Chapter 22 End

1K 20 3
                                    

⚠️⚠️ANDA BERADA DI ZONA BAHAYA YANG MUNGKIN MENYEBABKAN KETIDAK NYAMANAN BAGI BEBERAPA PEMBACA⚠️⚠️

.

"Hinata, apa kau yakin tidak mau aku antar?"

Naruto yang sedang mengambil cuti karena Hinata yang makin dekat dengan melahirkan, kini sedang mengistirahatkan tubuhnya di atas kasurnya, "Tidak perlu, aku tak akan lama, aku akan kembali dalam beberapa menit, Naruto-kun, istirahatlah." Jawab Hinata yang berjalan ke arah pintu.

Terdengar suara pintu terbuka dan tertutup menandakan Hinata sudah keluar dari unit apartemen Naruto. Naruto sendiri melirik ke arah jam dinding di kamarnya, "Aku akan menutup mataku sebentar," gumamnya ketika melihat jam yang masih menunjukkan pukul 8 pagi.

Entah karena beberapa hari sebelumnya dia kelelahan atau bagaimana, baru benerapa detik dia menutup matanya dia sudah tiba di alam mimpinya.

Beberapa lama kemudian dia membuka matanya karena mendengar dering ponselnya. Masih dengan mata terpejamnya dia meraba-raba meja kecil yang ada di samping kasurnya.

Saat dia mendapatkan ponselnya dia membuka sedikit matanya dan menggeser tombol hijau yang ada diponselnya.

"Halo?"

Naruto terdiam beberapa saat hingga akhirnya dia membelalakan matanya karena terkejut. Tanpa membersihkan wajahnya dia dengan panik memakai jaketnya, lalu mengambil kunci mobilnya, dan keluar dari unit apartemennya.

"Di mana lokasinya?" Tanya Naruto dengan raut wajah paniknya seraya menyalakan mobilnya. Setelah seseorang di seberang sambungan telepon itu menjawab, Naruto segera menutup sambungan teleponnya dan menjalankan mobilnya.

Sepanjang perjalanan Naruto merasa cemas dan panik, tanpa dia sadari juga dia sudah ketiduran selama hampir dua jam. Dia terus menancapkan gas hingga sampai ke tempat tujuannya, di rumah sakit.

Sesampainya dia di sana dia melihat sudah ada kedua orang tuanya serta Sakura yang masih mengenakan jubah dokternya, lalu yang sedikit mengejutkannya adalah kehadirannya Hiashi dan Hanabi yang juga ada di sana.

Naruto berjalan lemas mendekati kedua orang tuanya, "Ada apa? Kenapa ini bisa terjadi?" Tanya Naruto dengan menatap kedua orang tuanya kosong.

Minato memegang bahu Naruto, "Saksi yang melihatnya berkata ketika dia melihat ada tiga ekor anak anjing menyeberangi jalan dan hendak tertabrak, lalu Hinata datang karena menyelamatkan mereka, tapi Hinata tak sempat menyelamatkan satu. Mungkin karena itu dia syok, air ketubannya pecah dan keluar darah juga," jelas Minato.

Tubuh Naruto perlahan melemas, dia terduduk di lantai seraya menatap pintu ruang operasi.

Tak berselang lama tangannya mengepal dan memukuli dadanya sendiri, "Seharusnya aku mengantarnya ...  Seharusnya aku bisa mengantarkannya ... Tidak ... Seharusnya aku tidak membiarkannya keluar hari ini ... Aku bukan suami yang baik ...." Tangisnya pecah.

Kushina memeluk tubuh putranya dan ikut menangis bersama.

Beberapa jam berlalu, seorang perawat membuka pintu operasi, "Keluarga Uzumaki-san," panggil perawat itu. Naruto dan semua yang ada di sana segera menghampiri perawat itu, "Suaminya-"

"Saya, saya suaminya, ada apa dengan istri saya? Apa dia baik-baik saja?" Tanya Naruto dengan khawatir.

"Sebelumnya saya minta maaf, tapi sebenarnya harus di lakukan operasi sebelumnya, namun istri anda bersikukuh tidak ingin di operasi, jadi kami cukup kesulitan dalam mengeluarkan bayi dengan keadaan seperti itu, tapi syukurlah semuanya sudah berjalan dengan lancar, dokter ingin anda masuk ke dalam," jelas perawat itu.

Cinta dari Bertukar Tempat | NARUHINA | SASUSAKU | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang