Kekhawatiran.

115 15 6
                                    

"Ternyata lu udah bangun ju." Ucap Jaka saat melihat ternyata gadis tersebut sudah sadar.

Yuju tidak merespon apapun, hanya diam dan menatap Jaka.

"Gua...minta maaf. Gua gak tau bakal ada orang yang serang tadi, gua gak siap. Temen-temen gua juga, maafin gua ju."Ucap Jaka.

"Gapapa. Boleh tolong hubungin temen aku? Una, hp aku ada di tas, gak di password cari aja namanya." Pinta Yuju, alih-alih menghubungi orang tua nya ia lebih memilih menghubungi Una terlebih dahulu. Ayah nya sedang bertugas dan pasti bunda nya juga belum pulang dari tempat kerja nya.

Jaka pun segera menghubungi Una, tentu reaksi Una terdengar sangat panik. Kini Yuju di temani Jaka menunggu Una untuk sampai.

Sekitar 20 menitan sejak Yuju meminta Una untuk datang, kini gadis cantik itu sudah sampai di rumah sakit tempat Yuju di rawat.

"Dimana Yuju?" Tanya Una kepada teman-teman Jaka yang berada di depan kamar Yuju.

"Di dalem." Aming menjawab dengan singkat lalu dengan segera Una masuk untuk menemui teman nya tersebut.

"Yuju. Kok bisa sih ju kamu sampe luka gini?" Tanya Una panik. Dan Yuju mengulas senyum tipis menanggapi kekhawatiran teman dekat nya tersebut.

"Aku gapapa kok Una, ini luka kecil doang." Jawab Yuju.

"Luka kecil apa? Kamu sampe pingsan loh ju!"

"Ini pasti gara-gara kamu sama temen kamu kan!" Seru Una, lalu Una menarik Jaka untuk keluar dari ruangan Yuju. Yuju yang melihat itu tidak bisa menahan Una, ia masih sedikit lemas.

"Emang ya kalian dari awal cuma berandalan gak guna! Ini belum 24 jam kalian kenal sama kita tapi kelakuan kalian tuh udah keterlaluan!"

"Woi, apa-apaan sih lu. Gua sama yang lain gak salah." Aming membela dirinya dan teman-teman nya. Ucapan itu mendapatkan tatapan remeh dari gadis tersebut.

"Kalo bukan karena kalian terus karena siapa lagi? Hah? Mending sekarang kalian pergi, baru kenal udah buat masalah!" Saat Aming terlihat ingin membalas ucapan Una, tampak Jaka menahan teman nya untuk bersuara dan membiarkan Una kembali masuk ke dalam ruangan Yuju.

Di sisi lain Yuju tampak menatap Una khawatir, ia tau Una pasti sangat emosi.

"Na. Aku gapapa kok serius, tadi itu kebetulan aja aku ada di lokasi itu, dan mereka di serang sama segrombolan orang gak di kenal. Terus gak sengaja aku kena bongkahan kayu. Itu bukan salah mereka."

"Bukan salah mereka kamu bilang, buat aku itu tetap salah mereka ju! Pokoknya kamu gak boleh deket-deket sama mereka, baru kenal sehari aja udah buat kamu kayak gini."

Una tampak begitu kesal, Yuju pun memahami sebenarnya kenapa teman nya itu sangat kesal kepada mereka. Tapi sungguh, Yuju tidak apa-apa. Luka ini, hanyalah luka kecil.

Di sisi lain Jaka dan sebagian banyak anggota 95 berada di markas mereka, tanpa bang Wirangga tentu nya.

Sebenarnya Jaka mendapatkan protes, seharusnya bang Wirangga selaku ketua di beritahu perihal ini, namun Jaka tau jika bang Wirangga sedang sibuk, ia tidak ingin mengganggu nya.

"Anak-anak Jjakpi itu sebenarnya mau apa sih? Gak ada masalah sama sekali sama kita kan?"

Jjakpi, Jalanan Jakarta Berapi. Nama sebuah geng motor. 95 tidak tahu apapun tentang apa yang di permasalahkan oleh Jjakpi, secara tiba-tiba mereka menyerang 95 begitu saja.

"Sekarang gua tanya, lu pada pernah bermasalah sama salah satu anggota Jjakpi? Gak mungkin juga mereka nyerang tanpa sebab." Tanya Jaka kepada anggota nya.

Semua orang di situ kompak menggeleng, Jaka pun menghela nafas nya. Sepertinya memang harus menyelesaikan masalah dengan anggota Jjakpi itu sendiri.

"Gua pulang dulu. Siapapun besok ijinin gua gak sekolah, mau jenguk orang." Setelah itu Jaka keluar dari markas dan meninggalkan anggota-anggota nya.

Aming menatap kepergian Jaka dengan tatapan yang sulit di artikan.


Point Of View JAKA

Aku terus menjalankan motor ku dengan kecepatan normal, aku memikirkan banyak hal. Tapi yang paling mengganggu pikiran ku adalah tentang Yuju, aku rasa aku harus menjenguk nya langsung malam ini.

Dengan menambah kecepatan motor ku, aku melaju menuju Rumah Sakit dimana Yuju di rawat.

"Ngapain kamu kesini?" Tanya seseorang saat aku baru saja memarkirkan sepeda motor yang aku kendarai.

"Gua mau jenguk Yuju." Jawab ku dengan lantang, itu mendapatkan tatapan tak suka dari dirinya.

"Mending kamu pulang! Dari pada cuma jadi penyebab Yuju bahaya." Gadis itu adalah Una, teman Yuju.

Perkataan nya sungguh menyakitkan sebenarnya, namun itu wajar. Pasti sebagai seorang teman yang sudah seperti keluarga, punya rasa khawatir seperti yang Una tunjukan.

Aku sebenarnya sangat ingin masuk, namun melihat bagaimana raut wajah yang di tampilkan oleh Una, aku mengurungkan niat ku dan kembali menaiki motor kesayangan ku dan pergi dari area Rumah Sakit itu.

Di jalan tentu saja aku benar-benar masih memikirkan keadaan Yuju. Itu salah ku, padahal aku baru mengenal dia tapi sudah begini.

Ku bulatkan tekat ku untuk menemui nya esok hari, semoga dia masih berada di Rumah Sakit itu atau dengan terpaksa aku harus mencari alamat rumah nya.

_________________

Pendek dulu ya, nanti kita lanjut🫰

95.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang