7. Masih abu abu

291 11 0
                                    

Suasana di dalam ruangan itu sangat mencengkam. Hawa permusuhan terpancar dari tubuh arsen. Yang kini kedua mata nya terbuka lebar menatap permusuhan pada teman lama nya. Wajah pria itu memerah. Rahang nya mengeras tak lupa kedua tangan nya pun ikut terkepal kuat

"bajingan! Manusia sialan!!" maki pria itu. Andai saja ia bisa berdiri. Arsen. Tidak akan memberi kesempatan adnersson bisa menatap naomi. Walau hanya sekilas

"apa maksud dengan tatapan menjijikan itu. Jangan main-main dengan'ku. Andersson, kau tidak ada beda-nya dengan kakak'mu. Sialan!" arsen terus berseru marah di atas kursinya.

Sedangkan andersson. Tetap tenang menatap arsen. yang tengah meluap kan amarah nya. Bagi pria itu. Dia tengah menyaksikan pertunjukan yang sangat lucu dan cukup menghibur.

Andersson menarik sudut bibir nya ke atas. Ketika melihat tak ada satu pun manusia di dalam ruangan itu. Berusaha untuk menenang kan arsen. Mereka malah diam. Sembari bergelut dengan pikiran masing masing

"ck.. Pria banyak drama..kau ini kenapa marah tanpa alasan? memang ada apa dengan tatapan'ku?" tanya andersson sembari memincingkan mata nya. Membalas tatapan arsen yang sinis

Praaanggg......

Suara benda yang arsen lempar jatuh ke lantai hampir saja mengenai pelipis andersson. Keadaan semakin terasa mencengkam. Bahkan kini howard dan diego dengan serempak berdiri dan segera menghampiri ke arah arsen.

Sedangkan naomi. yang masih duduk di atas sofa. tubuh nya mulai gemetar kecil. Dia tidak sanggup melihat perseteruan dua pria di hadapan nya. yang sama sekali tidak naomi mengerti. Ada apa sebenar nya. Setau nya jika teman lama baru bertemu kembali. mereka akan menghabis kan waktu dengan berbincang bersama. Sedangkan arsen dan andersson malah saling melempar sinyal peperangan

"tahan emosi'mu arsen, Lihat lah naomi, akan ketakutan melihat kau yang tidak bisa mengontrol diri."bisik howard yang masih terdengar jelas oleh andersson dan yang lain nya. Terkecuali naomi. Gadis itu sama sekali tidak peduli siapa pun. Dia tengah mengatur tubuhnya yang masih gemetar

Arsen langsung melirik ke arah naomi yang terlihat diam. Menatap pokus kedepan. Dengan tatapan yang sulit.

"pergi bajingan!!."usir arsen tertuju pada andersson. Yang masih tenang di tempat duduk nya. Begitupun dengan asisten pria itu. Tak ada beda nya sama sama manusia kelewat tenang

"huuh! Baiklah. Seperti-nya aku datang di waktu yang salah. Dan aku sudah menganggu induk harimau yang sedang tertidur. Kau membuat gadis cantik itu. Sampai ketakutan arsen,"ucap andersson dengan tenang. Sekilas ia menoleh ke arah naomi. Yang ternyata juga menoleh padanya hanya sekilas saja.

Tak ada sautan dari sang empunya nama. Pria itu masih menatap andersson dengan tajam tanpa suara.

"aku tidak tau kenapa kau tiba-tiba marah seperti itu. Pada'ku arsen, dan tidak etis karna tanpa alasan yang jelas. Tapi aku tidak akan menyerah. Sebelum mendapat'kan yang aku ingin kan..........jadi. Aku tunggu kau tenang. Segera kirim berkas milik'mu. Akan segera aku balik nama. Menjadi atas nama'mu." ucap andersson lagi dengan serius. Tak lupa wajah datar dan dingin nya yang sama sekali susah untuk di baca

"oh..ya..aku belum menjawab pertanyaan'mu. Sebagai imbalan nya. Aku ingin. Tambang emas milik'mu atau tambang minyak yang berada di asia. Bagai mana? Aku harap pertemuan selanjut-nya. Deal."lanjut andersson

"bisa kah kau segera keluar dari ruangan'ku." usirnya secara halus namun. Juga memaksa. Arsen. belum bisa berdamai begitu saja. Karna baginya. Tidak ada yang jauh mengenal andersson dari dirinya. Mereka sama sama tidak pernah bercanda dengan ucapan dan arti dari tatapan mata

"perawat tuan arsenio"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang