Keputusan

810 89 6
                                    

Xiao Zhan masih di dalam kamar nomor tiga. Wang Yibo pun masih anteng tidur di pangkuan kekasih cantiknya. Panggilan yang dilakuakn Xiao Zhan dengan keluarga Wang sudah berakhir beberapa saat yang lalu.

Xiao Zhan terus berbincang dengan mama dan adik dari kekasihnya tanpa lelah. Obrolan mereka pun mengalir tanpa rencana. Seperti apa yang ia rasakan pada Wang Yibo, seperti itu pula yang ia rasakan pada keluarga kekasihnya.

Ia juga sudah memanggil Liying dengan sebutan mama. Hasil paksaan Liying karena senang memiliki menantu yang sefrekuensi dengannya. Dylan pun sudah banyak bercerita tentang kehidupannya dengan sang kakak sejak mereka kecil.

Lalu tadi tiba-tiba papa dari Wang Yibo juga ikut berkenalan dengannya. Meski suaranya agak dingin, tapi Zhan merasa tenang. Meski tak senyaman saat berbincang dengan Liying, berbincang dengan Junkai cukup menyenangkan.

Tok...tok...tok...

Suara ketukan pintu terdengar. Zhan bergerak hendak bangun untuk melihat tersangka pengetuk pintu, tapi gerakannya tertahan tangan besar orang yang tidur di pangkuannya.

"Masuk!" teriak Yibo tanpa mengubah posisinya.

"Yibo? Kau tak tidur?" pekik Zhan kaget.

Bahkan kakinya hampir mati rasa, sekarang dia melihat orang yang sedari tidur membuka mata segarnya!

"Tidur dan membiarkanmu terkontaminasi keluargaku?" Yibo sudah bangkit dan duduk di samping Zhan.

Bersama dengan itu, para penghuni Jingshi lainnya melangkah masuk. Yubin dan Fanxing yang ada di depan menatap dua insan yang duduk berdampingan di atas ranjang.

"Kalian benar-benar sudah bersama?" tanya Fanxing dengan tatapan polos minta ditabok.

"Sudah jelas kenapa kau masih tanya!" Yubin memberi geplakan sayang di kepala adik dari sahabatnya itu.

Fanxing menatap kesal Yubin sebentar lalu beralih menatap kakak dan kakak iparnya lagi. Ia menyerahkan ponselnya yang langsung diambil oleh Xiao Zhan.

"Jiejie bilang mereka sudah berkumpul di kantor papa. Mau melakukan panggilan sekarang atau nanti saja?" ujarnya menerangkan maksud.

Wang Yibo menoleh menatap kekasihnya. Ia sedikit menemukan keraguan di ekspresi pemuda cantik itu. Dengan tenang ia mengambil ponsel dari tangan si cantik dan menyerahkan kembali ke pemiliknya.

"Lakukan panggilan video, sambungkan dengan laptop di sana! Atur posisi yang pas biar bisa melihat kita semua."

Fanxing langsung bangkit dari kasur dan mengambil laptop milik Wang Yibo. Ia mengutak atiknya beberapa saat, sebelum berlari kembali ke kasur. Yang lain pun sudah duduk anteng di satu tempat yang sama.

Xiao Zhan menarik napas untuk menghilangkan kegugupan. Rasanya berbincang dengan keluarga calon suami lebih santai dibanding keluarga sendiri.

Yibo meraih tangan yang lebih kecil dari miliknya itu dan menggenggamnya erat. Ia menyalurkan rasa nyaman agar sang kekasih bisa lebih tenang.

Semua itu tak lepas dari pantauan Yubin dan Fanxing. Mereka berdua bukannya tidak mempercayai Yibo, hanya saja mereka masih butuh sesuatu yang bisa lebih meyakinkan. Bagaimana pun mereka berdua adalah saksi perjalanan hidup seorang Xiao Zhan.

Pemuda cantik itu pernah mereka lihat dalam keadaan terpuruk bahkan sulit bangkit. Mereka juga melihat langsung perjuangannya untuk bisa bertahan sampai detik ini.

Mereka tidak ingin salah menilai seseorang yang sudah dipercaya si cantik untuk berdiri di sisinya. Yibo selama di desa memang selalu terlihat baik, tapi bagaimana pun mereka baru saling mengenal bukan?

He Is ... (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang