Pasrah

760 90 3
                                    

Satu bulan sudah berlalu sejak kejadian pagi itu. Satu bulan juga penginapan Jingshi mengalami kesunyian. Penghuni masih lengkap, kegiatan masih berjalan seperti biasa. Hanya saja, satu orang yang biasanya membawa suasana ceria kini tengah mengurung diri dalam sangkarnya.

Xiao Zhan, pemuda cantik dan ceria itu kehilangan cahayanya. Dia terus berada di kamar tak ingin menemui siapapun.

Saat makan pagi atau malam yang biasanya diharuskan berkumpul, mereka hanya bisa mengetuk pintu dan mengantar makanan untuknya. Dia yang membuat peraturan, dia juga yang melanggarnya.

Biasanya hanya Fanxing dan Yubin yang mengantar makanan. Selain dua orang itu, Zhan tak akan membukakan pintunya. Bahkan untuk Yibo sekalipun.

Terkadang mereka merasa lelah, tapi juga kasihan. Ingin memaksa, takut lebih trauma. Jadi mereka hanya bisa pasrah.

Tetap menunggu entah sampai kapan tiba saatnya.

Yubin sudah tak lagi bernyanyi di bar. Ia sekarang akan berangkat bersama Fanxing dan Ji Li untuk ke kafe. Yibo juga lebih sibuk. Ia kadang ikut Haoxuan mengurus sesuatu di kantor desa. Kadang ke gudang pengiriman membuat data dan melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan si pemuda cantik.

Sejak saat itu, Yibo memang menggantikan peran Xiao Zhan untuk desa. Apapun yang biasanya si cantik lakukan, akan ia lakukan. Urusan tentang investor dan perkembangan desa, tentang pengiriman barang, tentang penjualan produk desa, hasil perkebunan pun akan ia urusi semua.

Itulah alasan Xiao Zhan selalu dicari warga desa. Sekarang para warga hanya bisa menemui Yibo untuk mengatasi semuanya.

Mereka sudah mendengar tentang kejadian yang menimpa pemuda kebanggaan desa itu. Banyak juga dari mereka datang ke kantor polisi hanya untuk melontarkan umpatan penuh emosi pada si pelaku.

Si pelaku sudah mendapat hukuman selain olokan para warga desa. Dia dihukum 15 tahun penjara. Jika ditanya apa mereka puas dengan keputusan itu? Maka akan banyak yang menjawab tidak.

Yibo tidak bisa bertemu atau hanya sekedar melihat kelinci cantiknya. Namun ia tak menyerah. Setiap hari ia akan selalu menceritakan hari yang dilaluinya melalui pesan ke ponsel si cantik. Memang tak pernah mendapat balasan, tapi ia tetap melakukannya setiap hari.

Satu hal yang tak diceritakan Yibo pada kelincinya, tentang apa yang ia lakukan untuk menggantikan perannya di desa.

"Fanxing, sampai kapan keadaan seperti ini?" tanya Cheng-cheng sambil menyandarkan kepalanya di pundak Fanxing.

"Aku tak bisa memberimu jawaban, Cheng. Maaf." Fanxing mengecup puncak kepala kekasihnya lembut.

"Kasihan Yibo. Dia melakukan banyak hal untuk menggantikan peran Zhan Ge." Tatapan dua orang itu terarah ke pemuda yang saat ini duduk di depan laptop untuk mengerjakan sesuatu.

"Dia melakukannya karena cinta."

"Aku iri."

Fanxing menatap kekasihnya. "Iri?"

"Iri sama ketulusan Yibo pada Zhan Ge."

"Kau berpikir aku tak tulus?"

Cheng-cheng menggeleng rebut. "Aku tak pernah berpikir seperti itu."

"Sudahlah. Aku paham maksudmu. Gege beruntung bisa mendapat ketulusan seperti yang Yibo berikan untuknya. Hanya saja aku takut." Fanxing memejamkan mata sejenak sebelum menatap mata kekasihnya. "aku takut Yibo akan menerima kekecewaan atas balasan ketulusannya."

Cheng-cheng memeluk pemuda yang menjadi kekasihnya sejak beberapa bulan yang lalu. "Aku pernah mendengar jika Yibo tak akan menyerah untuk memperjuangkan cintanya pada Zhan Ge."

He Is ... (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang