( 28 ) Diculik

51 19 6
                                    

Apa kesibukan membuatmu lupa akan semua hal?

***

28. Diculik


"Alesha, abang minta maaf. Abang nggak ngerti sama sekali soal ini, kamu tau kan abang akhir-akhir ini sibuk soal perusaha—"

"Sibuk, Bang? Sibuk kata lo? Sebelum papah nggak ada pun lo selalu gitu. Nggak ada di sini yang ngebela gue. Bahkan kemarin gue kabur dari rumah pun nggak ada yang nyari, abang sama sekali nggak telepon gue." Alesha berkata itu dengan satu tarikan napas. Rayyan—satu-satunya orang yang Alesha pikir akan menjaga Alesha dengan baik, bisa mengerti Alesha tetapi lelaki itu tidak melakukannya sama sekali.

Dia tahu, Rayyan itu baik. Dia hanya tidak tahu akan melakukan apa. Dia tidak tahu siapa yang benar dan siapa yang salah. Namun kenapa Rayyan tidak mencoba untuk mencari bukti. Kenapa mereka semua percaya dengan Lia?

Selama kembarannya di dorong sampai hilang ke sungai itu, keluarganya menyalahkannya. Lia yang berkata kepada mereka bahwa Alesha telah mendorong kembarannya yang bernama Alexa—Alexa Queen Alexander.

Pernah pula, dirinya celaka akibat tertabrak oleh mobil. Ya, saat jiwanya masih benar-benar dihuni oleh Alesha.

Kecelakaan Alesha dan Alexa di hari yang sama. Yang berbeda hanya waktunya. Alexa yang kecelakaan karena menggunakan motor dengan kecepatan tinggi dan Alesha yang kecelakaan karena tertabrak oleh mobil.

Jiwa mereka tidak tertukar.

Jiwa Alesha telah menghilang, tubuhnya masih utuh di dunia, maka dari itu yang sekarang mengisi tubuh Alesha adalah Alexa yang sekarang kerap di panggil Queen.

"Tapi abang mohon sama kamu, jangan pergi dari rumah."

Alesha tak mendengarkan perkataan abangnya. Lagipula, dia ada janji dengan Algara. Gadis itu melangkahkan kakinya pergi dari rumah besar yang kini hanya di huni oleh Rayyan saja. Lidya dan Rafa sudah Alesha usir dari sini. Rayyan memegang tangan Alesha, namun gadis itu segera menipisnya.

Kebetulan sekali, Algara sampai. Hingga Alesha langsung menaikki motor sport milik lelaki itu. Tanpa mereka sadari, seseorang yang mengunakan topeng berwarna hitam sedari tadi mengintai. Melihat mereka meninggalkan rumah, orang itu juga ikut menaikki motornya lalu mengikuti mereka.

"Gimana perasaan lo?" Algara bertanya. Namun, Alesha tidak mendengarnya dengan jelas.

"Hah?"

"Gimana perasaan lo?"

"Ha—oh. Ya gue kecewa, sih. Ternyata selama ini kembaran gue tertindas banget. Ada Bang Rayyan yang selalu Alesha percaya bisa bantuin. Nyatanya kalo Alesha di rendahin Bang Rayyan diem aja." Ya, dia bisa mengatakan itu karena dia mengetahui secara langsung. Dia mengamatinya secara langsung, bahkan saat itu dia sempat membaca-baca buku diary milik Alesha hingga dirinya tahu semua ini.

Algara hanya mengangguk perlahan. Sesaat kemudian, di jalanan yang tidak terlalu ramai itu. Kumpulan motor menghalanginya, dari jaket yang mereka pakai Algara dan Alesha langsung tahu mereka siapa. Mereka turun dari motor, di susul dengan Alesha dan Algara. Satu per satu dari mereka membuka helmnya perlahan.

"Hari ini, hari terakhir lo di dunia, Queen." Leon mendekat, senyuman miring terpancar jelas di wajahnya. Netra Leon beralih melihat ke arah Algara. "Kalo lo nggak mau mati sekarang, mendingan lo cabut aja."

Algara tersenyum remeh. "Gue? Cabut? Maksud lo gue harus ninggalin Queen di sini sendiri sama lo? Sorry, gue bukan laki-laki pengecut kaya lo."

Rahang Leon mengeras. Ingin rasanya dia meninju wajah Algara. Leon melihat ke belakang, semua anak buahnya telah bersiap untuk menghabisi Algara. Leon menyuruh mereka untuk segera maju dengan gerakan jarinya.

"Satu lawan satu dong, masa sa—"

Bugh!

Bugh!

"Bangsat!" Algara mengusap darah yang keluar di sudut bibirnya, padahal dia belum siap-siap sama sekali. Algara menyuruh Alesha untuk mundur. Dengan cepat, Algara menghajar mereka.

Bugh!

Bugh!

Algara menyeka rambutnya ke atas. Tersenyum ketika melihat anak buah Leon yang telah terjatuh. "Ayo sini, giliran lo."

Leon memajukan langkahnya. Sedangkan salah satu anak buah Leon menyeret Alesha dengan kasar, dengan cepat gadis itu menendang perutnya hingga lelaki itu terbatuk-batuk.

Bugh!

Akhirnya lelaki tadi tidak jadi menyeret Alesha. Ternyata gadis itu cukup kuat.

Mereka kembali berdiri. Satu orang sedang berusaha mengendap-endap sembari membawa kain yang sudah di beri obat bius. Dengan cekatan, lelaki itu membius Alesha dari belakang, gadis itu sempat memberontak, namun perlahan tubuhnya melemas.

"Bangsat lo Leon, Queen!"

Saat Algara akan menghampiri Alesha, Leon menarik tangan lelaki itu lalu menghantam keras perutnya hingga terjatuh. Leon memberi kode kepada mereka untuk segera membawa pergi Alesha.

"Shh, sialan." Algara berdiri, matanya mencari-cari segerombolan orang yang tadi ia rasa masih di sini, namun sekarang sudah tidak ada. Algara melihat ke arah Leon, lelaki itu mengeraskan rahangnya. Tangannya mencengkram kuat krah baju milik Leon. "Lo bawa kemana Queen?"

"Bukan urusan lo." Leon menepis tangan Algara kasar, hingga lelaki itu sekarang tidak lagi mencengkram krah baju Leon, kemudian lelaki itu memukul wajah Algara lagi.

Lelaki itu lantas berlari menuju ke motornya. Leon sudah menduga, Algara juga akan mengikuti dirinya. Terbukti lelaki itu terburu-buru menaikki motornya. Leon mendekat, ia menodongkan pistol yang sedari tadi tersimpan di dalam sakunya. "Kalo lo ikutin gua, lo bakalan mati."

Algara berdecak kesal, Leon dan para gengnya itu sangat pintar. Bahkan, sekarang Algara tidak tahu apa yang akan terjadi pada Alesha. Algara menjauh dari Leon, Leon menurunkan pistolnya lantas lelaki itu segera menaikki motornya lalu pergi.

"Sialan!" umpatnya kesal. Algara berfikir sejenak, "nggak ada pilihan lain, gua harus kabarin bang Vero," gumamnya pelan. Algara mengambil ponsel di sakunya lalu mencari kontak Vero, ketika sudah ketemu Algara memencet tombol telepon.

"Halo," sapa Vero dari seberang, "ada apa, Algara?"

"Gua nggak bisa jelasin secara detail, tapi adik lo sekarang di culik sama Leon, lo harus bantu gua buat nyari Queen."

"Wait, Queen? Queen siapa?" Vero diam sejenak. "Jadi gini, ada sesuatu yang mau gua jelasin ke lo, Queen itu sebenernya belum meninggal tapi sekarang dia ada di—"

"Ya gua tau, Queen belum meninggal. Dia ada sama gua tadi, tapi dia di culik."

"Di culik gimana? Orang dia ada di sini, kok. Sama gua, lagian lo aneh."

"Hah?"

***

Btw, Galuna udah aku publish. Yang penasaran bisa liat ya, tapi baru prolognya doang.

QUEEN'S LIFE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang