08. Kabar Pagi Buta

23 22 0
                                    

"Gue duluan ya, Sa. Emak gue udah ngomel-ngomel nanyain remot TV ada di mana. Ini bakal jadi masalah besar, karena sejujurnya gue juga gak tahu remot tvnya ada di mana. Cuma karena gue sering nonton berita, gue yang jadi sasaran." Arar mendorong mundur sepeda motornya keluar dari barisan motor parkiran kelas dua belas.

Nusa yang sudah duduk di jok motornya hanya mendengarkan dengan prihatin.

Risnu tidak lama kemudian menyusul mengeluarkan motornya hati-hati, terdengar menggerutu karena motor di sisi kanan dan kiri motornya diparkir terlalu mepet."Gue juga duluan, Sa. Ada beberapa gambar yang harus diberesin."

Nusa menggangguk. Arar dan Risnu melambaikan tangan, menyalakan mesin motor masing-masing. Nusa membalasnya dengan mengangkat jempol.

"Nanti malam, kita ke rumah lo, Sa. " Arar sedikit berteriak sebelum mulai melajukan motornya."Jangan lupa siapin sesuatu yang spesial."

Setelah mengucapkan kalimat yang sebenarnya tidak Nusa hiraukan, Arar mulai melaju dengan motornya, disusul motor Risnu di belakang.

Nusa mengalihkan tatapannya ke sekitar setelah dua motor sahabatnya hilang ditelan kesibukan jam pulang. Parkiran kelas dua belas berangsur sepi. Satu-dua siswi yang melintas di sekitar Nusa menyapa ramah. Nusa membalas sapaan dengan tersenyum tak kalah ramah, sesekali melontarkan candaan.

Awalnya Nusa berniat untuk menunggu Tari di tempat lain barangkali urusan adiknya di Klub Jurnalis masih lama. Tapi, ujung matanya lebih dulu menemukan Tari di kaca spion motornya, terlihat berlari kecil mendekat.

"Sorry ya, Kak. Tadi ada insiden kecil. Beberapa artikel yang udah di cetak ketumpahan tinta," jelas Tari setibanya di samping Nusa.

Nusa menyodorkan helm kepada Tari. "Terus gimana?"

"Semuanya udah beres, untung masih ada back up filenya." Tari menerima uluran helm dari kakaknya.

Nusa mengangguk, mulai mengeluarkan motornya dari parkiran. Tari bergegas naik di jok belakang setelah helm sempurna dipakai. Setelah memastikan semua siap, Nusa mulai melajukan motor, segera meninggalkan area parkir kelas dua belas yang semakin terlihat kosong.

Tidak hanya di area parkir, di area depan Ghuna Bangsa juga sudah jarang terlihat murid berseragam putih abu. Nusa menghentikan laju motornya di depan gerbang sebelum menyebrang. Jalanan ramai, Nusa menoleh ke kiri, halte terlihat lenggang. Menoleh ke kanan, kendaraan masih rapat.

Awalnya perhatian Nusa hanya fokus pada memperhatikan jalan. Sebelum kemudian suara klakson terdengar dari bus yang berhenti di halte sebrang, yang seketika menarik perhatian Nusa.

Nusa menyipitkan matanya demi melihat seseorang di halte sebrang. Walaupun jaraknya tidak begitu dekat, tapi dia yakin seseorang itu tidak asing. Nusa tidak bisa memastikannya lebih lama, karena gadis itu kemudian terlihat buru-buru menuju bus.

Nusa melajukan motornya menyebrang jalan bersamaan bus di sebrang yang mulai meninggalkan halte. Tarikan gas motor yang mendadak dan terlalu bertenaga membuat Tari yang tengah memperhatikan sekitar dengan tenang tiba-tiba memeluk tubuh Nusa, terkejut.

Dengan mendengus kasar, Tari menjitak helm kakanya, kesal.

***

"Siapa yang dapat lima poin lebih dulu, dia yang menang. Dan kali ini hadiahnya istimewa, yaitu—" Nusa melemparkan jump ball di tengah lapangan basket rumahnya dengan kalimat menggantung. Bola oranye melambung lurus menuju langit gelap cerah berbintang.

"Hadiahnya semangkuk mi rebus kuah istimewa," lanjut Nusa.

Mendengar kalimat lanjutan Nusa, Arar dan Risnu yang semula sudah bersiap melompat meraih bola oranye mendadak batal."Mending nggak usah main kalo hadiahnya mi rebus kuah setan, lo, Sa. Gue nggak tertarik"Arar mendengus lirih. Risnu mengangguk, setuju.

Nusa ( N ) TaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang