30

540 38 4
                                    


Asisten papah bilang, beliau ternyata sudah menahan sakitnya sejak semuanya berantakan, di mulai dari skandal selingkuh sampai beberapa aset hilang di curi anak pertamanya namun di balik itu papah sudah menyiapkan sesuatu untuk Chika, sebab papah tidak mau anak perempuan satu satu nya itu ikut merasakan kesengsaraan.

Mungkin terlambat menyadari, tapi pak Antonio yakin bahwa Chika bisa melalui semua. Dia tau bagaimana watak putrinya dari kecil hingga dewasa, kebiasaan-kebiasaanya hingga tingkah lucunya masih ada sampai sekarang,

Chika mengamati rumah minimalais di depanya, tak nampak besar namun terasa teduh ketika di pandang. Entah sudah berapa lama Chika berdiri diam disana, ingatanya terlempar ke masa lalu dimana ayahnya selalu menururti apapun permintaanya.

Flashback

"Papah Chika mau rumah yang banyak pohonya, nanti rumah Chika warna hijau terus ada kupu-kupunya. Kata temen-temen kalau rumahnya dekat alam banyak kupu-kupunya terus bisa kenalan sama banyak hewan, soalnya hewan kan gak terlalu suka sama keramaian."

Chika yang cerewet itu mendapat anggukan kecil dari papah sambil tersenyum. "Ih masa anak papah mau jadi tarzan sih"

"Papah! bukan tarzan, Chika pengen jadi peri! ada tuh yang warna hijau namanya tingkelbelle, dia cantik, Chika mau kayak dia."

"Hm, boleh nanti kalo rumahnya udah jadi ajak papah yaa!"

Gadis kecil itu tersenyum lebar sambil mengangkat jempolnya tinggi-tinggi. "Oke pah!"













Chika menangkup wajahnya ketika tubuhnya mulai lemas di atas tanah, memori-memori itu tidak bisa ia lepaskan sejahat apapun papah. Bagaimana bisa orang jahat masih mengingat akan mimpinya untuk menjadi peri?

Kabut awan mulai tebal dengan rintik hujan yang mulai turun. Meskipun rumah ini telah jadi, bagaimana dia bisa menempatinya sedang orang yang akan ia ajak tak akan pernah kembali lagi. Design Indah yang dulu ia dambakan kini sudah nampak biasa saja, tidak ada rasa senang, tidak ada rasa antusias, tapi Chika bangga setidaknya papah mengingat janji putri kecil berumur 6 tahun itu.

Hujan semakin deras, gadis ber kaos hijau tebal itu tak kunjung beranjak dari sana. Rumah impianya sudah jadi tapi penghuninya sudah hancur lebur bak di telan bumi. Derasnya air hujan turut merasakan bagaimana keadaan Chika saat ini. "Papah, bukan ini rumah yang Chika inginkan"

✨️✨️✨️


Komentar-komentar jahat pada akun Chika kini sedikit mereda semenjak kepergian papah, beberapa turut berbela sungkawa namun masih ada juga yang mensudutkanya dengan kata yang tidak pantas

Chika sudah tidak peduli dengan sudut pandang orang tentang hidupnya. Orang dengan mudah melontarkan kata kata kasar padahal Chika mati-matian membersihkan nama baik orang tuanya. Tidak ada yang tau usahanya, maka yang boleh menilai hanya tuhan semata.

"Kak, mau aku laporin aja komentar-komentar ini?" Tanya Jessi sudah siap dengan handphone di genggamanya.

"Jangan, biarin mereka capek," Jawab Chika tak mau menghabiskan energi lagi menghadapi hatters.

"Btw, tawaran main series yang kemarin lo tolak lagi?" Suara Ashel mengalihkan atensi Chika yang sedang mengamati pemandangan di luar jendela.

"Iya, gue gak suka."

"Kak, katanya lo gak mau denger omongan negatif netizen, tapi kenapa kesempatan-kesempatan bagus ini lo tolak? gue bisa kok jadi manajer lo, beberapa endorse juga lo cancel, gue tau lo masih belum nerima keadaan lo saat ini, tapi ayo bangkit jangan diem aja, seenggaknya kalo lo gak mau ngebales cibiran netizen, bales dengan usaha lo buat bangkit."

Chika's Other Side [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang