19. Toji (Bertemu)

2 1 0
                                    

Hari itu ia mengira adalah hari terakhirnya, perut dan parunya hancur dan bersimbah darah. Toji menyentuh darahnya, menggenggam, kemudian menatap darah di telapak tangan.

Tiba-tiba teringat istrinya yang tengah menggendong sang putra, potret yang masih tercetak jelas di kepalanya walau telah belasan tahun berlalu semenjak wanita itu meninggal dunia.

Ah, Toji juga mengingat putranya yang sekarang tumbuh, berusia tujuh tahun. Menatap pria di hadapannya, ia memberitahu informasi penting itu dan menutup mata.

Semuanya mendadak gelap, dan perlahan sunyi. Toji telah mati.

Entah berapa waktu berlalu, ia terbangun di padang rumput di dekat pinggir hutan. Ia menghalangi silau mentari sore, berpikir bahwa ini adalah alam kematian. Namun, ia tahu tempat ini terasa familier.

Berjalan beberapa saat, ia menemukan petakan rumah yang sering dijadikan tempat untuknya melarikan diri dahulu jika ia ingin menyendiri dari rundungan keluarga Zen'in saat ia belia.

Hijau bola matanya melebar saat ia melihat dirinya sendiri yang berusia kanak-kanak muncul. Karena keterkejutan, ia tak sempat menyembunyikan diri dan mereka sama-sama saling pandang dengan heran.

Dalam batin Toji bertanya-tanya, apakah ini mimpi atau hanya kenangan setelah mati. Ia harus menyaksikan dirinya carut-marut saat ditindas kelurganya sendiri?

Ia lantas memutuskan pergi, menghilang dari pandangan mata Toji yang masih bocah.

Kembali ke padang rumput, Toji masih bingung dan berpikir kenapa ia kembali ke tempat ini. Ia tak ingin apa-apa lagi, tak memiliki ketertarikan dengan hal-hal duniawi lagi. Namun, ia malah bertemu dirinya saat masih kanak-kanak.

.
.
.

Tamat

I'll Never Forget You (Pria-pria yang telah mati)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang