ku, hah?!”

Bella menarik pelan celana pria itu. Malvin menoleh dan melihat Bella yang menggeleng pelan.

“Kemana saya harus meletakkan ini, nyonya?" Seorang pelayan datang menghampiri sembari membawa belanjaan dapur. Dia langsung membungkukkan badannya karena takut.

“Maaf tuan. Nyonya Mayra tidak ingin kami memberitahu, karena nyonya ingin memasakkan sesuatu. Ini salah saya," ucapnya ketakutan.

Malvin mengangkat tangannya meminta mereka pergi tanpa suara.

Malvin menghampiri Mayra yang menunduk takut. Semakin dia mendekat, Mayra pun mundur.

Malvin berhenti. Dia menatap Mayra yang mulai menangis tanpa suara.

“Sayang, maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk ...,”

Bella menahan Malvin dengan menarik pelan celana pria itu. Dia pun langsung memeluk Mayra.

“Mommy? Jangan menangis, mom.” Bella mencoba menenangkan wanita itu.

“Mom? Maafkan daddy, mom. Ini karena Bella mencari-cari mommy," rujuknya.

“Mommy mau sendiri," ucap Mayra menahan isak. Dia langsung pergi menaiki anak tangga dan mengurung diri di kamar.

Malvin membisu.

Bella menatap tajam pria itu.

“Bella benci daddy!" Marahnya dan langsung pergi. Dia pun ikut mengurung diri di kamarnya.

Malvin mengusap wajahnya kasar. Mimpi sialannya kembali menyapa dan dia menganggap itu sebagai ancaman bagi hubungan Bella dan Mayra.

Malvin menghampiri Mayra dan mengetuk pintu dengan pelan.

“Sayang, maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf, Mayra. Tolong buka pintunya," ucapnya namun istrinya tidak menyahut.

“Mayra?”

  “Aku minta maaf,” lirihnya.

Merasa sia-sia berdiri cukup lama di sana, Malvin pun ke kamar Bella dan mengetuk pintu.

“Bella sayang? Buka pintunya. Daddy minta maaf," ujarnya.

“Bella jangan benci daddy, ya? Apa Bella tahu kenapa daddy marah? Daddy takut mommy mu pergi, sayang. Buka ya?”

Pintu terbuka. Bella muncul dari balik pintu dan menatap daddynya.

“Tapi bisa jangan marahin mommy, kan dad?" tanya anak itu kesal.

“Daddy hilang kendali. Itu yang terjadi akhir-akhir ini," jawab Malvin.

“Mommy sedih karena daddy! Daddy bilang misi kita buat mommy bahagia, tapi daddy jahat!”

“Aku tidak tahu Bella. Ada yang bermasalah dengan ku," ujar Malvin.

Bella menatap daddynya yang frustasi. Dia pun memeluknya.

“Bisa bujuk mommy mu?" tanya Malvin penuh harap.

“Kemarin mommy mencari mangga dan jambu. Kita bujuk pake itu?" tanya Bella.

Malvin mengangguk menanggapinya.


LIMERENCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang