[15] much better, right?

285 22 4
                                    


Halo, apa ada yang kangen dengan cerita ini? wkwkw

here we go ! happy reading!

.

.

suasana apartemen yang tak pernah gagal menghantarkan kesendirian penghuninya. di sana, di atas kasur yang terbungkus rapi dengan seprai warna abu rokok Reno terbaring lelah dengan lengan menjadi bantalan kepala dan berkali-kali menghela nafas. sudah sejak kapan rutinitas hariannya berubah? 5 bulan? 6 bulan? ya sepertinya begitu. semestinya dia sudah harus terbiasa, tapi bagaimanapun Reno hanya siswa SMA yang masih di usia untuk belajar dan bersenang-senang saja, tidak seharusnya ia melakukan lebih dari kedua itu.

pukul 7 malam, Reno baru saja pulang dari kantor perusahaan ayahnya masih dengan celana abu-abu sekolah dan atasan kaus putih bergambar abstrak, baju dalam yang ia gunakan untuk sekolah hari ini. staf maupun karyawan di kantor seakan sudah terbiasa dengan pemandangan anak sekolahan datang di jam makan siang mereka dengan pakaian seragamnya yang kelihatan sedikit lusuh.

Reno tidak menyangka akan ada hari dimana dia bersekolah di pagi hari lalu siangnya dia harus ke kantor layaknya pegawai tetap disana, dan terus berulang. semenjak dia 'gagal' dalam olimpiade terakhirnya. Reno sudah resmi keluar dari kelompok belajar olimpiade yang sudah dia ikuti sejak kelas 1 dulu dan sekarang tergantikan dengan tugas terbarunya, yaitu mempelajari perusahaan ayahnya sesuai dengan kesepakatan yang bisa disebut sebagai ancaman.

setiap harinya Reno harus membaca beberapa data perusahaan dan membaca buku-buku tebal panduan berbisnis pemberian ayahnya yang sepertinya tidak ada habisnya. ia juga harus mempelajari visi misi perusahaan serta praktek kerja untuk pemula dan itu semua diawasi oleh bu Ana, asisten pribadi ayahnya yang sengaja di tugaskan untuk mengawasi Reno selama di kantor.

"perut gue mual banget, kayanya gue lupa makan dah"

Reno hendak membuka aplikasi untuk meng-order makan malamnya, namun bel apartemennya berbunyi, sejenak ia terdiam sebelum akhirnya bangkit untuk mengecek siapa yang datang mengunjungi dirinya malam hari begini. dan di kala ia melihat sosok yang tak asing di layar intercom, Reno langsung membuka pintu dan itu Jina yang menyambutnya dengan senyuman, tak lupa mengangkat paper bag bawaannya.

"makan malam?" ujarnya sebelum Reno menyingkir dari pintu, gestur memersilakan tamunya untuk masuk.

"lo datang cuma untuk nganter makanan?" tanya Reno sambil mengambil peralatan makan juga soda dingin. sementara yang ditanyai hanya menggelengkan kepala, Jina mengambil tempat di sofa dan mulai membuka paper bag yang berisikan beberapa kotak makan

Jina menata lauk juga nasi yang ia bawa, sejujurnya dia tidak begitu yakin dengan masakannya, tapi memikirkan Reno yang terlihat tidak memasukkan apapun ke mulutnya sejak pagi, membuat tekadnya untuk memasak membulat.

"gue kemari buat mastiin lo beneran makan, dari pagi gue ga ngeliat lo nyentuh makanan apapun, so here i am"

masa bodoh dengan bau badannya, Reno tanpa mengganti baju langsung duduk di sebelah Jina yang begitu wangi juga rapi malam ini. sejujurnya jika kondisi mereka lebih baik dari ini, Reno akan mengajak Jina untuk kencan, karena.. siapa yang tidak jatuh ke pesona perempuan di sampingnya?

"ya terserah, thanks anyway gue jadi ga perlu pesen makan" ujar Reno setengah tersenyum, dan mulai menyuap makanan ke dalam mulutnya. Jina yang melihat hanya menahan gugup, ia takut akan reaksi yang muncul setelahnya

"masak sendiri?" tanpa menghentikan gerakan menyendoknya Reno bertanya dan mendapat anggukan tak yakin dari lawan bicaranya

"enak, gausah khawatir rasanya gimana. ga seburuk kaya di pikiran lo" diam-diam Jina mengulum bibirnya, menahan senyuman. sesaat kemudian dia mengutuk diri, merasa bodoh dengan perasaannya. keduanya terdiam, tenggelam dengan aktivitas masing-masing

my girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang