02

136 50 51
                                    

Holaaaaa prend 👋

Skuy pencet logo bintang 🌟

Baca do'a 'bismillah' dulu biar lancar gak da iklan nya WKWKWK 😍

Tapi we jamin tetep ada aje 😁

~ Happy reading ~

"Nyatanya memang tak ada rumah untukku pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nyatanya memang tak ada rumah untukku pulang."
-Putri Nestapa

•••

Pagi ini Nesta sudah mulai berangkat sekolah seperti biasanya, setelah sekitar tiga hari tidak masuk sekolah. Pagi ini juga Nesta diantar Akandra dan tidak naik ojek maupun taksi seperti hari-hari biasanya.

Bel sekolah berbunyi, menandakan jam pelajaran akan segera dimulai. Nesta sudah duduk di bangkunya sekitar 10 menit sebelum bel sekolah berbunyi, dengan Anin dan Saka yang duduk didepan bangku Nesta dan Abian.

"Nes? Kamu gak papa?" Tanya Abian menoleh kearah Nesta yang berada disampingnya.

Memang sedari pagi Nesta merasa tidak enak badan, bahkan kini ia nampak pucat, Akandra pun tadi sempat melarang Nesta untuk masuk sekolah akibat kondisi Nesta sekarang tapi Nesta tetap kekeuh untuk berangkat sekolah dengan alasan takut ketinggalan pelajaran lebih banyak lagi.

"Eum... gak papa ko!" Nesta menggelengkan kepalanya pelan, berusaha menghilangkan pusing yang kini singgah di kepalanya.

"Oo yaudah," Abian mulai menatap kedepan lagi.

"Iih dasar gak peka amat jadi orang!" Grutu Nesta dalam hati.

"Assalamu'alaikum, anak-anak!" Sapa Bu Reni sambil menaruh buku-buku pelajaran yang ia bawa di mejanya.

"Wa'alaikumsayanggg ibuuu calon masa depan, cikiwirrr!!!" Goda Ardi dengan nada khasnya dan senyuman jahil miliknya.

Sontak Ardan saudara kembar Ardi menggaruk-garuk kepalanya yang sama sekali tak terasa gatal.

Tak heran jika Ardi menggoda Bu Reni, karena memang Bu Reni adalah guru tercantik dan masih muda diantara guru-guru yang lain. Tak heran banyak anak-anak murid yang 11/12 sifatnya seperti Ardi sering menggodanya.

"Anj-- dasar anak gak da adab!" Anin menggerutu dengan pelan, tapi masih bisa didengar oleh Saka.

"Aduhhh... istighfar Nin... astaghfirullah gue kan anak alim! Jadi ga bole misuh gak baik!!! Khilaf... khilaf!" Anin sontak mengelus-elus dadanya dan beristighfar, ia menyadari bahwa tadi Saka sempat menoleh kearahnya.

"ARDIII!!! Jaga bicaramu!" Tegur Bu Reni membuat Ardi bungkam 1000 bahasa.

Seisi kelas pun riuh dengan suara tawa dan ledekan yang dilontarkan untuk Ardi.

Bu Reni pun menoleh kearah Ardan yang duduk disebelah Ardi.

"Waduhhh... bukan saudara saya Bu! Saya aja gak kenal!" Ardan menggelengkan kepalanya seolah-olah tak tahu apa-apa.

Nestapa {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang