Tragedi

845 88 4
                                    

Sudah satu bulan Wang Yibo menjalani liburannya di desa. Dia mulai ada kegiatan meski tak sesering anggota Jingshi lainnya. Biasanya ia membantu di kafe, di kantor desa, atau ikut mengawasi Xiao Zhan di gudang pengiriman.

Sebenarnya dia memang lebih sering mengikuti si pemuda cantik. Namun, hari ini dirinya diajak Yubin untuk berkuda bersama Yizhou.

"Tak apa kan aku ikut Yubin Ge?" tanya Yibo saat sarapan bersama.

Pertanyaan itu ditujukan untuk Xiao Zhan. Yang lainnya sudah terbiasa dengan kebersamaan dua insan yang lebih mesra dibanding yang pacaran itu, jadi mereka cuek-cuek saja.

"Tak apa, nanti aku juga sama Cheng-cheng kok. Jiyang juga katanya mau nyusul kalo kerjaan desa beres." Xiao Zhan menatap Yibo dengan senyumnya.

"Baiklah. Hati-hati. Ingat selalu aktifkan ponselmu! Pasang nomorku di panggilan darurat. Jangan nekat melakukan apapun kalo kau merasa tak yakin."

"Pesannya banyak bener, Pak. Udah kek suami pesenin istrinya," sindir Ji Li.

Yibo cuek saja, enggan menanggapinya. Ia menikmati sarapannya dengan tenang sampai selesai.

Semua kini sedang bersiap untuk kegiatan mereka masing-masing. Fanxing berangkat bersama Ji Li ke kafe. Haoxuan berangkat sendiri. Xiao Zhan baru keluar dari kamar dan akan berangkat ke gudang.

"Ayo kuantar!" seru Wang Yibo yang juga baru keluar dari kamar.

"Kau kan mau ke peternakan. Berangkat aja tak apa. Aku bisa ke gudang sendiri." Xiao Zhan meyakinkan Yibo dengan senyum manisnya.

"Aku lebih tenang kalo mengantarmu dulu sampai gudang." Entah kenapa kali ini senyuman Zhan tak mempan padanya.

"Yibo, aku beneran tak apa. Kau jangan terlalu memanjakanku!" Zhan mengambil tangan Yibo dan mengayun-ayunkannya manja.

"Baiklah, kau boleh berangkat sendiri. Ingat kan semua pesanku tadi?"

Xiao Zhan mengangguk. "Siap, semua sudah diingat."

"Tak ada yang ketinggalan kan?"

Xiao Zhan menggeleng. "Semua sudah kumasukkan dalam tas." Tangan mungilnya mengangkat tas yang memang biasa ia bawa saat membawa banyak barang.

"Hati-hati!"

Xiao Zhan mengangguk. Ia mengecup pipi Yibo sekilas lalu berlari menuju gerbang. Yibo hanya menatapnya dengan senyum sampai punggung ramping itu menghilang.

"Jangan ditatap terus, pisah bentar aja pesan gitu banget," sindir Yubin yang kini sudah berdiri di belakang Yibo.

"Hari ini aku ngerasa agak gak tenang, Ge. Aku khawatir sama dia," ujar Yibo jujur.

"Kau mau nyusulin dia? Batalin aja nih sama Yizhou?" Yubin sudah mengeluarkan ponselnya siap menghubungi Yizhou.

Yibo menggeleng. "Tak apa, Ge, kita berangkat!"

Mereka bersiap untuk menuju peternakan. Berjalan beriringan sambil sesekali menyapa warga. Keduanya mengobrol dengan akrab sambil sesekali tertawa.

Mereka berdua berbelok di tikungan terakhir untuk menuju peternakan, tapi tiba-tiba ada seorang anak kecil yang memanggil nama keduanya.

"Bin Ge, Bo Ge!" Dengan napas yang ngos-ngosan, gadis kecil itu bersama dua temannya berhenti di depan Yubin dan Yibo.

"Xulu, Yiyi, Ran'er, ada apa?" tanya Yubin yang berjongkok menyetarakan tubuhnya dengan tiga anak gadis itu.

"Bin Ge, itu tadi kami melihat Zhan Ge ditarik paksa sama orang pakai baju serba hitam," ucap Ran'er.

"Zhan Ge teriak minta tolong, tapi langsung dibungkam mulutnya pakai kain," jelas Xulu sambil mempraktekkan dengan gerakan tangannya.

He Is ... (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang