95 & Jjakpri

64 9 2
                                    


Setelah pergi dari lingkungan rumah Yuju, Radit langsung menuju markas-nya. Sesuai dengan janji yang ia buat dengan teman-nya tadi.

"Akhirnya lu dateng." Ucap teman Radit, Ian.

"To the point aja sama gua, lu pada ngapain ke sini?" Tanya Radit kepada inti 95 namun tanpa Jaka. Hanya ada Wirangga, Aming, dan Naka.

"Dit, gua kenal baik sama lu. Gua juga ngerasa kita gak pernah ada masalah, tapi kenapa lu nyerang anggota-anggota gua?" Wirangga langsung menuju ke point pembicaraan-nya.

Alis Radit menyatu menandakan kebingungan yang tengah ia hadapi." Nyerang?"

"Iya. Pertama lu serang Jaka, kedua gak cuma Jaka tapi ada Jopan, Aming, sama Naka. Dan terakhir lu serang Haikal."

"Gua gatau maksud lu apaan rang, tapi Jjakpri gapernah serang 95." Jelas Radit.

"Bacot lu anjing, mana ada penjahat ngaku." Naka menarik Aming yang tampak emosi.

"Kalian kenapa bisa ngira itu dari Jjakpri?" Tanya Ian dengan tenang.

"Jaket yang di pake, itu jaket Jjakpri! Makanya pertama kali kita di serang, kita langsung tau itu kalian." Kali ini Naka yang menjawab.

"Gua beneran gak paham maksud kalian apa, gua sama anak-anak gua gak pernah serang siapapun. Gua gatau kalian mau percaya gua atau enggak, tapi gua ketua sebagai ketua Jjakpri gak pernah suruh anggota gua recokin 95."

Radit sudah menjelaskan dengan se-tenang mungkin. Ia paham jika dirinya juga ikut larut dalam emosi, semua akan kacau.

"Ya lu pada logika aja dah anjing, kalo kita pelaku nya, kita gak mungkin bolehin kalian ngomong gini ke kita langsung! Kalo tujuan kita cari ribut ngapain kita ngeladenin kalian dengan ngobrol, mending langsung ribut aja lah anjing!"

"Ragas, bahasa lu di jaga." Tegur Radit.

"Halah, tuh inti mereka juga kek tai bahasa-nya, ngapain kita baik-baik. Udah nuduh, ngotot!"

"Wah anjing juga lu." Balas Aming yang sudah berdiri namun lagi-lagi di tahan, kali ini oleh Wirangga.

"Rang, kalo lu tau gua dengan baik. Lu pasti juga paham kalo gua lebih suka ngadepin orang yang bermasalah sama gua secara langsung." Ucap Radit dengan nada suara yang rendah.

"Justru sekarang mending kita cari orang yang udah adu domba Jjakpri sama 95." Ucap Ian yang di setujui oleh Radit.

"Gua juga gak terima kalo di fitnah make hal murahan kayak gini." Lanjut Radit.

"Menurut gua, kalo dia punya jaket anak Jjakpri. Dia otomatis pernah join Jjakpri? Atau masih." Ucap Wirangga.

"Iya, kemungkinan besar kayak gitu. Dia pas nyerang pake penutup muka?" Tanya Radit dan di balas anggukan oleh Wirangga.

"Udah jelas dia adu domba kita doang, buset. Kita mana pernah ribut pake penutup muka gitu, soalnya kita kan cakep yak." Ucapan Ragas langsung di beri pukulan ringan di kepala oleh Ian.

"Yaudah, gimana besok kita lanjut bahas ini? Gua mau balik habis ini."

Ucapan Radit langsung di setujui oleh mereka, mereka pun mulai membubarkan diri kecuali Inti Jjakpri.

"Lu tadi sama siapa sih dit?" Tanya Henbri, salah satu anggota Inti di Jjakpri. Tepat nya ia yang membawa motor Yuju tadi, dan ia baru kembali.

"Kalo lu gak buta, jelas-jelas gua sama cewe." Jawab Radit sembari membuka satu bungkus rokok.

"Tai. Gua tau, maksud gua dia tuh siapa-nya lu?" Henbri sedikit jengkel dengan jawaban asal dari Radit.

"Bukan siapa-siapa. Cuma kenal."

"Cakep kagak tuh emang cewe-nya?" Tanya Ragas guna memancing Radit sedikit.

"Cakep banget. Tadi kalo gak ada Radit gua ajak kenalan pasti." Jawab Henbri.

"Cewe lu mah udah kebanyakan Bri. Buat gua aja gak sih?" Ucap Ragas.

"Ah tai, berisik banget lu berdua." Kesal Radit sembari melemparkan bungkus rokok-nya kepada Ragas.

"Buset, kalem bos."

"Naksir lu sama dia dit?" Ucap Henbri sembari menyenggol lengan teman-nya tersebut.

"Enggak, orang gua baru kenal." Radit semakin kesal karena teman-teman-nya menggoda dirinya terus menerus.

"Udah-udah, orang itu pasti temen nya si Radit doang. Iyakan Radit sayang?" Ucap Ian dengan nada yang di buat-buat.

"Najis. Geli." Mendengar respon Radit sontak mereka pun tertawa keras. Mereka sangat suka menggoda ketua Jjakpri tersebut.

"Gua mau balik dah, sumpek gua disini lama-lama. Gabung sama setan." Radit beranjak dari tempat duduk-nya dan langsung menyambar kunci motor milik-nya.

"Padahal dia ketua-nya, iblis dong dia." Ucap Ragas setelah Radit pergi.

Di sisi lain saat Radit ingin pergi dari markas-nya, ia merasa seperti di buntuti oleh seseorang. Namun Radit tidak ingin terlihat bahwa ia tau akan hal itu, maka ia tetap menjalankan motor-nya dengan hati-hati.

Orang tersebut masih masih membuntuti Radit, hingga Radit sengaja mengarahkan orang tersebut ke daerah yang sepi kemudian memberhentikan kendaraan-nya.

Radit segera turun dari motor dan melihat ke arah seseorang tersebut.

Radit mengenal orang tersebut." Ngapain lu ikutin gua?"

"Mau ngasih pelajaran buat orang kayak lu."

"Maksud lu apaan jak?" Sedetik kemudian orang tersebut langsung menghajar Radit, Radit yang tidak siap pun terkena beberapa pukulan yang terhitung sangat keras.

Jaka, orang yang menyerang Radit adalah Jaka. Jaka masih berpikir bahwa memang Jjakpri adalah pelaku dari semua ini.

"Ini, pelajaran buat lu karena anggota lu mukul gua waktu itu." Radit yang di bawah Jaka pun pasrah ketika Jaka menorehkan pukulan keras ke pipi sebelah kanan-nya.

"Ini, karena lu nyerang ke-2 kali nya dan ngelukain orang penting buat gua." Pukulan keras kembali Jaka torehkan kepada Radit, kali ini di pipi sebelah kiri-nya.

Keadaan Radit benar-benat cukup memprihatinkan, mulut-nya berdarah dan luka lebam dimana-mana.

"Bangun lu!" Jaka mengangkat tubuh Radit dan mencengkram kedua kerah baju pria tersebut.

"Ini buat lu, karena nyerang haikal." Terakhir Jaka menendang perut Radit dengan cukup keras. Radit terduduk lemas.

"B-bukan gua p-pelaku-nya." Ucap Radit terbata-bata. Namun tidak di perdulikan oleh Jaka, Jaka langsung pergi meninggalkan Radit yang terkulai lemas.

Dengan sisa-sisa kekuatan-nya, Radit mencari ponsel-nya. Entah ia menghubungi siapa, karena Radit benar-benar lemas, pandangan-nya buram.

Yang terpenting adalah ada orang yang menolong-nya nanti.

"Halo?" Ucap orang di sebrang sana.

"Siapapun lu, t-tolong gua, tolong gua di jalan
melat-" Ucapan Radit terpotong sebelum ia benar-benar mengatakan dimana keberadaan-nya.


______________

Next chap aku bakal kasih visualisasi anak-anak Jjakpri ya guys, dan nama-nama yang bukan termasuk inti dari 95/Jjakpri sekali lagi aku bebaskan imajinasi kalian.

Jangan heran ya guys, kalo Radit kenal inti 95. Mereka tuh emang kenal, Wirangga aja bilang dia kenal baik kan sama Radit?🤔

Begitu juga sebalik-nya.

Oh iya, jangan terlalu terpaku sama satu chap, karena belum tentu itu kebenaran nya.

95.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang