20

45 13 0
                                    

~ Happy Reading ~

"Bergabung dengan segenap luka berharap menemukan bahagia?"
----------

Nesta kini sudah sampai dirumahnya, hari ini benar-benar melelahkan dan menguji kesabarannya.

Langkah kaki Nesta yang hendak menaiki tangga tiba-tiba saja terhenti karena Nesta mendengar ada seseorang yang memanggilnya dari belakang.

Nesta pun menengok ke belakang dan didapatinya Siska yang sedang berdiri sambil melipat kedua tangannya didepan dada. Terlihat raut wajahnya yang senang dan puas.

"Kenapa? Puas?" Ujar Nesta.

"Eummm gimana ya kalo dibilang puas sih gak terlalu ya, karena Lo belum dikeluarin dari sekolah."

"Ngimpi!" Jawab Nesta ketus.

"Heh Lo kan yang udah nyebarin video pas Lo jatuh di tangga dan Lo edit sedikit kalo gue nge-dorong Lo keras gitu! Jawab!!!"

"Iya emang kenapa gak suka???"

"Anjin* Lo!"

"Terserah! Udah kalah saing malah bertingkah"

"Gue? Kalah saing sama Lo? Idih jangan ngimpi Lo!!!"

"Fakta ya sorry, Lo udah kalah saing sama gue perihal Abian? Orangtua? Temen-temen Lo? Bahakan Kak Akandra ada di pihak gue sekarang!!!"

"Wait! Lo yakin? Buktinya aja status Abian masih jadi pacar gue ya egeee!!!"

Siska terdiam sejenak, memang benar status Abian dan Nesta saat ini masih pacaran dan belum putus.

"Oke gue kasih waktu buat Lo bahagia sebentar dengan status Lo yang masih jadi pacar Abain tapi kedepannya gue yang gantiin posisi Lo!!!"

Siska tertawa licik, lalu pergi meninggalkan Nesta yang masih terpaku pada tempatnya.

Kepala Nesta yang tadinya sudah agak mendingan, kini kembali terasa pusing lagi. Bahkan penglihatannya mulai memudar. Dengan sisa tenaganya Nesta menaiki anak tangga dengan pelan sambil berpegangan pada pembatas tangga.

Sesampainya di lantai atas Nesta pun langsung menuju kamarnya untuk beristirahat. Menyembuhkan sakit yang kini ia alami.

Nesta membanting tubuhnya begitu saja di atas kasur, perlahan mata Nesta mengeluarkan air mata. Nesta menangis sambil memegangi dadanya yang terasa sesak, sakit yang kini Nesta alami tak hanya berasal dari kedua orangtuanya dan Siska namun sekarang Akandra, Abian, Anin, Ardi, Ardan, dan teman-temannya yang lain, dan hanya Saka yang sekarang peduli dengannya. Apa nantinya Saka juga akan benci pada Nesta seperti yang lain, sekarang itu akan menjadi sumber kekhawatiran Nesta. Ia takut tidak akan ada lagi yang peduli dengannya dan ia akan sendiri melewati jalan kehidupan.

Perlahan Nesta memejamkan matanya, dadanya kini sudah mulai membaik tak se sesak tadi. Air mata yang tadinya membasahi pipi Nesta kini sudah mengering dengan sendirinya. Nesta pun terlelap, hanyut dalam luka, mencoba menyatu dengan luka-lukanya, Nesta ingin berdamai dengan luka itu, perlahan namun pasti pikirnya.

...

Nesta yang sudah bangun dari tidurnya langsung beranjak menuju meja riasnya untuk menyisir rambutnya yang dirasa sudah acak-acakan sehabis tidur.

Nesta perlahan menyisir rambut dari atas hingga ujung rambut. Saat ia melihat sisirnya begitu banyak rambut Nesta yang rontok, tak hanya sekali ini tapi sudah sejak lama tapi Nesta mengabaikannya ia tak mau menggambil pusing hanya karena masalah sepele seperti ini.

Tapi kalau dipikir-pikir sekarang Nesta sering sekali jatuh sakit, pingsan, dan kepalanya yang serasa berat dan sering kali pusing yang tidak wajar. Sempat terlintas dipikiran Nesta bahwa ia memiliki penyakit yang serius tapi Nesta terus menyangkal pikirannya itu.

Nestapa {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang