April (Bab 7)

11 2 0
                                    

Setelah April menceritakan hal yang mengganggu dirinya, membuat basecamp menjadi hening. Dan tentu saja Noval, Iki, Adit, mereka saling pandang seolah pemikiran mereka sama.

Namun tiba-tiba saja mereka di kejutkan oleh Janu yang berdiri.
"Astaghfirullah.. Jan, kaget gue." Ucap Noval mengusap dadanya, karena memang Janu duduk di sebelah Noval.

"Gue balik duluan." Ucap Janu yang sudah menenteng tas ranselnya.

"Sekarang?" Tanya Iki, yang di jawab anggukan.

Noval menatap kesal pada Janu yang sekarang juga diam menatapnya.

"Oke, Hati-hati." Ucap April dan Adit.

Janu membalas dengan anggukan dan mengambil kunci mobilnya, yang tergeletak di atas meja.

Janu pun pergi, hingga suara mobilnya pun sudah tak terdengar.

April memejamkan matanya, tidak ada saran atau kritik dari para sahabatnya tentang Sesil ini.

April semakin dibuat bingung dengan hal baru ini.

Meskipun sudah berusaha mengabaikannya tapi itu sulit.

Kenapa? Entahlah, April masih belum tahu jawabannya.

"Gue juga balik duluan," Tiba-tiba April juga bangun lalu memakai jaket nya dan mengambil kunci motornya.

"Ehh.. Ehh.. Loh.. Kenapa jadi bubar begini.. Gak asik ah kalian.." Ucap Noval.

"Udah, kita juga balik aja.." Lanjut Iki yang di setujui Adit.

"Ya udah.." Jawab Noval yang juga bersiap dan memakai jaket nya.

Pintu basecamp di kunci dan di bawa Adit, mereka bertiga menaiki motor masing-masing.

April dan Noval satu arah, sedangkan Adit bersama iki. Mereka berpisah dan melaju menuju rumah mereka masing-masing.

Masih terasa berat jika April harus kembali kerumah, dan April memilih berbelok ke arah jalan raya.

Berjalan-jalan malam sebentar mungkin bisa membuatnya merasa lebih tenang, terlihat langit malam saat ini penuh bintang. Namun tidak dengan suasana hati dan pikiran April.

April memilih memberhentikan motornya di tepi jalan, melihat danau yang ada di sebelah kiri nya.

Tempat dimana saat dirinya masih kecil yang selalu liburan atau sekedar bermain bersama keluarga nya disana.

Sekilas ada bayangan masa kecil seperti kaset yang di putar ke masa lalu, tawa April yang selalu ceria bersama Rangga dan kedua orang tuanya berlarian saling mengejar.

Sekarang?

Semuanya hancur seperti kelas kaca yang sudah pecah.

Kak Rangga yang memilih kuliah diluar kota, membuat April juga tidak bisa bergantung padanya.

Bahkan sulit sekali hanya untuk bertukar kabar pun, bagi April. Kak Rangga sosok yang paling keren, April ingin seperti Kak Rangga yang selalu mendapatkan pujian dari Karin.

Bahkan sekarang pun Kak Rangga tengah menyelesaikan skripsi nya, yang artinya akan lulus lebih awal dan juga akan langsung masuk ke perusahaan sang ibu.

Luar biasa bukan??

Maka dari itu April merasa jauh untuk mengejar Rangga, dan tidak mungkin dirinya bisa seperti Rangga.

April melepaskan helmnya, memandang jauh ke arah danau dan menikmati hembusan angin malam.

Terdengar suara bising kendaraan yang masih berlalu lalang, juga suara hewan kecil khas malam hari.

April memejamkan matanya sebentar.

"April..." Suara dari kejauhan namun tetap terdengar jelas oleh April.

Dengan cepat April membuka mata dan menoleh ke arah sumber suara.

Sesil?

Lagi?

Tunggu? Kok, banyak orang gini.

Kening April mengerut, Sesil berlari kearahnya.

Pakaian yang di kenakan Sesil cukup membuat April semakin tekejut, Sesil benar-benar berbeda.

