6. Calon Istri

0 0 0
                                    

Hai, update lagi nih, belum ada jadwal tetap, tapi semoga bisa rutin update yaa..

****

Shavella tidak terlalu awam tentang bumi. Dulu, ia pernah beberapa kali mengunjungi bumi bersama Aster.

Sesungguhnya, ada larangan bagi kaum bidadari untuk datang ke bumi. Banyak kejadian buruk yang menimpa mereka disini. Kisah legenda soal ada manusia yang mencuri selendang bidadari itu benar adanya.

Banyak bidadari yang terpukau dengan keindahan bumi hingga nekat mendatangi tempat-tempat tertentu. Sayangnya hati manusia tidak ada yang tahu. Kecantikannya yang memikat mudah sekali mengundang niat jahat.

Di alam kayangan, bidadari lain sering sekali membicarakan soal bumi. Katanya dibumi ada ini, dibumi ada itu. Beredar dari mulut ke mulut.

Didorong rasa penasaran yang amat tinggi, Shavella memaksa Aster untuk menemaninya melihat bumi. Aster yang memang dasarnya bidadari penurut, awalnya menolak karena takut dihukum ratu. Tapi Shavella terus memaksa. Akhirnya mereka membuat kesepakatan, melihat bumi dari jarak ribuan mil diatas langit saja.

Salah satu yang paling membuat Shavella penasaran adalah benda bergerak yang disebut manusia sebagai mobil. Sekarang hatinya sedang berbunga-bunga karena bisa merasakan langsung sensasi menaiki benda bergerak ini.

Diawal, dia terus tidak mau diam. Wajahnya merapat pada kaca melihat pemandangan kota seperti orang kabupaten yang norak. Lama kelamaan ia mulai merasa perutnya diaduk-aduk dari dalam.

"Lo gak apa-apa, La?" Lucanne yang sedang menyetir melirik pada spion tengah mobil. "Muka lo kok tiba-tiba pucet gitu?"

Calvin yang duduk disebelah Lucanne menoleh ke belakang. Dibuat khawatir oleh Shavella yang saat ini menutupi mulutnya dengan kedua telapak tangan. "Duh, kayaknya mabok deh ni cewek. Turunin kacanya, Canne!"

Calvin hendak membuka dasboard mobil Lucanne, barangkali ada kresek yang terselip disana. Tapi terlambat, Shavella tidak bisa lagi menahan gejolak diperutnya.

Huekkk!!!

Muntahan Shavela bercecer kemana-mana, bentuknya seperti bubur yang ia makan tadi pagi.

"Haduhh!!! Kayaknya emang udah waktunya mobil lo mandi ini mah, Canne."

Lucanne bercecak sebal. Padahal ini baru ada 15 menit perjalanan mereka. "Ck. Cewek alumni kayangan ternyata primitif banget ya. Baru bentar duduk di mobil udah mabok aja."

Shavella tidak membalas, dia menatap prihatin pada gaun kesayangannya yang kini kotor.

Beberapa meter kemudian Lucanne menghentikan mobilnya di depan sebuah toko pakaian. Bukan butik mahal, tapi toko baju dipinggir jalan yang dari sini saja sudah terlihat bandrol harga yang ditulis besar 35.000.

"Lo temenin cewek lo beli baju baru." Lalu Lucanne menunjuk ke sebrang jalan. "Gue nunggu disana sambil cuci mobil."

Calvin mengangguk, dia langsung turun dari mobil lalu membukakan pintu untuk Shavella juga. Melihat Shavella kesusahan karena gaunnya yang lebar itu, Calvin mengulurkan tangan.

Shavella hanya memandang selama beberapa saat, kedua telapak tangannya juga terkena muntahan. Pada akhrinya Shavella menaruh lengannya yang bersih pada tangan Calvin agar cowok itu menarik lengannya saja.

Tapi tanpa merasa jijik justru Calvin memegang kedua telapak tangan Shavella.

Eh tidak! Karena setelah membantu Shavella, cowok itu memeperkan tangannya pada jok mobil Lucanne. Membuat si empunya mengumpat.

"Anjing lo emang."

Calvin hanya nyengir. Tapi kemudian kembali mengetuk kaca kiri mobil setelah teringat sesuatu. Lucanne menurunkan kaca dengan ogah-ogahan.

Bidadarinya CalvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang