17

40 19 1
                                    

~ Happy Reading ~

"Bergabung dengan segenap luka berharap menemukan bahagia?"
----------

"Ingin rasanya lupa jalan pulang,  karena terlalu takut... takut untuk pulang ke rumah yang sudah menciptakan terauma yang cukup mengerikan."
-Putri Nestapa

•••

"Gimana adik saya dok?" Tanya Akandra to the point, saat dokter yang menangani Nesta keluar dari ruang rawat.

"Pasien Nesta sudah sadarkan diri dan bisa di temui," ujar sang dokter tersenyum ramah.

"Kalau begitu saya permisi." Dokter yang menangani Nesta pun melangkahkan kakinya pergi untuk menangani pasien yang lainnya.

Tak basa-basi Akandra pun masuk ke ruang rawat Nesta. Ia mendapati Nesta yang tengah melamun. Akandra mendekat ke arah Nesta dengan langkah kaki pelan, agar Nesta tak menyadari kehadirannya.

"Dorrr..."

Sayangnya Nesta tak terkejut sama sekali, justru ia menatap Akandra dengan tatapan sinis khasnya.

"Gak seru Lo, gimik dikit ngapa? Pura-pura kaget gitu biar gue seneng." Ucap Akandra kecewa karena Nesta tak terkejut sama sekali.

"Buat?" Tanya Nesta singkat.

"Auah capek gue ngajakin Lo bercanda, Lo tuh bawaan nya serius terus." Akandra memutar bola matanya malas.

Hening...

Akandra dan Nesta diam satu sama lain. "Gimana? Udah mendingan?" Tanya Akandra memecahkan keheningan.

Nesta menoleh ke arah Akandra lalu tersenyum tipis ke arah Akandra. "Gak! Banyak luka yang gue alamin!!!"

"Yang mana??? Bilang sama gue! Nanti gue suruh dokter buat obatin luka-luka Lo sampe gak berbekas lagi. Ayo bilang sama gue!" Ujar Akandra panik.

Akandra pun melihat-lihat sekeliling tubuh Nesta, tapi yang membuatnya janggal luka-luka Nesta sudah diobati dan beberapa ada yang sudah diperban oleh dokter, seperti luka di tangan kanannya yang terdapat sayatan-sayatan dari serpihan cermin.

Nesta memutar bola matanya malas, sambil menghela nafasnya kasar. "Gue tuh sakit! Tapi sakit yang gak bisa diobati sama dokter manapun!!!" Ujar Nesta kesal.

Akandra bingung ia berfikir sejenak, memikirkan kembali perkataan Nesta bahwa Nesta sedang sakit tapi sakit yang tidak bisa disembuhkan oleh dokter manapun. Sakit apa itu? Apa mungkin separah itu? Akandra menelan ludahnya sulit. Pikirannya sudah butu memikirkan sakit yang dimaksud Nesta.

"Hih sakit... mental yang sekadung sekarat, sakit hati yang udah hancur berkeping-keping bagai cermin yang pecah, memang cermin itu bisa disatukan kembali menggunakan plester ataupun lem tapi cermin itu gak akan sesempurna dan se kuat sebelumnya!" Jelas Nesta, membuat Akandra terdiam sejenak.

"Kacian... Lo sakit ati sama siapa sih?" Tanyanya sambil menertawakan Nesta.

Nesta menatap sinis Akandra. "Banyak orang!" Jawabnya ketus.

"Gue enggak kan pasti?"

"Belum tau!" Bentak Nesta.

Nesta pun menatap ke arah atap sambil melamun. 'Belum tau, soalnya gue gak yakin Kak kalo sikap Lo ke gue akan tetep sama setelah Lo tahu penyebab Siska jatuh dari tangga itu gue.' Batin Nesta.

Akandra lalu mengalihkan pembicaraannya dengan Nesta ke arah yang lebih serius.

"Nes? Gue mau tanya ama Lo? Bener Lo yang udah buat Siska jatuh dari tangga sampai banyak kehilangan darah?" Tanya Akandra, membuat Nesta diam sejenak.

Nestapa {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang