VOTE KOMENNYA JANGAN LUPA
~~~
Entah kemana Pramudita akan melangkah sekarang, dia hanya menyusuri jalanan kota yang teramat asing baginya. Tidak pernah terlintas sekalipun dalam pikirannya, jika dia akan datang ke tempat seperti ini.
Malam pun tiba, Pram hanya terduduk saja di sebuah warung kopi, menyantap makanan yang sebelumnya dia pesan. Dengan perlahan-lahan, dia menyendokkan nasi berserta lauk dengan pikiran yang menerawang, mengingat tujuan awal dia datang ke kota ini.
Haruskah Pram putus asa sekarang ini? Tujuan dia kesini adalah untuk menemui kekasihnya, tapi ternyata dia dikhianati. Bagaimana dia tahu jika dirinya dikhianati? Setelah membeli ponsel baru, dia sempat mengirimkan pesan kepada kekasihnya. Awalnya kekasihnya membalas, tapi setelah wanita itu tahu jika itu adalah dia, nomornya langsung tidak bisa dihubungi seperti kemarin.
"Mungkin ini dosa untukku karena membangkang pada Ibu." Pikir Pram.
"Bu." Ucap seorang pemuda yang membuat lamunan Pram buyar seketika.
"Hei." Ucap pemuda itu sembari melihat ke arah Pramudita.
"Hei." Jawab Pram sedikit canggung. Pemuda itu adalah penjaga toko ponsel tadi siang.
"Gua gak tahu kalo ada cowok semanis lo yang tinggal di komplek ini." Ucap pemuda itu sambil tersenyum, yang membuat Pram merasa aneh. Jika saja wanita yang memujinya, itu biasa, bahkan akan membuat Pram senang. Tapi, ayolah, dia seorang lelaki. Ya, walaupun Pram juga memuji ketampanannya tadi siang.
"Makasih." Ucap Pram sembari tersenyum canggung.
"Ehhh Bara, mau beli apa?" Terdengar suara seorang wanita dari dalam tempat tersebut.
"Biasa ya, kopi hitam." Ujar Pemuda itu menyebutkan pesanannya pada wanita paruh baya tersebut, sembari mendudukkan dirinya di samping Pram.
"Tinggal dimana? Kok gua baru liat perasaan." Ujar Pemuda itu dengan senyuman tak juga luntur dari bibirnya.
"E-Enggak punya tempat tinggal." Jawab Pram seadanya.
"Enggak punya tempat tinggal?" Pemuda itu mengerutkan dahinya bingung, senyuman di bibirnya langsung sirna.
"Iya, aku baru tiba disini." Jawab Pram, dia pun mempercepat makannya.
"Nih." Ibu penjaga warung itu menyodorkan segelas kopi hitam panas ke depan pemuda tersebut.
"Ohh iya Bar, ini anak katanya baru tiba disini, jadi dia gak tau harus kemana." Ujar Ibu itu di samping sang pemuda. Setelah mengatakan itu, Ibu itu pun masuk kembali.
"Lo baru tiba disini? Mau kemana?" Tanya Pemuda itu, Pram bingung harus jawab apa.
"Aku mau cari kerja." Jawab Pram beralasan.
"Lo gak usah pake aku kamu kayak gitu. Pake lo gua aja bisa gak?" Pinta pemuda itu, dengan mata yang tak kunjung lepas dari Pram, membuat dia canggung.
"I-Iya." Jawab Pram kikuk.
"Oh iya, kenalin, nama gua Balthazar, panggil aja Bara." Ujar Bara, dengan tangan yang terulur ke arah Pram.
"Nama aku Pramudita, panggil aja Pram." Jawab Pram, sembari menerima uluran tangan dari Bara.
"Jangan pake aku kamu, pake lo gua aja napa si." Ucap Bara lagi, seolah risih.
"Iya maaf." Dan, untuk hal apa Pram meminta maaf.
"Napa lo minta maaf, lo gak buat salah juga."
"Iya maaf." Lagi, Pram meminta maaf.
"Jangan minta maaf terus napa, lo bikin orang canggung buat ngomong sama lo." Ucap Bara lagi dengan jemari tangan menjepit sebatang rokok, dan kemudian menyulutnya. Pram yang sehabis makan pun menuangkan air putih di depannya kedalam gelas dan meminumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM
Teen FictionKetika aku ditanya, apa impianku. 7 Februari 2024 - 12 Februari 2024.