CHAPTER 23. Menghilangkan tanpa bilang

30 2 0
                                    

✨🌙 : MENGHILANGKAN TANPA BILANG



Sudah sepuluh hari ini Bintang tak kunjung juga mengabari bahkan untuk bertemu dengan Bulan pun tidak. Cowok itu benar-benar telah mengabaikan gadisnya kali ini. Namun kini Bulan tetap terlihat biasa saja, sebenarnya memang cukup lelah jika harus terus menerus berurusan dengan pikiran negatifnya.

Bulan tak ingin menyia-nyiakan waktunya hanya untuk memikirkan Bintang yang belum tentu memikirkan dirinya.

Setelah selesai dengan kelasnya, gadis itu menghubungi Clara, Agnes dan juga Viola. Bulan meminta mereka untuk menemuinya di kantin kampus. Tak butuh waktu lama menunggu, karena memang secara kebetulan jam kelas mereka sedang kosong. Mungkin hanya Agnes yang memilih pergi ke kantin dan membolos dalam kelasnya kali ini.

    "Lo bukannya bilang ada kelas yah Nes?"   tanya Bulan dengan sedikit mengintrogasi Agnes.

    "Gue bolos, males ah dosennya gak jelas. Materi yang kasih gak masuk ke otak gue yang kapasitasnya kecil".  gerutunya saat ini, Agnes memang suka bertindak sesuai dengan apa yang dia inginkan. Kalau dipaksa-paksa dia malah akan lebih membuat onar di kelasnya dengan tertidur pulas sambil mendengkur. Hal itu jelas-jelas mengganggu aktivitas pembelajaran yang ada.

    "Bay the way, kalian gak pada sibuk kan hari ini? Kita ke mall yuk nonton. Udah lama banget gak ada hiburan sama sekali".  ajak Bulan seraya menatap ketiga rekannya itu

    "Dari pada nonton, mending kita rencanakan persiapan buat Camping lusa?"   Clara mengusulkan hal lainnya.

    "Nah bener tuh, lumayan kan kita udah dikasih liburan gratis. Nanti kita belanja cemilan yuk lan, jangan lupa mi instan wajib bawa".   tambah Agnes si paling penggemar mi instan.

    "Gue gak tau harus bawa apa aja nanti".   Viola mulai mengeluh karena dari tadi pun ia memikirkan hal itu.

    "Nanti bakal kita bantu Vi. Gue buatin catatan pribadi yang perlu lo bawa. Oke?".  cakap Bulan dengan dibalas anggukan ceria dari Viola. Gadis itu benar-benar sangat polos, beruntung ia memiliki sahabat yang sangat bisa diandalkan olehnya.

    "Asal jangan lupa bawa jati diri aja".   Agnes mulai mengeluarkan cibirannya.

    "Trus kapan kita pergi belanja?".  Bulan kembali memastikan waktu mereka.

    "Sekarang aja! Lebih cepat lebih baik bukan?".  ujar Agnes dengan antusias.

    "Abis beres kelas gue aja, tanggung 15 menit lagi. Kalian gak masalah nunggu gue kan?".  Clara menatap ketiganya bergantian. Mereka mengangguk seraya mengangkat jempol kearahnya.

***

Sesuai prediksi BMKG yang telah memprediksi dari awal, kini Bulan dan juga rekan-rekannya itu tengah berada dalam sebuah gedung pusat perbelanjaan yang bernama Mall.

Mereka berempat berjalan kesana kemari, mencari toko yang tepat untuk mereka kunjungi. Setelah beberapa menit melangkahkan kaki, akhirnya manik mata mereka tertuju pada sebuah toko pakaian yang paling banyak pengunjungnya.

Mereka saling bertukar tatapan mereka, seolah telah satu frekuensi dengan apa yang mereka pikirkan saat ini.

    "Gue perlu beli daleman baru nih"

    "Gue mau beli syal deh kayaknya, disana kan dingin"

    "Gue mah beli jaket aja deh"

    "Kita perlu beli tenda gak sih?" Kalimat Viola berhasil membuat fokus mereka tertuju kepadanya. Pasalnya mereka tidak diberitahu kalau pihak kampus menyediakan tenda untuk mereka ataukah tidak.

Bintang untuk Bulan ✨🌙Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang