"Lo yang bener aja, Kai! Ini serius mau cosplay jadi cucu dukun?" Ryo yang sedari tadi menahan diri untuk tak bertanya langsung membuka suara begitu Audrey pamit pulang bersama teman-temannya.
"Serius. Ternyata Umi level polosnya banyak banget dibandingkan di masa depan."
"Nyerempet ke bego sih bang," celetuk Lio yang disambut tawa menggelegar dari Ryo dan geplakan kencang di paha oleh Kaivan.
"Sembarangan ngatain Umi! Di masa depan Gue minta Umi buat ngutuk Lo supaya nggak bisa makan banyak lagi. Masih berani?" ancam Kaivan tengil.
"Kayak bakalan lahir aja di masa depan. Babeh kan nggak mau sama Umi, gimana dong Bang?" ejek Lio tanpa takut.
Kaivan melotot. Ia melemparkan sendalanya pada Lio yang sayangnya berhasil menghindar.
"Lo juga belum tentu lahir ya Emilio! Bisa aja Papi nikahnya sama perempuan lain."
Lio memajukan bibirnya. Kesal dan tak bisa berkutik pada ucapan Kaivan yang kembali memantik pikiran berlebih pada otaknya. Lio menatap Gian dengan mata yang memelas. Kalau ini sih mereka tahu kalau si bungsu pasti sedang meminta sesuatu.
"Bang Gi, Bang Kai tuh! Masa dia pingin Gue nggak lahir. Marahin, pelintir aja daun telinganya sampai copot Bang." Lio menunjuk Kaivan, mengadu kepada abang kesayangannya yaitu Gian.
"Gue nggak ada bilang begitu ya Emil!"
"Lah tadi-"
"Sudah, sudah. Jangan teriak-teriak, malu banget daritadi dilihatin orang-orang. Sekarang diam dulu ya?" Gian sedikit merentangkan tangannya menahan keduanya kembali berdebat. "Lo juga, Kai, ini serius strategi Lo mau bikin jalan jodoh Babeh Umi lebih cepat kayak gini? Umi nggak mungkin percaya omongan aneh dari Lo."
Kaivan menyugar rambutnya ke belakang, "serius. Lo tenang aja, Umi tuh polos maksimal di masa ini. Kalau Babeh masih kepala batu atau denial sama masa depan biar Gue yang bantuin. Kalian cukup ikut Gue ke rumah Umi. Tadi masih pada hafal kan sama rute yang Umi bilang?"
Ryo dan Lio kompak menggelengkan kepala, sedangkan Gian menggaruk pangkal hidungnya canggung. Hal ini membuat Kaivan menggeram frustasi. Padahal beberapa menit yang lalu Audrey menceritakan rute rumahnya dari titik lapangan yang mereka gunakan untuk bermain sepak bola. Bukan hanya sekali, tapi TIGA KALI Audrey bercerita. Keempatnya juga sangat fokus mendengarkan, Kaivan kira para sahabatnya akan ada yang bisa menghafal mengingat ia juga bukan pengingat jalan yang baik.
"Capek bnget asli Gue sama kalian."
"Pasti ketemu, nanti tanya orang-orang rumah nenek Lo di mana. Kata Umi Nenek Lo banyak dikenal orang kan karena juragan mangga?" Gian mengetahui mood sahabatnya mencoba untuk menenangkan. "Ini Lo juga, Lio, jangan ngomong sembarangan kayak gini lagi. Kalau jadi kenyataan kalian mau emang di antara kita ada yang nggak lahir di masa depan?"
Ketiganya menggeleng ribut. Membayangkannya saja membuat ketiga merasa sedih dan tak nyaman. Selanjutnya Gian mengajak para sahabatnya pulang, waktu sudah malam dan ia khawatir para bapak mencari ke beradaan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Comeback
Teen FictionDalam keputusasaannya Giandra berdoa agar bisa memiliki lebih banyak waktu dengan sang Ayah. Giandra hanya ingin memeluk Ayahnya lebih lama lagi. Dia juga ingin bersama sang ayah lebih lama lagi. Rupanya semesta mengabulkan keinginannya. Bersama den...