"Woi!" Terdengar suara dobrakan pintu, yang membuat orang yang di dalam-nya pun terkejut.
"Gimana bisa dit? Lu kenapa buset dah." Henbri, teman Radit.
"Nanti gua ceritain." Ucap Radit sembari memberi kode bahwa dia tidak sendiri sedari tadi.
"Lu yang motor-nya mogok kan? Lu yang ngehubungin gua sama yang lain tadi?" Tanya Henbri.
"Iya." Yujuwita, yang Radit hubungi tadi adalah Yuju.
"Bri, gua minta tolong anterin Yuju pulang ya? Kasian kalo naik taksi." Ucap Radit.
"Gapapa kok kak, aku bisa pulang sendiri." Tolak Yuju.
"Udah sama gua aja. Aman, gak gua apa-apa in asli." Balas Henbri.
"Gapapa, kalo dia macem-macem hubungin aku aja." Lanjut Radit.
"Buset, aku-kamu gak tuh." Goda Henbri. Namun Radit tampak mengabaikan teman-nya tersebut.
Setelah Henbri dan Yuju pergi, Ragas dan Ian langsung menghampiri Radit.
"Lu di serang siapa?" Tanya Ian, setelah melihat luka-luka di tuhuh Radit, ia paham penyebab-nya.
"Jaka."
"Jaka anak 95?" Tanya Ragas memastikan.
"Iya."
"Anjing! Kok bisa sih?" Ucap Ragas.
"Dia masih mikir kalo gua pelaku-nya. Dia ngikutin gua dari markas terus gua udah ngerasa jadi gua sengaja bawa dia ke tempat sepi."
"Kok bisa lu kalah?" Ragas dan Ian sangat heran, agak tidak mungkin Radit bisa kalah dari Jaka.
"Gua sengaja, kalo gua serang balik rencana gua bakal gagal. Mending gua bebasin dia mukulin gua."
"Tapi, kok bisa dia kagak tau, kita udah jelasin padahal." Heran Ian. Jaka itu inti 95, rasa-nya tidak mungkin Jaka tidak tahu bahwa 95 dan Jjakpri sudah membicarakan hal ini.
"Apa kita serang balik aja?" Tanya Ragas.
"Gak. Gua tetep mau jalanin rencana gua dari awal." Larang Radit.
"Terus kita harus gimana?" Tanya Ian.
"Bilang ke anak 95 kalo Jaka mukulin gua, tapi bilang juga kalo gua gak masalah soal hal itu. Ya lu pasti pada bisa kan pura-pura baik sama mereka?"
"Kita harus keliatan satu kubu sama mereka, oke? Biarin mereka kebingungan siapa yang jadi pelaku-nya. Jangan sampe kita ketawan."
Ragas dan Ian mengangguk mengerti dengan ucapan Radit.
"Btw, itu cewe siapa? Mana udah aku-kamu an." Ragas membuka topik perihal Yuju.
"Ah, itu Yuju. Umpan gua." Ucap Radit.
"Maksud lu?"
"Kata Jopan, Jaka itu naksir sama Yuju. Bahkan mereka pernah ribut karena bawa-bawa Yuju waktu itu." Ucap Radit.
"Buset, tapi emang cakep sih Yuju. Terus Jopan demen sama tu anak?" Balas Ragas.
"Demen kali."
"Wah, tar kalo malah lu sama Jopan yang ribut gimana? Lu malah deketin cewe itu."
"Gampang, kalo dia gak terima juga gua peduli apa? Dia cuma suruhan gua. Sepele, ribut juga gua jabanin." Radit meremehkan hal tersebut.
"Bukan gitu dit, nanti dia bongkar semua gimana?" Ian sedikit khawatir tentang hal tersebut.
"Jopan udah keluar dari 95, dan misi kita buat 95 percaya dulu ke kita. Kalo semisal hal kayak gitu terjadi, 95 bakal mihak kita kali. Dan anggep omongan Jopan angin lalu."
"Buset, ketua kita emang gacor. Otak nya licik banget." Ucap Ragas.
"Gua terserah lu aja dit, tapi jangan terlalu libatin Yuju. Dia gak salah." Ian memperingati teman-nya.
"Iya. Gua bakal pake dia buat mancing-mancing dikit doang, dia sahabat-nya si una soalnya." Ucap Radit.
"Baru tau gua." Timpal Ragas.
"Lu emang gaperlu tau soal Yuju gas." Balas Radit.
"Kalem njir? Tapi seru, kalo lu naksir dia." Goda Ragas.
"Bacot." Ian pun hanya menggelengkan kepala-nya melihat dua teman-nya tersebut. Jujur Ian masih memikirkan perilah Yuju, ia hanya merasa, bahwa Yuju tidak seharus-nya di libatkan ke dalam rencana Radit.
"Ian, gua pasrah-in langkah selanjut nya ke lu ya. Gua yakin lu bisa." Ucap Radit.
Ian hanya mengangguk, sedikit ragu. Bukan karena ia merasa tidak sanggup, tapi ia merasa Radit seharus-nya tidak melibatkan orang lain selain 95 dan Jjakpri. Tapi apa boleh buat, Radit ketua disini.
Di sisi lain Henbri selesai menghantarkan Yuju, ini sudah pukul 4 pagi.
"Lu emang gak di marahin ortu lu ya? Pergi tiba-tiba terus balik jam segini." Ucap Henbri
"Enggak, mereka lagi pergi kok. Makasih banyak ya kak, udah nganterin." Ucap Yuju sopan.
"Sama-sama. Thanks juga lu udah nolongin temen gua." Yuju hanya tersenyum tipis dan segera turun dari mobil tersebut.
"Huff, cape banget." Keluh Yuju sembari membuka pintu rumah-nya.
"Bersih-bersih dulu deh."
Saat Yuju merogoh jaket-nya ia baru teringat menemukan sebuah barang saat ia menolong Radit tadi.Sebuah gelang, ber-inisial "JK". Yuju menatap gelang tersebut dengan heran.
"Apa mungkin ini gelang-nya kak Jaka?" Monolog Yuju pada diri-nya sendiri.
"Ah, apasih ju. Kebetulan doang, lagian kenal dari mana coba mereka."
Yuju memutuskan untuk tidak berpikir terlalu jauh, ia lebih memilih menyimpan gelang tersebut dan membersihkan badan-nya.
________________
Jadi langkah yang Jaka ambil bener atau salah nih?🤔