3. Toji (JJK)

18 3 0
                                    

Keringat terus mengalir, sesekali tangannya  menghapus peluh. Minyak panas menggoreng kerupuk keriput itu hingga mengembang satu demi satu.

"Selesai juga."

Beberapa jam kemudian, Toji membawa kerupuk yang telah dibungkusnya menuju warung-warung yang menjadi langganannya.

"Pas banget Kang Toji datang, lagi kehabisan kerupuk nih."

"Warung Teteh ramai sih." Toji turun dari motornya, ia lantas membuka pelastik kerupuk dan membantu anak pemilik warung memasukkannya ke dalam toples.

"Syukur, Kang." Ia tersenyum tipis, kemudian teringat sesuatu. "Akang mau sekalian makan? Udah tengah hari juga?"

Toji menangguk, ia yang telah memasukkan kerupuk terakhir, lantas melihat menu yang tersaji di warung. Mungkin sekalian mendinginkan tubuh dari terik mentari. Lagi pula, ini adalah warung terakhir yang ia datangi.

"Boleh deh, Teh. Sekalian teh manis dingin, ya."

"Siap, Kang."

Toji mendudukkan diri di kursi warung, ia mengambil cangkir kaleng dan menuang air mineral dan menenggaknya hingga kandas.

Menghela napas, kipas angin di warung cukup membuat badannya menjadi adem.

"Ini Kang, silakan dinikmatin."

"Makasih, Teh."

"Oh, ya, gimana kabar Megumi?"

Sambil menyantap makanannya, Toji menatap gadis tak jauh di hadapannya.

"Baik, Teh. Alhamdulillah. Anaknya rada bandel sih, maklum lagi hobi kelayapan main layangan."

Gadis itu terkikik kecil.

Ia lantas mengambil beberapa permen di toples warung, kemudian memberikannya kepada Toji.

"Tolong kasihin ke Gumi, ya, Kang. Biar rajin belajar."

Tersenyum, Toji lantas mengangguk.

"Makasih, Teh. Moga warung Teteh makin laris, ya."

Setelah mengantar pasanan terakhir di warung, Toji lantas bergegas pulang dengan membawa sekantung permen di tangan.

.
.
.

Tamat

DUH PADAHAL MAU BUAT PANJANG TAPI KEPENTOK WAKTUNYA, LAGI SIBUK BANGET.

I'll Never Forget You (Pria-pria yang telah mati)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang