11. 40 AMJoanna sedang mengusap kepala Jeffrey yang sedang tidur di pahanya. Karena sudah dua jam yang lalu pria itu tidur pulas. Karena dia memang kurang tidur selama satu bulan ke belakang.
Tidak heran jika kantung matanya menghitam. Beruntung dia memiliki wajah tampan. Sehingga penampilannya masih terselamatkan.
"Di sebelah mana, Mbak?"
Tanya supir yang ada di depan. Sedangkan Joanna yang sejak tadi terjaga karena harus menunjukkan jalan mulai menyampaikan arah dengan suara pelan. Karena takut Jeffrey terbangun sekarang. Sebab rumahnya masih butuh waktu setengah jam menurut perkiraan.
"Oh, ini."
Joanna mengangguk singkat. Lalu mengusap pelan rambut halus pacarnya. Sesekali dia juga menahan tubuhnya agar tidak jatuh saat mobil melewati jalan berlubang.
"Sudah sampai mana, Sayang?"
Tanya Jeffrey yang mulai membuka mata. Dia juga akan mendudukkan badan. Lalu menatap ke sekitar.
"Sebentar lagi sampai. Mau minum?"
Jeffrey mengangguk singkat. Lalu menerima air pemberian Joanna. Dia juga memeriksa jam di tangan kanan. Kemudian memeluk Joanna dari samping kanan.
"Setelah semua ini selesai, aku akan tidur selama mungkin. Aku nginap di tempatmu, ya? Aku masih ada cuti tiga hari lagi."
"Aku berencana tinggal di rumah selama beberapa hari. Sudah izin wfh juga selama tiga hari."
"Yahhh, jadi kamu mau aku balik Jakarta sendiri?"
"Kamu mau langsung balik?"
"Ada acara di rumah nanti malam. Aku diminta memberi sambutan."
"Kenapa tdiak bilang? Apa kamu tidak capek bolak-balik Jakarta?"
Joanna tampak marah. Alisnya diadu sekarang. Sebab dia jelas merasa tidak enak. Karena telah banyak merepotkan.
"Capek, sih. Tapi capeknya hilang saat aku memelukmu seperti ini."
Jeffrey memeluk Joanna semakin erat. Membuat si supir tersenyum diam-diam. Sedangkan Joanna masih tampak kesal dan mencoba melepaskan pelukan.
Tidak lama kemudian Joanna tiba di rumah orang tuanya. Mereka jelas marah karena belum tahu keadaan kaki Joanna. Namun kemarahan itu tidak berlangsung lama karena Jeffrey ada di sana.
Setelah melakukan pemilihan, Joanna dan Jeffrey memutuskan untuk istirahat di ruang tengah. Sembari memakan masakan Liana. Namun tentu ketenangan mereka tidak bisa berlangsung lama. Sebab banyak orang yang datang untuk melihat Jeffrey sebentar.
Sehingga Joanna meminta Jeffrey untuk langsung pulang saja. Karena takut dia semakin kelelahan. Mengingat dia kurang istirahat sejak satu bulan ke belakang.
"Pulang sekarang saja, lah! Di sini kamu tidak bisa istirahat."
"Kok begitu?"
Tegur Liana pada anaknya. Sebab dia ingin Jeffrey tinggal sedikit lebih lama. Mengingat pria itu baru dua jam yang lalu tiba.
"Dia masih ada acara nanti malam, Bu."
"Aku pulang kalau kamu ikut. Tidak apa-apa, kan, Bu?"
Ditanya dengan suara halus pria itu, Liana jelas luluh. Meski agak kasihan pada anaknya yang kakinya seperti itu. Ditambah, dia juga belum puas melepas rindu.
"Ya, kalau tidak merepotkan kamu, ajak saja pulang bersamamu. Aku juga agak takut membiarkan dia balik Jakarta sendiri dengan keadaan kaki seperti itu."