Sepuluh menit setelah bel pulang berbunyi, Tiga Serangkai masih berada di kelas mengerjakan tugas yang harus dikumpulkan sore itu juga. Nusa mengedarkan pandangan ke sekitar kelas setelah tugasnya selesai dikerjakan, menyadari itu dengan cepat Arar merebut buku tugas Nusa.
Kelas mulai sepi hanya menyisakan beberapa murid yang juga masih terlihat sibuk mengerjakan tugas, di sudut-sudut kelas terlihat beberapa di antaranya mengerjakan tugas piket harian.
"Gue mau ke kantin dulu, beli minum," ucap Nusa merapikan mejanya sebelum bangkit dari duduknya."Jangan lupa buku gue kumpulin di meja depan. Awas aja lo berdua nyalin tugas gue, giliran dikumpulin buku gue ditinggal."
Arar menyengir mengingat kejadian yang sudah-sudah."Siap Bos. Tenang aja. Kali ini beres." Arar menyahut tanpa beralih dari bukunya.
Nusa beranjak meninggalkan kelas, suasana sepanjang menuju kantin juga sudah mulai terlihat sepi. Bahkan di kantin sekarang hanya terlihat beberapa murid yang seperti dirinya—mencari minum atau makan sebelum pulang. Anak-anak ekskul terlihat di kejauhan.
Awalnya Nusa hanya ingin membeli satu botol minuman mineral, lalu kembali ke kelas untuk kemudian bersama Arar dan Risnu menuju lapangan basket bertemu dengan Lano dan Kavian. Tapi sepertinya rencana Nusa akan sedikit berubah saat matanya menemukan sesuatu yang menarik.
Seperti melihat bintang di tumpukkan jerami, mata Nusa seketika menyipit saat mengenali seseorang yang duduk sendirian di salah satu kursi kantin. Awalnya kantin yang terlihat teduh terasa suram karena matahari yang kian turun, saat melihat gadis yang duduk sendirian itu Nusa merasa seperti melihat sinar tak kasat mata yang membuat kantin terasa lebih cerah.
Semenjak mendapat balasan pesan chat dari nomor Tara, Nusa merasa seolah dia telah diterima. Dari balasan chat itu kemudian berlanjut pada balasan chat basa basi lainnya, dari sanalah mereka seolah akrab dengan sendirinya. Dari sana juga Nusa tahu di mana kelas Tara. Dan dengan semua itu Nusa seolah ingin lebih mengenal Tara. Nusa merasa ada sesuatu yang berbeda dari Tara.
"Hai Tar, sendirian aja." Nusa menyapa ramah, berdiri di hadapan meja Tara.
Mendengar seseorang menyapanya gadis yang semula terlihat menunduk menikmati makanannya itu seketika mendongak, dan dengan raut wajah terkejut Tara menatap Nusa gugup. Tara dengan cepat mengelap mulutnya dengan tisu."Nusa, hai. Ya sendirian aja. Sebenarnya tadi sama teman, tapi mereka bilang udah dijemput di depan. Jadi pulang duluan."
"Boleh duduk?" tanya Nusa.
"Oh, boleh. Silahkan, itu bangku punya kantin, kok," jawab Tara mencoba bercanda, membereskan beberapa bungkus snack di atas meja yang berserakan.
Nusa tersenyum, mulai duduk, berhadapan.
"Dilanjut aja makannya Tar, atau kalau lo merasa terganggu ada gue di sini, gue bisa pergi." Nusa berdiri, bersiap pergi.
Tara buru-buru menggeleng menatap Nusa."Eh, nggak ganggu kok, santai aja," sahut Tara dengan nada bicaranya yang lebih tenang.
"Belum pulang?" tanya Tara menatap Nusa sekilas.
"Lo juga belum pulang," jawab Nusa sekenanya."Atau lagi nunggu pacar?"
Tara dengan cepat menggeleng mendengar kalimat terakhir Nusa."Gue nggak punya pacar, gue nunggu adik gue jemput."
Hening sejenak. Nusa melihat Tara mengedarkan pandangan seolah menghindari tatapannya. Nusa tersenyum dalam hati.
"Gimana luka di tangan lo, udah sembuh?" Nusa memecah hening di antara mereka.
Tara tertawa kecil."Lo udah nanya soal gimana keadaan tangan gue berulang kali lewat chat, Sa. Tenang aja, semuanya oke, kok." Tara mengangkat tangan kanannya sekilas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nusa ( N ) Tara
Novela Juvenil"Bullshit! SMA gak Ghuna Anjing!" Di antara banyaknya coretan warna tak beraturan, setidaknya kata-kata itu menjadi yang paling jelas untuk bisa terbaca. Setelah lima tahun berlalu, SMA Ghuna Bangsa kembali diteror aksi corat-coret tembok, vandalis...