|09| Audisi, 009

719 182 48
                                    

※※※༺༒♡༒༻※※※

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

※※※༺༒♡༒༻※※※

Jejeran Wastafel beserta Cermin besar, menjadi pemandangan Utama Ruangan ini, di Sisi-sisinya terdapat beberapa Bilik toilet yang saling terhubung.

Chika membawa Ara untuk berdiri di depan salah satu wastafel, sementara dirinya langsung bergegas masuk ke dalam Bilik Toilet itu.

Chika mendudukkan Tubuh nya di atas Closet tertutup. Memandangi kedua tangan nya yang tampak mulai  berguncang. Chika mengepalkan telapak tangan nya dengan sangat erat, kemudian memejam Pasrah.

Jika Sentimen lubuk yang dibawanya ketika audisi setidak tenang ini, bagaimana bila Chika benar-benar lolos dan mengikuti kompetisi sesungguhnya. Mungkin Chika akan menjadi mayat hidup yang tiba-tiba kehilangan seluruh indra tubuh nya

Kerlingan mata Ara mengerjap beberapa kali. Edaran nya merasakan kehadiran seseorang yang kini sedang berdiri di depan nya persis.

"Chika?" Ragu Ara memastikan.

"Apa Ara?" Sahutan tuturan lembut beriak menembus udara.

Bibir Tipis Ara melengkung ke atas. Gapaian nya mengayun untuk memegang lengan putih Chika.

"Ayo kita balik ketempat audisi. Nanti kamu telat" Bisa Ara rasakan bagaimana Kini permukaan kulit lembab chika terasa dingin.

Chika mengulum bibirnya kedalam. Dia benci dengan kerisauan yang hanya datang di saat-saat penting.

"Kamu baik-baik aja kan?" Ara memiringkan sedikit kepalanya beserta raut cemas.

Nafas Chika berhembus kasar. Kelembapan di Restroom gedung ini bercampur dengan sengatan zat kimia berasal dari pengharum lantai berhasil menggelitik hidung.

"Aku maunya sih baik-baik aja, tapi situasi nya gak bisa bikin aku baik-baik aja" Resah Chika.

"Berarti ini waktunya kamu makan permen yang aku kasih tadi" Ara menyarankan.

"Udah dari tadi tauu..." Chika menjulurkan lidah, memberitahu Pada Ara bahwa sudah ada 2 permen yang bersarang di dalam mulutnya.

Ara yang percaya itupun mengangguk senang, "Kamu tinggal nunggu khasiat nya dateng aja"

Entah kenapa, ucapan Ara barusan terdengar seperti candaan kecil bagi Chika.

Tangan Chika terulur ke depan, Ibu jarinya mengusap lembut area Pipi Gembul Ara, merapikan bubuhan bedak yang tak rata di wajah Ara.

"Yang bedakin kamu siapa sih, buru-buru banget keknya sampe cemong gini" Guyon Chika.

"Ibu takut aku telat. Apalagi Mister Gracio udah nungguin" Memang, Gracio itu tipe orang yang akan menunjukan apa yang di sukai atau tidak. Salah satunya, tak segan bergelagat jika dirinya Sangat kesal bila sedang menunggu.

Piano; You, and Gone |✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang