part 4 : Closer

1.1K 97 3
                                    

       Dokumen-dokumen telah menggunung menjadi tumpukan kertas yang harus ia prioritaskan saat ini agar pekerjaannya segera terselesaikan. Lelaki itu sedang berkutat dengan pena dan kertas serta tulisan membentuk paragraf yang harus ia baca dengan teliti dan hati-hati. Ekspresi serius pun tak lepas dari empat jam yang lalu hingga mungkin beberapa jam ke depan. Setidaknya itu yang harus ia lakukan jika ingin menemui gadis itu sesegera mungkin.

 Setidaknya itu yang harus ia lakukan jika ingin menemui gadis itu sesegera mungkin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ttok ttok ttok!

Ceklek!

Pintu terbuka bersamaan dengan seorang pria berjas biru gelap rapi dengan dasi panjang formal warna hitam yang serasi, muncul dari balik pintu. Ia membawa sebuah map untuk menambah beban pekerjaan bosnya yang sosoknya tertutupi oleh berkas yang berdiri kokoh meminta perhatian untuk segera dibaca.

"Yasmine Jean telah menandatangani kontrak baru dan hari ini ia akan menyelesaikan pemotretan terakhirnya," kata pria jas biru tersebut.

"Pemotretan terakhir?" sebuah suara terdengar dari balik kertas-kertas itu. Selanjutnya sosok yang berbicara muncul menyembulkan wajahnya.

Pria itu, Harris, mengangguk.

"Sudah terhitung tiga kali dalam minggu ini dia memaksimalkan pembuatan konten untuk menyelesaikan seluruh materi yang dibutuhkan kampanye perilisan produk. Dari mulai pemotretan hingga interview dari beberapa majalah yang telah dikontrak oleh tim," jelas Harris, selaku bawahan Ian.

"Kenapa dia baru saja menandatangani kontrak? dan kenapa buru-buru menyelesaikannya? bukankah kontrak kita meliputi material pembukaan resmi mall kita juga?"

"Ya, benar."

Ian menunggu kalimat selanjutnya selain persetujuan dari ucapannya, tetapi Harris hanya mengatakan dua kata itu saja.

"Lalu? maksudku dia masih terikat kontrak dengan kita setelah menyelesaikan pekerjaannya hari ini kan?"

Harris menyadari bahwa bosnya itu ingin penjelasan lebih detail lagi.

"Semua bahan promosi sudah terselesaikan dengan baik dan hasilnya memuaskan tim marketing,"

Ian menghela napas gusar, "Aku belum melihatnya."

Harris merubah ekspresinya datar, "Kau mengunjungi lokasi pemotretan saat hari pertama dan bertemu dengannya," ucap pria itu.

"Hanya itu saja," balas Ian.

Lelaki itu pun beranjak dari duduknya.

"Biar kuingatkan lagi bahwa tiga minggu yang lalu kalian diterpa rumor dan memutuskan untuk mengkonfirmasi bahwa kalian sebatas patner kerja saja. Namun jika kau sering datang melihatnya di studio, orang-orang yang ada di sana akan mencurigai."

"Bukankah wajar mengunjungi talent?"

"Tetapi kau tak pernah berkunjung ke sana saat hari kerja, tuan Sebastian," Harris sepertinya sedikit kesal dengan bosnya itu.

Perfect ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang