CHAPTER 22. Goyah

31 4 0
                                    

✨🌙 : GOYAH

Harusnya akhir pekan ini Bintang datang sesuai dengan apa yang telah ia janjikan sebelumnya. Namun sampai sekarang pun, cowok itu tidak membalas pesan dari bulan selama dua hari kebelakang.

    "Sesibuk itukah sampe dia lupa sama janjinya sendiri?".  Lirih Bulan seraya tersenyum miring menatap kembali layar ponselnya yang selama ini ia pantau.

Kesabaran Bulan mulai habis, sikap kalem itu kini dikuasai oleh fikiran negatifnya. Bulan mengetikan banyak spam chat kepada si cowok bernama Bintang itu. Namun nihil, pesan tersebut tak kunjung terbalas bahkan kali ini Bintang tidak bisa dihubungi dan mematikan ponselnya.

    "Iiiihhhh, tu bocah ngeselinnnnn. BOCAHH!!! BOCAHH!!! Emang BOCAHH!! BINTANG BOCAH!!!!".   teriakan Bulan yang berasal dari dalam kamar mengundang Sarah yang kebetulan lewat memasuki kamar Bulan.

    "Kamu kenapa sih Lan? Bintang kenapa emangnya? Dia setahun lebih tua dari kamu loh udah bukan bocah lagi".   cakap Sarah yang terheran melihat tingkah laku anaknya itu.

    "Si Bintang nyebelin mahhhh.  Masa iya dia janji buat ngajak jalan trus sekarang malah ngilang gitu aja".  oceh Bulan seraya merengek seperti anak kecil. Kali ini bukan Bintang, justru gadis itu yang terlihat seperti bocah.

    "Mungkin Bintang sibuk Lan, dia kan udah jadi Bos Muda".   kalimat Sarah tidak akan mempan kepadanya kali ini. Seberapa keras Sarah membujuk Bulan ia tetap berfikir negatif kepada Bintang kini.

    "Tapi mah, ini kan Minggu. Papa juga ada kok di rumah, bahkan papa bilang kantor libur hari ini. Masa iya segila kerja itukah si Bintang? Sampe harus mengabaikan Bulan? Apa jangan-jangan Bintang emang udah gak peduli lagi sama Bulan yah? MAAHHHH!!".   rengekan itu semakin menjadi. Ternyata Bulan memiliki sisi yang sangat manja selain mood nya yang gampang berubah.

Wanita paruh baya itu kini melenggang pergi meninggalkan anak gadisnya mengoceh sendirian. "Kalau cape juga tu anak pasti diem sendiri".  Batin Sarah seraya berjalan keluar dari kamar.

Disisi lain Bulan yang sudah mulai tak tahan hingga siang ini Bintang tak kunjung mengirim sepatah kata pun pesan kepada. Bahkan batang hidungnya tak kunjung muncul dihadapan Bulan. Sebenarnya ada apa dengan Bintang???

Bulan bertanya kepada anak-anak Inferno yang tak lain Angkasa, Alfiyan dan Gibran tapi tak ada satupun dari mereka yang mengetahui tentang Bintang. Bahkan semenjak Bintang bekerja, mereka menjadi jarang untuk berkomunikasi bahkan bertemu sekalipun.

Rasa kesal itu berubah menjadi cemas. Bulan takut akan terjadi sesuatu kepada Bintang. Gadis itu mulai beranjak, mengganti pakaian santainya dan pergi keluar rumah.

Kantor yang sempat ia simbangi pun sepi, hanya ada security yang sedang berjaga saja. Bahkan saat ditanya pun, penjaga itu tidak melihat Bintang sama sekali karena memang hari ini kantor benar-benar libur dengan aktivitasnya.

    "Bintang, lo kemana sih. Apa gue ke rumahnya aja? Ayo lah Bulan, gak akan terjadi sesuatu sama Bintang. Lo harus buang fikiran negatif lo!!"    monolog Bulan dalam hati seraya menepuk-nepuk pipinya dengan kedua tangan. Fokusnya mulai kembali ke layar ponsel miliknya saat ini hasilnya tetap sama hingga gadis itu meloloskan satu nafasnya kasar.

Bulan menyipitkan matanya kepada seseorang yang berada di seberang jalan sana. Gadis itu melihat kedua anak didiknya Bintang yaitu Alvaro dan juga David. Tapi ada satu orang yang terlihat sangat asing dimata Bulan,  gadis cantik dengan gaya penampilannya yang tomboy hadir diantara mereka berdua.

    "VARO!!!! DAVID!!!".  teriak Bulan memanggil mereka berdua seraya melambaikan tangan agar terlihat oleh mereka.

Ketiganya menoleh kearah Bulan yang kini menghampiri keberadaan mereka.

Bintang untuk Bulan ✨🌙Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang