12

45 19 0
                                    

~ Happy Reading ~

"Bergabung dengan segenap luka berharap menemukan bahagia?"

"Aku gak butuh janji! Butuhnya bukti! Buat apa bilang janji? Kalau ujung-ujungnya diingkari?"-Putri Nestapa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku gak butuh janji! Butuhnya bukti! Buat apa bilang janji? Kalau ujung-ujungnya diingkari?"
-Putri Nestapa

•••

Dua Minggu telah berlalu setelah penerimaan raport dan juga libur semester. Pagi ini Nesta sudah bersiap-siap untuk berangkat sekolah.

"Nes Lo mau gue anter?"

Nesta yang masih menyisir rambutnya pun menoleh kearah Akandra yang berdiri di ambang pintu kamarnya. "Gak usah gue kan udah gede! Bukan bocil lagi kak! Mending Lo anter Siska."

"Dia udah di anter papa tadi, Lo gue anter aja bode!" Ujar Akandra membuat bola mata Nesta membesar melihat kearahnya.

"Hah? Bode? Jangan-jangan... kebo gede ya? Jahat Lo kak."

Akandra menghampiri Nesta sambil tertawa renyah, membuat Nesta bingung. "Lo tuh kok gak mikir ke depan? Malah melenceng jauh sih???"

"Bode itu... bocah gede seng ku," Akandra mengacak-acak rambut Nesta gemas.

Nesta mengerucutkan bibirnya, membuat Akandra makin gemas melihat adiknya itu.

"Hih kak lepasin! Gue bisa berangkat sendiri, Lo kan harus ke kampus, ini juga kan pertama kali Lo ngampus! Jadi gak boleh telat."

Akandra pun melirik ke arah jam tangan yang sedang ia gunakan di tangan kirinya. "Baru juga jam enam lewat 10 menit, gue otw ke kampus jam tujuh bisa, sans aja." Ujarnya.

"Gak perlu!" Tegas Nesta, Nesta pun menggambil tas ransel nya dan menggendongnya dipundaknya sebelah kanan.

"Yaudah lah takut jiwa nenek lampir nya keluar mending gue cabut bye-bye." Akandra pun berlari kecil meninggalkan Nesta.

"Anjir lah kakak gak punya ati emang."

•••

Ojek yang Nesta tumpangi sudah sampai di depan gerbang sekolah. "Makasih ya Bang Upik." Ujar Nesta, sambil melepaskan helm yang ia gunakan. Tak lupa memberi beberapa lembar uang untuk Abang tukang ojeknya.

"Siap Neng Nesta." Jawab Abang ojek langganan Nesta.

Nesta pun melangkahkan kakinya memasuki sekolah. "Selamat pagi Pak Tarjo," tak lupa Nesta menyapa Pak Tarjo dengan senyuman manisnya, satpam sekolahnya yang kini berjaga didepan gerbang.

"Selamat pagi juga Neng Nesta." Jawab Pak Tarjo ikut tersenyum.

Baru saja Nesta sampai di halaman sekolah, ia sudah disuguhkan dengan pemandangan yang tidak mengenakkan.

"Bagus-bagus," Nesta bertepuk tangan tapi menatap kedua orang yang sedang ada dihadapan dengan wajah tak suka.

"Nesta?" Abian sontak melihat kesamping, dan mendapati Nesta berada didekatnya.

Nestapa {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang