10 || Perubahan yang tiba-tiba

27 7 0
                                    

Sella menatap tidak percaya dengan Aldebaran yang saat ini tengah menemaninya duduk di bebatuan didekat hamparan pantai. Tadi Sella meminta Aldebaran mengantarkan nya ke pantai, tapi bukannya langsung pergi, Aldebaran malah ikut duduk disebelah Sella.

Sella masih sangat ingat tempat ini adalah tempat faforit mereka dulu, setiap pulang sekolah dengan seragam yang berbeda mereka pasti janjian di pantai ini dan menghabiskan hari bersama.

Sella menatap lurus kedepan, sama halnya dengan apa yang dilakukan Aldebaran. Apa Aldebaran tidak bisa ingat sedikit saja kenangan mereka? Sella tersenyum kecut. Dia berharap Aldebaran akan ingat dan langsung merentangkan tangannya untuk memeluk Sella, itu sebabnya Sella terus berada didekat Aldebaran.

"Sel?"Sella memalingkan wajahnya menatap Aldebaran yang masih tidak bergeming dari tempatnya.
"Tempat ini kayak gak asing."

Sella tersenyum kecil."Mungkin lo pernah kesini."

Aldebaran mengangguk membenarkan. Sella kembali memalingkan wajahnya menatap hamparan lautan luas. sedangkan Aldebaran beralih memalingkan wajahnya menatap Sella.

"Hubungan lo sama Kevin apa?"bukan tanpa sengaja Aldebaran bertanya itu, dia sudah tau, tapi Aldebaran ingin mendengarnya sendiri dari mulut Sella.

Sella meneguk silvanya susah payah, dia menunduk dan setelah itu menggeleng.
"Kenapa nanya gitu? Lo cemburu?"

Aldebaran berdecak melihat tatapan menggoda Sella, apakah dia tidak bisa serius sekali saja?
"Jangan mimpi?"

"Halah! Dulu aja lo sering-"Sella mengatupkan bibirnya rapat, tidak! Dia tidak boleh memberi tahu Aldebaran sekarang. Biar dia yang ingat dengan sendirinya.

Aldebaran menaikan sebelah alisnya menatap Sella dengan alis terangkat."sering apa?"

Sella tersenyum bodoh sambil menggeleng."enggak. maksudnya dulu Lo sering nolak gue, sekarang aja cemburu, besok gue pastiin Lo bertekuk lutut sama gue."

Aldebaran memutar bola matanya malas."jangan terlalu percaya diri, jatuhnya sakit."

Sella mengangguk membenarkan."iya juga sih, tapi gue belum mau nyerah. Sebelum gue lelah."

Aldebaran kembali menatap hamparan laut. Membayangkan seandainya Sella tidak lagi mengganggu nya kenapa rasanya aneh? Seperti ada ketidak relaan. Ah mungkin hanya pikirannya saja.

"Al?"

Aldebaran mengerjap, dia menatap dingin Sella saat gadis itu menciprakkan air laut kedepan wajahnya. Saat ingin membalas Sella malah berlari di tepi pantai.

"Awas lo Sella!"

Karena tidak terima Aldebaran terpaksa mengejar Sella, gadis itu sesekali mendongak kebelakang menjulurkan lidahnya mengejek Aldebaran.

★★★

"ANJING! JAWAB GUE! SIAPA YANG BUANG SIALAN!"

Seorang gadis tidak henti-hentinya mengumpat dan memaki para maid yang bekerja dirumah nya. Gadis itu menatap semua maid yang hanya berdiri dengan kepala tertunduk tidak sanggup menatap wajah marah anak majikannya.

"Maaf nona, kami tidak akan berani melakukan itu." Kepala maid angkat suara. Gadis itu beralih menatap wanita paruh baya itu tajam.

"Siapa yang buang semua peralatan melukis gue?"maid itu menghela nafas dan menunduk.

"Tuan besar memerintahkan orang untuk membuang semuanya nona." Gadis itu mengepalkan tangannya kuat hingga menampakkan buku jarinya. Dia pergi begitu saja dan dapat melihat kedua orang tuanya melangkah hendak keluar rumah dengan terburu-buru.

ALDEBARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang