VOTE KOMENNYA JANGAN LUPA
1 minggu kemudian.
Di siang hari, Bara yang tengah berbaring memutuskan untuk beranjak dari tempat tidurnya. Ini adalah hari libur kerja untuknya.
Keluar dari ruang kost, Bara pun menatap langit yang berwarna kelabu. Setelah itu, dia menolehkan kepalanya ke arah pintu kamar Pram yang terbuka, dan kemudian berjalan ke arah ruangan itu.
"Pram." Bara menyapa Pramudita di ambang pintu ruang kost Pram, sedangkan Pram tengah asyik bermain game di ponselnya dengan posisi tiduran di kasur. Setelah kejadian 3 minggu yang lalu, Pramudita enggan untuk pergi dari kost. Dia hanya keluar untuk membeli makan saja, dan setelah itu dia akan kembali ke kamarnya.
"Hem." Pram menjawab dengan bergumam, sementara matanya tetap fokus menatap layar ponsel dengan kedua ibu jari tangannya menekan layar ponsel.
"Boleh gua masuk?" Tanya Bara.
"Masuk aja." Jawab Pramudita yang tetap fokus bermain game. Setelah dipersilahkan, Bara pun masuk dan kemudian merebahkan dirinya di samping Pram, menatap layar ponsel yang menampilkan sebuah game moba.
"Fokus amat." Ujar Bara, merasa dirinya di diamkan.
"Mau menang ini." Ujar Pram.
"Yahaa." Pram teriak bahagia kala dia memenangkan permainan itu.
"Lo kok bisa ngerti sih game kayak gitu." Ujar Bara.
"Gampang lah," ucap Pram, "lo mau diajarin?" Lanjut Pram bertanya, dia pun mematikan ponselnya dan meletakkannya di samping kirinya, lalu memiringkan badannya ke arah Bara.
"Deket amat lo." Pram mendorong Bara agar sedikit menjauh dari hadapannya. Bukan tanpa alasan dia mendorong Bara. Setiap mata mereka bertemu, selalu ada debaran dan desiran aneh yang muncul di dada Pram, dan itu selalu saja membuatnya sedikit kikuk.
"Kenapa emangnya?" Bara tersenyum, menunjukkan pesona dirinya.
Deg Deg.
Pram merasakan jika wajahnya sedikit panas dan juga jantungnya berpacu kala melihat senyum yang tersungging di bibir Bara. Dan itu membuat Bara semakin tampan di matanya. Proporsi wajah yang sempurna. Hidung yang sedikit mancung, bibir sedikit tebal yang berwarna merah muda, walaupun sering merokok, dan juga matanya yang sayu.
Kenapa akhir-akhir ini Pram selalu memuji ketampanan Bara.
"Bar." Ujar Pramudita pelan sambil menundukkan kepalanya agar tidak melihat ke arah Bara. Tapi Bara langsung menaikkan kembali kepala Pram agar tetap menatap ke arahnya.
"Kalo ngobrol tuh biasa'in liat muka," ujar Bara, "ada apa?" Bara lanjut bertanya. Dan, Pram lupa apa yang hendak dia tanyakan.
"Gak jadi."
"Lo jangan kagak jadi, gua udah penasaran." Protes Bara.
"Gua lupa mau nanya apa."
Berisik rintik hujan menyapa pendengaran Pram. Ia beranjak keluar kos untuk melihat langit yang tertutup mendung. Tetesan air menghujam tanah menjadi ramai, membasahi tanah yang kering.
"Hujan," ujar Pram. Ia tersenyum menatap hujan makin deras hingga menciptakan genangan di tanah yang telah basah.
Pram membuka baju dan melemparkannya ke sembarang arah, berlari membasahi dirinya dibawah derasnya air hujan.
"Bara!" Teriak Pram, pemuda yang namanya dipanggil pun berjalan keluar dari ruang kost Pram. Dia sedikit tertegun melihat badan Pram yang berwarna sawo matang begitu jelas di matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM
Teen FictionKetika aku ditanya, apa impianku. 7 Februari 2024 - 12 Februari 2024.