Sesil yang mengenakan dress selutut berwarna biru muda dengan motif bunga kecil-kecil dan bando yang melekat di rambutnya.

Cantik.

April tersadar dengan ucapannya di dalam hati barusan.

Sesil berhenti tepat di depan April yang masih diam, Sesil mengatur nafasnya sejenak.

"Ekhem.. Ekhem.." Sesil juga mengatur suaranya.

"Lo ngapain?" Tanya Sesil dan April bersamaan.

Lagi, April di buat terkejut.

Berbeda dengan Sesil yang malah terkekeh menanggapinya.

"Lo duluan." Ucap Sesil.

"Gak lagi ngapa-ngapain." Jawab April. " Dan lo?" Tanya April balik.

"Gue?" Tunjuk nya Sesil pada dirinya sendiri.

April mengangguk juga melihat sebentar ke arah belakang Sesil yang terlihat sekitar ada empat orang yang berdiri disana, salah satunya seorang wanita paruh baya. Mungkin, ibunya.

Sesil yang melihat tingkah April barusan pun tersenyum. "Itu Ayah dan Bunda.. Lalu yang dua cowok ganteng itu Kakak kembar gue.. Dan yang salah satunya nitipin gue ke lo pas mobilnya mogok." Jawab Sesil.

April mengangguk menanggapi jawaban Sesil.

"Habis ada acara?" Tanya April, melihat penampilan keluarga Sesil sangat rapih.

"Habis makan malam keluarga doang sih diluar, gabut aja bosen makan dirumah terus.." Jawab Sesil lalu terkirim setelahnya.

Berbeda dengan April yang hanya menjawab 'Oh' dengan menganggukan lagi kepalanya.

"Oh iya.. Gue gak sengaja liat lo disini jadi minta Kak Azka buat berhentiin sebentar mobilnya karena gue mau bilang terimakasih sama lo." Lanjut Sesil.

"Buat?" Tanya singkat April.

Sesil menghela nafas sebentar, April ternyata masih belum nerima dirinya sebagai teman, bukti bahwa April masih saja bersikap dingin.

"Biat lo karena udah kasih tebengan ke gua.. Dan Keluarga gue juga bilang terimakasih.." Jawab Sesil.

Kening April mengerut, "Keluarga lo? Kenapa?"

"Gue cerita sama mereka, pas gue di tolongin lo sampai ke sekolah dengan selamat dan aman." Jawab Sesil sambil tersenyum.

Jika itu Adit mungkin udah kelepek-klepek melihat senyuman Sesil ini, berbeda dengan April yang memalingkan wajahnya kini menatap danau kembali.

"Gak apa-apa.. Gak usah bilang terimakasih, tapi Oke sama-sama." Jawab April yang kembali melihat Sesil.

"Ya udah, kalau gitu gue balik ya.. Gue cuma mau ngucapin itu doang sih, tadi pas di kantin sekolah gue mau ngomong cuma suasananya gak pas.." Lanjut Sesil.

"Jadi, menurut lo.. Sekarang ini suasananya pas?" Tanya April dengan menaikan satu alisnya.

"Mungkin.. Hehe." Jawab Sesil sambil menyengir. "Ya udah, gue pulang dulu sampai ketemu di sekolah.. Bye April.." Ucap Sesil sambil berjalan mundur melambaikan tangannya dan berbalik lalu berlari menuju keluarga nya yang setia menunggu disana.

Terlihat, Sesil yang di sambut ceria oleh keluarganya. Membuat hati April merasa di hantam benda tajam.

Sakit.

Hal seperti itu yang April rindukan.

Setelah melihat mobil keluarga Sesil hilang dari pandangannya, April juga memilih untuk kembali kerumah sebelum ibunya memarahinya lagi.

.
.
.
.
. TBC.

Haii..
Comeback nih..
Kangen baskara??
Apa Janu??
Mulai nyicil dikit-dikit deh.. Tapi gak janji ya.. 😁😁😁✌🏻

Happy Reading 🌸🌸
Vote and coment yaa🌸

April (Bad Boy) Slow UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang