Helowww.. apa kabar?
Langsung aja baca part 2 kisah bidadari!!
Semoga sukak!!
***
Kata-kata yang didengar Shavella dari mulut Aster membuatnya tidak mampu menjaga keseimbangan tubuhnya, ia hampir terhuyung ke belakang.
Ini bukan tuduhan biasa. Selain terluka karena tuduhan itu berasal dari sahabatnya, Shavella juga tidak mau merelakan jati dirinya sebagai bidadari.
Shavella tidak ingin menjadi manusia biasa. Terlebih untuk dosa yang tidak ia perbuat sama sekali.
Dengan mata yang sudah berkaca-kaca, Shavella memberanikan diri mendongak, melihat wajah sahabatnya. "Kau kan yang membantuku mengusir iblis itu, kenapa sekarang kau malah menuduhku begini, Ratu?"
"Aku tidak menuduhmu apapun, Shavella. Aku hanya terjebak dalam posisi tidak bisa membelamu, karena aku sendiri tidak yakin dengan penglihatanku. Waktu itu posisi iblis itu membelakangiku."
"Kalau begitu jatuhi hukumannya untuk dia juga, Ratu!"
Bidadari lain mulai berseru mendukung keinginan satu sama lain agar Shavella ikut dihukum juga. Lutut Shavella semakin lemas tak berdaya setelah mendengar keputusan Aster berikutnya.
"Baiklah, demi menjunjung tinggi keadilan di alam kayangan, Shavella juga akan diturunkan kebumi."
Pertemuan peradilan itu selesai. Satu persatu mereka pergi meninggalkan halaman istana, Aster memberi kesempatan untuk saling mengucapkan salam perpisahan.
Aster terbang dengan selendangnya menuju tempat Shavella menjatuhkan diri di tanah. Ratu bidadari itu membantu sahabatnya berdiri. Menyeka jejak air mata di pipi Shavella lalu memeluknya. "Maaf. Maafkan aku Shavella. Maaf! Aku tidak punya pilihan lain."
"Apa artinya aku akan diturunkan ke bumi juga?"
Aster memaksakan senyumnya. "Aku akan memastikan kau baik-baik saja. Aku janji. Sungguh."
Shavella menggeleng. "Aku ingin disini, Aster."
Sekali lagi Aster memeluk erat tubuh Shavella, menepuk punggungnya meyakinkan Shavella kalau dibumi ia akan baik-baik saja. "Maaf."
Tiba saatnya untuk eksekusi hukuman, seluruh alam kayangan menyaksikan satu persatu bidadari yang bersalah dihampiri oleh pusaran angin topan besar yang menyedot mereka ke dalamnya.
Kini giliran Shavella. Ia menutup mata saat tubuhnya terombang ambing di dalam pusaran angin topan itu. Tapi tidak berlangsung lama, karena kurang dari semenit dirinya sudah mendarat dengan aman di bumi.
Masih ada sisa-sisa isakan tangis dibibirnya. Perlahan ia membuka matanya. Bukan tempat macam rumah bordir apalagi pembuangan sampah yang dilihatnya sekarang, melainkan sebuah pesta pernikahan meriah.
Shavella melangkah mundur saat mentap wajah-wajah asing disekitarnya. Indra pendengarannya menangkap banyak sekali suara-suara yang membuat kepalanya pusing. Ia harus keluar dari keramaian ini.
Tapi tanpa disadari itu justru membawanya semakin ke tengah kerumunan. Hingga punggungnya menabrak tubuh seseorang.
"Selamat buat Mas yang berhasil mendapat buket bunga pengantin. Sepertinya, sepaket juga dengan calon istrinya."
****
Dua minggu sebelumnya.
Sebuah lorong menuju ruangan HRD dipenuhi belasan orang berbaju hitam putih, masing-masing memegang map coklat. Sayangnya kantor sebagus ini tidak memberi fasilitas cukup layak di ruang tunggu interview. Tapi apalah arti seorang pelamar kerja?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadarinya Calvin
General FictionNote: Cover ngambil di Pinterest. Jatuh cinta bagi kaum bidadari adalah dosa. Sudah menjadi hukum mutlak bahwa kaum iblis akan selamanya berada di jalan yang salah. Bidadari itu bukan malaikat yang tidak pernah melakukan kesalahan. Tapi iblis selalu...