2/2

378 50 1
                                    


Februari 2033

Joanna sedang menunggu Jeffrey. Di dalam mobil pria ini. Sembari memikirkan apa yang tengah terjadi. Karena saat ini, si pria sedang berdebat dengan orang di tempat parkir.

"Iya, Pak. Saya tahu ini tugas Bapak. Tapi jika sudah menyangkut masalah pribadi saya, apalagi saat saya sedang bersama pacar saya, saya pikir ini cukup berlebihan. Saya dan pacar saya tidak nyaman. Jadi tolong, untuk kali ini saja, tinggalkan saya tanpa pengawalan!"

"Baik, Mas. Maaf karena sudah membuat tidak nyaman. Lain kali kami akan lebih hati-hati dalam memberi penjagaan."

"Bagus. Kalau begitu, silahkan istirahat. Jangan bilang Papa. Dua atau tiga jam lagi saya hubungi. Kita pulang sama-sama nanti."

"Baik, Mas. Sekali lagi maaf, Mas."

Jeffrey mengangguk singkat. Lalu meninggalkan parkiran. Menuju mobil hitam yang sudah terparkir di ujung jalan. Sebab dia memang sedang menjemput si pacar yang baru saja selesai kerja. Namun harus diawasi oleh empat bodyguard yang sejak semalam mulai mengikuti dirinya.

"Sorry lama."

Ucap Jeffrey saat memasuki mobil. Dia langsung memakai sabuk pengaman saat ini. Sedangkan Joanna yang sejak tadi sudah duduk cantik mulai menatap si kekasih.

"Ada masalah apa? Mereka siapa? Kamu kenal mereka?"

Tanya Joanna khawatir. Sebab dia melihat ada empat pria bertubuh besar yang selalu mengawasi mereka sejak di lobby. Bahkan mereka akan mengikuti mobil. Kalau saja Jeffrey tidak sadar dan langsung melabrak mereka sebelum ini.

"Mereka pekerja baru Papa. Biasa, lah. Dia takut aku kenapa-kenapa. Jadi sejak semalam memberi penjagaan. Padahal aku sudah berkepala tiga, sudah bisa menjaga diri sendiri sekarang."

Joanna tampak semakin khawatir. Sebab dia tahu jika ayah Jeffrey tidak mungkin melakukan ini tanpa ada masalah yang terjadi. Karena penjagaan ketat selalu identik dengan masalah penting dan besar kemungkinan si target akan dilukai.

"Serius tidak ada masalah apa-apa? Hari ini aku belum sempat baca berita soalnya."

Joanna mulai meraih ponsel dari tas. Lalu membuka laman berita. Sebab pagi tadi dia bangun kesiangan. Sampai kantor juga langsung kerja dan tidak sempat berleha-laha meski di jam makan siang. Sebab dia harus makan siang bersama para kolega sebelum rapat guna mempererat bonding di antara mereka.

"Serius, Sayang. Tidak ada berita mengkhawatirkan hari ini. Semuanya aman."

Jeffrey mulai melajukan mobil. Membawa mereka ke tempat makan favorit. Sebab ini adalah agenda yang selalu mereka lakukan setiap hari. Kecuali hari libur dan tanggal merah di kalender Masehi.

Setelah tidak menemukan apa-apa di ponselnya, Joanna beralih menatap Jeffrey yang sedang fokus menyetir di sampingnya. Membuat wanita itu terus memandang dengan pikiran yang penuh rasa penasaran.

"Aku sedang tidak menghadapi masalah sekarang. Kamu tenang saja."

Jeffrey menoleh sebentar. Lalu mengusap pundak Joanna pelan. Sebelum kembali fokus menatap jalan. Sebab jalanan sedikit lenggang. Sehingga dia harus bergegas sebelum terjebak macet di jalan.

Tidak lama kemudian mereka tiba di tempat makan. Mereka makan seperti biasa. Sembari sesekali bercanda dan saling suap. Sebab Joanna yang suka makan kerap memesan menu aneh di restoran. Namun dia tidak mau menghabiskan. Sehingga Jeffrey yang harus menampungnya.

"Besok kamu ada acara apa?"

Tanya Jeffrey setelah menelan suapan terakhir dari sendok Joanna. Sebab mereka sudah sama-sama menghabiskan makanan di meja. Hingga tidak ada yang tersisa.

"Pagi olahraga di GBK seperti biasa. Siang istirahat. Agak sore mau belanja. Supaya malamnya bisa tidur lebih cepat. Kenapa?"

"Kalau hari minggu?"

"Kurang lebih hampir sama. Olahraga di GBK, siang istirahat mungkin sampai sore. Lalu apa lagi, ya? Oh, lupa. Mau marathon Marry My Husband. Kata adikku, drama itu bagus. Padahal sudah tayang 9 tahun yang lalu. Bisa-bisanya aku tidak tahu."

Jeffrey mengangguk pelan. Lalu meminum air dingin di gelasnya. Sebelum kembali berbicara.

"Aku bisa minta waktumu sebentar? Di sabtu malam. Kalau kamu tidak keberatan."

"Tumben, ada apa? Oh, iya. Soal yang tadi, kamu belum cerita. Aku yakin orang-orang itu tidak akan mengikutimu kalau tidak ada sesuatu, kan?"

"Besok aku ceritakan. Bagaimana? Kamu ada waktu, kan?"

"Ada. Besok aku akan belanja lebih awal. Kamu bisa jemput jam enam."

"Baik. Terima kasih."

Joanna tersenyum kecil. Sama seperti Jeffrey. Sebab mereka memang selalu seperti ini.

Mereka sepakat untuk menghargai waktu masing-masing. Berusaha untuk tidak seenaknya sendiri dan memaksakan kehendak masing-masing. Agar tidak saling menyakiti di kemudian hari.

Tidak heran jika mereka bisa berhubungan selama ini tanpa ada pertikaian besar sama sekali. Sebab keduanya memang sudah sama-sama dewasa saat ini. Joanna berusia 33 dan Jeffrey 35 tahun lebih.

Tbc...

ELECTABILITY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang