9. Selamat Tinggal.

134 9 3
                                    

VOTE KOMENNYA JANGAN LUPA

Ketika para penghuni kost tengah bersiap untuk berangkat kerja, Pramudita keluar dari kost-Nya, dengan tas yang terisi penuh dengan baju, dia berjalan dan tak sekalipun menoleh ke arah para pemuda yang ada disana.

Rasa kecewa Pram begitu besar kepada 4 pemuda di depannya itu. Dia merasa tak dihargai oleh mereka, dia merasa dikhianati. Dia merasa jika mereka sedang menertawakan nasibnya kini.

"Pram." Ujar Bara pelan, tapi Pramudita menulikan telinganya, dia terus melangkahkan kakinya.

"Kejar dia Bar." Bayu memberikan saran. Bara yang semulanya telah menyalakan motornya kini turun dan mengejar Pramudita walaupun tidak berlari.

Bara menggenggam tangan Pramudita, membuat sang empu berhenti untuk berjalan. Pramudita menolehkan kepalanya ke arah Bara dan kemudian menggelengkan kepalanya.

"Lo mau kemana Pram?" Balthazar bertanya dengan lembut.

"Gua mau pulang, percuma juga gua disini, udah gak ada yang gua harepin lagi." Pramudita menjawab dengan nada lirih. Dengan paksa, dia melepaskan genggaman Bara pada pergelangan tangannya. Dari depan, tampak sepasang suami istri yang berjalan ke arah Balthazar juga Pramudita.

"Pram." Ujar Damar ketika melihat Pramudita yang tengah menunduk.

"Pramudita." Panggil Alifah dengan jemari yang bertaut dengan jemari Damar. Pram menolehkan wajahnya ke arah wanita cantik yang selama ini menjadi tujuan hidupnya. Mata Pramudita panas, dan dengan perlahan, air mata meleleh membasahi kedua pipi Pram.

Alifah melepaskan tautan tangannya dengan Damar dan berjalan ke arah Pramudita, sedangkan Pramudita bergeming melihat wanita itu menghampirinya.

Kedua tangan Alifah terulur untuk menyentuh kedua belah pipi Pram yang telah basah. Begitu lembut sentuhan ibu jarinya kala Alifah mengusap air mata yang terus saja mengucur tak mau berhenti.

"Maafin aku Pram." Ujar Alifah dengan mata yang tak lepas dari mata Pram. Balthazar dan juga Damar hanya melihat adegan di depannya itu tanpa ada niat untuk mengganggu.

Pramudita merasakan kakinya begitu lemas, tapi tetap memaksakan untuk berdiri.

"Udah, lupain Fah." Ujar Pram dengan menggelengkan kepalanya, dia berusaha untuk tegar di hadapan wanita itu.

"Aku mau menjelaskan, tapi sepertinya tidak ada yang perlu dijelaskan lagi." Ujar Alifah.

"Boleh gua meluk lo buat yang pertama dan terakhir kali?" Pinta Pram pada Alifah, Alifah mengangguk, dan mereka berpelukan erat namun singkat. Alifah pun tak lagi dapat menahan air matanya yang sedari tadi ingin keluar.

"Makasih." Ujar Pramudita. Setelah itu, dia pun kembali berjalan dengan tangan yang mengusap air matanya kasar.

"Pram." Panggil Bara, Pramudita berhenti dan kemudian menoleh ke arah Bara. Tapi Bara tak mengucapkan sepatah kata pun, yang membuat Pram kembali berjalan.

***

Balthazar bekerja dengan tak fokus, dia hanya melamun. Pikirannya tertuju ke arah Pramudita yang dia tidak tahu sedang berada dimana sekarang.

"Lo napa Bar?" Tanya rekan satu pekerjaan Bara. Tapi Bara diam tak menjawab pertanyaan dari rekannya itu, seakan telinganya tuli.

"Bar." Rekan satu pekerjaan Bara pun menggoyangkan bahu Bara, membuat lamunan sang empu bubar.

"Hem." Ujar Bara sambil menoleh ke arah rekannya.

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang