Chika merapalkan kedua tangan, menunduk dalam meminta agar hidupnya di mudahkan. segala hal buruk yang terjadi termasuk mimpi yang kemarin semoga tidak akan pernah terjadi di kehidupan ini. Chika tidak pernah mengatakan ingin mati, namun mimpi kemarin benar-benar membuat dirinya tak berhenti memikir kan perkataan itu.
Gue pengen mati kak..
Mimpi itu seperti nyata. Sakit nya pun masih terasa, semoga ia selalu di kuatkan dari kekerasan bentuk apapun. Semoga kak Gian tidak pulang dalam waktu yang lama. Tangan biru yang di sembunyikan juga masih meninggalkan bekas.
Sehancur apapun dunia ini, Chika tidak akan menghancurkan diri nya sendiri. Prinsinpnya kuat bahwa kebahagiaan akan di mulai dari diri nya tanpa menggantungkan kebahagiaan pada siapa pun.
"Ameen" Menghembuskan nafas lega setelah berdo'a, gadis itu kemudian beranjak dari tempat, namun seseorang menghentikan langkahnya. Merasa lenganya tertahan, Chika langsung menoleh.
Elvan..
"Bisa kita bicara sebentar?,"
"Jujur, kamu masih sayang kan sama aku? beib pliss aku gak mau kita diem diem an kayak gini terus, tell me aku harus apa biar kamu maafin aku."
Dasar bebal, Elvan ini benalu atau apa? sudah jelas Chika mendiamkanya, itu berarti sudah tidak ada rasa lagi bukan?
Gadis itu memutar bola mata malas, lelah sekali meladeni manusia seperti ini, ternyata belum kapok juga dengan ancaman Olla waktu itu.
"Gaada, lo gak perlu repot-repot, kita udah resmi putus."
"Chik, ayo lah. dia cuma sepupu aku, masa kamu cemburu sama sepupuku sendiri sih, gak fair tau aku di putusin cuma gara-gara ini."
Gak fair dia bilang?
Sudut mata Chika menatap tajam, darah nya mendidih mendengar omongan sampah Elvan yang baru saja ia dengar. "Cuma? lo tau poin nya gak sih, kenapa gue putusin lo?"
"Gue gak peduli ya mau dia sepupu atau sodara lo terserah, lo ninggalin gue tanpa kabar sampe malem, lo gak mikirim gimana khawatirnya gue pas lo gak kunjung dateng, lo gak mikir gue kedinginan atau sekedar khawatir kalo gue ada apa apa pun gaada kan di otak lo? alasan classic lo apa? hp gue di pegang Alisa like... what the fuck??? gak bisa ya lo tegas sama cewe sialan itu. selama jadi cewe lo gak pernah tuh gue pegang-pegang hp lo"
"Stop bilang dia cewe sialan, Chika. Salah nya ada di gue, jangan bawa-bawa orang lain"
"Tuh kan, di saat kayak gini aja sempet-sempet nya belain dia? lo stres!" Ingin pergi meninggalkan tempat tapi Elvan mencekal pergelangan tangan Chika kuat, membuat sang figur meringis pelan, sebab tepat di pergelangan tangan itu lah bekas lebam masih belum sepenuhnya sembuh.
"Ssh lepasin anjing!,"
"Brengsek, jadi cewe batu banget di bilangin. mangkanya dengerin gue dulu!"
"Gamau,"
Brakkkk
"Di bilang lepasin ya lepasin monyet!"
Pemuda yang baru saja menendang Elvan menoleh cepat ke arah Chika, memasukkan ruas jari-jarinya kemudian melangkah pergi dari sana. "Ayo Chik,"
✨️✨️✨️
"Lo ke pagian gereja nya, gue baru dateng lo udah pulang aja. biasanya juga bareng,"
Dia Arsenio, teman gereja Chika. Masih satu kampus juga, namun beda jurusan. Sebenarnya Chika juga tidak terlalu dekat hanya karena sering ketemu pas gereja, Arsen jadi sedikit lebih tau tentang gadis itu.
"Kenapa bisa lebam gini tangan lo?"
"Jatuh,"
"Bukan karena dia kan?"
"Bukan"
Arsen mengangguk saja sembari memberi sedikit salep ke pergelangan tangan Chika.
Arsen meniup niup kecil luka itu. "Fuuh, dah sembuh."
"Makasih,"
Rumah Arsen deket sama gereja, cuma butuh beberapa langkah buat sampai, mangkanya dia heran Chika datang se pagi itu sebelum diri nya, sebab yang ia tahu Chika berangkat pasti tidak kurang atau lebih dari jam 9 pagi.
Cewe itu bisa di bilang rajin beribadah, sampai Arsen pun hafal jadwalnya.
"Mau nge teh dulu?" Ucap Arsen menawarkan
"Eh gausah makasih, gue mau pergi habis ini"
"Mau kemana emang? kampus kan masih libur."
Bingung juga dia mau kemana. Di rumah juga pasti gak ada siapa-siapa. Gaada tujuan juga mau pergi kemana
Chika mengangkat bahu "Gak tau,"
"Mau naik ke lantai atas?"
Bola mata Chika bergulir, mendongak suasana rumah di atas sambil menganalisa bahwa rumah ini sepenuh nya aman.
"Gue gak bakal nyulik kok, di sana vibes nya bagus. Gue kalo lagi santai cuma duduk-duduk doang di balkon, mau nyoba?"
Setelah di pikir-pikir gadis itu akhirnya mengangguk kecil.
Mereka mulai menaiki tiap anak tangga menuju ke atas, dapat Chika akui rumah ini memang tidak terlalu megah namun sangat nyaman jika di tinggali.
Sampailah pada anak tangga terakhir dan Chika langsung terpukau oleh sambutan pemandangan yang di lihat.
"Eh bagus bangettt,"
Arsen tersenyum kecil menyiapkan kursi lantas mempersilahkan Chika untuk duduk. "Bagus kan, gue ambilin minum dulu ya?,"
"Boleh,"
Entah mengapa perasaan Chika jadi menghangat, jauh lebih tenang setelah di paksa balikan dengan si cowok gila itu.
Mungkin ini berkat doa dan kebaikan yang pernah ia lakukan sebelumnya.
✨️✨️✨️
Agak panjang ya ini, padahal niat awal part nya dikit dikit aja
Terima kasih sudah berkenan baca^^
Boleh banget kalo mau ngasih bintang xixi
KAMU SEDANG MEMBACA
Chika's Other Side [ END ]
Teen FictionMenemukan orang yang salah berkali-kali membuat ia sadar mungkin memang takdirnya tidak layak untuk di cintai Punya dua kakak laki-laki yang merumitkan hidupnya. Satu tempramental, satu mental issues. Untuk pasangan hidup? kisahnya hampir sempurna...