00 › Prolog.

1.3K 85 15
                                    

Kondisi membuat Gaia Laksita terpaksa menikah dengan sosok Damava Pramadipta, kondisi juga membuat Gaia Laksita terjebak dengan sosok Jehano Pranadipta.

Dua pria yang sama-sama keturunan Adipta. Namun, memiliki perbedaan yang sangat jelas terlihat.

Damava Pramadipta, penyandang Autisme sejak kecil sedangkan Jehano Pranadipta, pria yang sehat dan normal pada umumnya.

Mari mengingat awal semuanya terjadi dan terjalin. Berawal dari setahun lalu saat sebuah hutang yang tidak sanggup dilunasi Orang tuanya, Gaia terpaksa dinikahkan dengan seorang penyandang Autisme yang merupakan Putra Sulung dari sang peminjam, Tuan Yudha Praladipta dan Nyonya Sarah Azhari.

"Kak Dama?" Panggil Gaia saat pertama kali bertemu dengan Damava.

Damava menoleh kemudian menggeleng pelan saat tidak sengaja berkontak mata dengan Gais, "Jangan panggil Dama Kakak, kamu.. bukan adik Dama."

"Ha?" Gaia mengerjap bingung, "Tapi, usia Kakak lebih tua dariku.."

Sekali lagi Damava menggeleng, "Panggil Dama saja.." Pintanya lirih.

Gaia termangu, bagaimana bisa ia memanggil Damava yang lebih tua darinya dengan sebutan nama tanpa embel-embel Kak?

Gaia menatap kedua Orang tua Damava dan Orang tuanya yang memperhatikan mereka dari depan pintu rumah; Saat ini Gaia dan Damava duduk di teras rumah keluarga Gaia.

Setelah mendapat anggukan dari Orang tua Damava, Gaia tersenyum tipis dan kembali menatap Damava yang asik dengan kameranya; Damava Pramadipta itu suka memotret apa pun yang menarik atensinya, sehingga ke mana pun Damava pergi pasti akan selalu ada kamera tergantung rapi pada lehernya.

"Dama..?"

"Ha?" Saut Damava  sembari menoleh lalu seulas senyum muncul pada bibir tipis pria Adipta itu, "Itu lebih.. baik!"

Saat itu Gais menolak? Tidak, dia tidak bisa melakukan itu meskipun ia mau, lagipula apa yang membuatnya menolak? Apa dia memiliki status di atas Adipta? Apa dia mampu melunasi hutang Orang tuanya sesuai waktu singkat yang nantinya ditentukan Yudha? Tentu tidak, kan? Gaia hanya lulusan SMA, gaji dari pekerjaannya sebagai pelayan restoran pun juga tidak bisa melunasi hutangnya. Maka dari itu, Gaia mau tidak mau menerima pernikahannya kan? Dan untuk menolak, jika bisa pun bukan karena masalah calon suaminya penyandang Autis.. Gaia sebenarnya tidak begitu mempermasalahkan itu, lagipula Adipta sulung itu terlihat seperti orang normal pada umumnya, tampan dan tinggi,

Gaia menyukainya. Namun, satu hal yang terkadang membuat Gaia termenung dan berpikir setiap melihat inci wajah Damava dari dekat, wajah Damava itu sekilas mirip dengan seseorang yang setahun sebelumnya merusak dirinya dan tentunya Gaia masih hafal betul, buktinya ketika seorang pria memasuki rumah Adipta dan diperkenalkan sebagai,

"Dia Jehano Pranadipta, Adik Damava sekaligus Bungsu Adipta, Gaia." Jelas Sarah menunjuk pria yang sedikit lebih tinggi dari Damava, Jehano Pranadipta namanya.

"Dia Istrinya Kak Dama, Ma?"

"Iya, dia Gaia." Saut Sarah, "Kalau gitu Mama naik ke atas dulu ya." Pamit beliau sebelum meninggalkan Gaia dan Jehano di ruang utama.

"Wah, aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi sebagai ipar, Gaia." Celetuk Jehano.

Gaia mengalihkan tatapannya dari Jehano yang menatapnya remeh.

"Kamu terkejut? Aku juga, harusnya aku datang di acara pernikahanmu dengan Damava agar kamu tidak terkejut atau mungkin jika aku tidak ada urusan di luar kota, kamu pasti lebih memilih menikah denganku daripada Damava."

ii. APOLOGIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang