Ren berdehem berkali-kali saat menyadari kalau Ryo terus menatapnya bagai elang yang mendapatkan mangsa. Tatapan tajam itu membuatnya ngeri dan grogi sekaligus. Ren tak biasa ditatap seintens itu apalagi saat ini ia sedang membantu Gibran di dapur, ya walaupun hanya membantu mengupas bawang saja. Tapi rasanya benar-benar tak nyaman, bahkan bernapas pun rasanya begitu mencekam untuk Ren.
"Ngapain berdiri terus, Ryo?" tanya Gibran yang jengah dengan Ryo sedari tadi. Tingkah Ryo tentu saja disadari oleh semua orang, pasalnya Ryo sedang berdiri sambil melipat tangannya di depan dada, menatap tajam setiap pergerakan Ren.
"Aku kesal." Kata Ryo datar. Sementara itu Gian yang juga sedang membantu Gibran memasak tertawa kecil, tentu saja dia mengetahui akar dari sikap Ryo saat ini. "Nggak usah ketawa Lo Gi!"
Gian menutup mulutnya. Ia mengangguk patuh walaupun berusaha keras untuk tak tertawa. Gibran menelisik Gian lalu pandangannya jatuh ke Ryo kembali. Sedangkan Ren rasanya benar-benar ingin kabur saat ini. Padahal harusnya ia biasa saja, yang ayahnya kan di sini Ren bukan Ryo. Lalu kenapa pemuda Jepang itu malah ciut?
"Ren, Lo ada salah sama itu bocah?" tanya Gibran pada Ren dengan tangan memegang pisau, menunjuk Ryo yang masih setia berdiri.
Ren terdiam kemudian menggeleng pelan. "Enggak ada perasaan mah."
"Ada!" pekik Ryo membuat ketiga orang yang berada dapur terkejut. "Enak aja bilang nggak ada salah. Ada! Papa ngeselin banget hari ini!" kata Ryo sebelum meninggalkan dapur. Ia memilih bergabung dengan yang lainnya di halaman depan.
Ren dan Gibran saling memandang sebelum melihat ke arah Gian yang dengan santainya menggoreng tempe yang sudah dibaluri tepung terigu. Gibran awalnya takjub dengan Gian yang tak kaku berada di dapur, usut punya usut ternyata Gibran lah yang mengajari sang anak memasak sejak kecil. Hal ini membuat Gibran semakin membusungkan dadanya, bangga.
"Kenapa dia?"
Gian hanya melirik sang ayah sebelum fokus pada tempe yang sedang ia goreng.
"Nggak tau. Kayaknya dia ngambek karena Papa larang dia ikut ke acara gebetan hari ini." Gian menjawab sekenanya saja.
Ren membanting pisau yang ia gunakan untuk mengupas bawang. "Dia natap Gue begitu cuma karena nggak diajak?! Ya ngapain ikut ke acara begituan coba. Kenal juga enggak. Heran banget."
"Papa emang beneran pacaran hari ini?"
Ren mengangguk. Suasana hati hatinya yang sempat buruk karena Ryo kembali senang kembali. Ren tak dapat menahan senyumannya begitu mengingat gadis yang sudah resmi menjadi kekasihnya hari ini.
"Iya. Sudah resmi hari ini. Kalau Lo lihat pasti akan terpesona juga. Calon Mama nya Ryo cantik banget."
Gian berhenti sejenak saat mengangkat tempe ke saringan. Ia melihat dari ujung matanya bagaimana senyuman Ren yang sangat lebar. Gian jadi bingung sendiri apakah harus memberi tahu kepada lelaki itu kalau yang menjadi Mama nya Ryo orang Jepang atau tidak. Gian menggeleng pelan, ia tak mau ikut campur dengan hal seperti ini tanpa izin Ryo.
"Kenapa?" bisik Gibran, ia peka dengan ekspresi sang anak yang berubah. Gian menoleh dan menggeleng pelan. Gibran yang tak mau memaksa hanya bisa mengangguk saja lalu kembali melakukan pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Comeback
Teen FictionDalam keputusasaannya Giandra berdoa agar bisa memiliki lebih banyak waktu dengan sang Ayah. Giandra hanya ingin memeluk Ayahnya lebih lama lagi. Dia juga ingin bersama sang ayah lebih lama lagi. Rupanya semesta mengabulkan keinginannya. Bersama den...