Pertemuan singkat dengan pria itu, lantas membuatku jatuh cinta. Padahal kami tak banyak saling berbicara, dia berwajah dingin dengan tatapan tajam, tetapi memiliki senyuman yang menggoda.
Awalnya di sebuah klub malam yang sesak dengan irama memacu jantung, orang-orang yang terhisap dalam hiruk-pikuk pelepasan kegilaan bernama kehidupan, dan mereka terus meliukkan tubuh di bawah kelap-kelip lampu. Aku menghela napas, terdiam karena baru pertama kali datang ke tempat ini. Temanku berulang tahun, dan memaksaku untuk ikut. Namun, sialnya dia pula telah menghilang, menyatu dalam kerumunan di tengah hiburan.
Aku melangkah dan duduk di bar, berebelahan dengan seorang pria yang hanya meminum sekaleng kola. Tidak saling berbincang, tetapi berpandangan tanpa sengaja karena dia duduk ke arahku, dan entah bagaimana pula, aku duduk ke arahnya dengan bangku yang bisa diputar 360 derajat.
Tersenyum ke arah pelayan bar, aku meminta sekaleng soda dan memesan beberapa makanan karena kelaparan. Perutku keroncongan, aku lantas menyantap hidangan seperti ini adalah menu yang terakhir aku makan, hal itu membuatku tersedak hingga terbatuk.
Aku menutup mulut, dan lantas menenggak soda. Mataku melirik ke samping, berharap di dalam batin bahwa ia tidak melihat hal memalukan tadi, tetapi harapan pupus karena kulihat matanya terfokus menatapku dengan segaris senyuman di bibir.
"Maaf, tadi itu menjijikan, ya?"
"Tidak, banyak yang lebih menjijikan terjadi di tempat ini." Dia masih tersenyum.
"Aaa... syukurlah." Aku lanjut menyantap makanku.
"Sendirian?" dia bertanya.
"Tidak, lihat orang-orang yang paling mengerikan dan gila di tengah lantai dansa itu? Ya, mereka temanku."
Dia mendengkus lucu saat memutar bangkunya dan menatap sekilas teman-temanku.
"Cukup seru, mungkin."
Aku hanya mengangguk, sambil menyuapkan makananku ke mulut.
"Kamu juga sendirian?"
Dia mengangguk.
"Oh." Aku baru saja selesai dengan makanku.
Sesekali aku memperhatikannya, dia memiliki wajah yang tampan, badannya yang besar ditutupi kaus hitam. Dia terkadang terfokus dengan televisi yang ada di dinding. Terkadang pula menoleh ke arahku, sehingga aku tertangkap basah memperhatikannya.
Hanya itu, setelahnya kami berpisah tanpa sempat mengatakan apa-apa karena aku ditarik pergi oleh teman-temanku.
Padahal aku ingin sekali mengungkapkan ketertarikanku kepadanya. Namanya pun aku tak tahu, tetapi samar-samar aku mendengar pelayan itu memanggilnya 'Toji'. Ingin sekali berjumpa lagi, mengatakan isi hatiku kepadanya. Mungkin aku gila, tetapi aku ingin menjadi gadisnya di malam itu dan menari bersama di bawah lapu dan hiru-pikuk orang-orang.
Aku bernyanyi di kamarku seorang diri...
Lock me up and throw away the key
He knows how to get the best out of me
I'm no fools for the world to see
Trade my whole life just to beToji....
..
.
Tamat
Tema kali ini musik yang didengar terkahir kali.
Erza dapet One Of The Girls
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Never Forget You (Pria-pria yang telah mati)
Fiksi PenggemarSepenggal kisah untuk pria-pria yang telah mati, kurindukan dan sering kali membuat bunga di hati menjadi layu. Kadang kala teringat, bermimpi, dan memutar kenangan agar tak meleburkan ingatan yang telah berkarat. Melupakan nama, suara, bahkan waja...