Evans berdiri di balkon kamar hotelnya memandang langit malam yang terlihat cerah dengan bulan purnama yang bersinar sangat terang. Berkali-kali Evans menghela nafas.
Pikirannya saat ini bercampur aduk, jika dia seorang perokok mungkin sudah beberapa bungkus dia habiskan, jika dia seorang peminum mungkin sudah beberapa botol dia teguk, dan bahkan jika dia adalah seorang petarung mungkin sudah beberapa musuh dia kalahkan.
Tapi tidak, kesehariannya terlalu normal untuknya. Sehingga yang bisa dia lakukan saat ini hanya memandangi langit sambil menghela nafas, berharap semua pikiran yang mengganggunya pergi dengan sendirinya.
Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka, Almira menghampirinya yang masih setia diam di balkon. Bahkan beberapa kali Almira memanggil dan sebelumnya menelpon sama sekali tidak ditanggapi.
Seketika Almira merasa cemas, makanya setelah Jane tertidur pulas Almira langsung kembali ke kamarnya untuk mengecek keberadaan Evans.
"Evans.. " Panggilnya sambil menepuk bahu yang seketika membuat Evans tersadar dari lamunannya. Matanya terlihat sendu.
"Kenapa?" Tanya Almira lembut. Evans tersenyum sedih, dia langsung memeluk Almira hanya diam sambil menggeleng. Dia kembali mengeratkan pelukannya.
"Cuma butuh pelukan kamu." Almira membalas pelukannya sambil mengusap punggungnya.
"Karena Papa?" Tebak Almira. Evans kembali menggeleng. Dia melepaskan pelukannya yang sebenarnya masih ingin ia nikmati.
Evans menatap Almira sambil tersenyum, dia menyelipkan rambut Almira di belakang telinganya.
"Al.. " Evans seperti ingin mengatakan sesuatu tapi kemudian dia urungkan. Ia menghela nafas.
"Kamu kenapa kesini? Katanya nginep di kamar Jane." Almira tersenyum.
"Tadi Jane udah tidur duluan. Jadinya aku ga bisa tidur." Ucap Almira. Evans tersenyum.
"Kamu mau aku temenin?" Almira nyengir sambil mengangguk.
"Di kamar mana? Jane?" Almira mengangguk.
"Yuk." Evans dan Almira keluar dari kamar menuju kamar Jane.
Ternyata kamar Jane tidak seperti kamar mereka, tidak ada ruang santai. Begitu pintu hotel dibuka langsung terlihat tempat tidur yang saat ini ditiduri Jane.
"Kenapa Jane pilih kamar sempit begini?" Tanya Evans kepada Almira.
"Katanya dia ga suka kamar yang besar apalagi kalau cuma tidur sendiri." Evans mengangguk. Dia baru tahu kalau adiknya punya pemikiran seperti itu.
"Kamu mau aku temenin dimana?" Almira pun terlihat bingung, Satu-satunya tempat hanya tempat tidur yang saat ini ditempati Jane.
"Aku tiduran di kasur, kamu duduk pakai kursi di pinggir kasur, gimana?" Evans mengangguk.
"Oke, yuk." Almira langsung menyamankan posisinya di kasur Jane, sedangkan Evans menarik kursi yang berada di dekat meja rias.
Mereka berdua saling menatap tanpa berkata. Bingung harus apa karena biasanya mereka menghabiskan waktu dengan menonton film hingga akhirnya Almira terlelap.
"Kamu mau sambil nonton Netflix dari ponselku pakai airpods?" Ajak Evans.
"Boleh, kamu bawa?" Evans mengangguk, dia mengeluarkan ponsel dan airpodsnya dari dalam kantong. Memberikan satu airpods kepada Almira dan satu lagi dipasang di salah satu telinganya.
Ponselnya langsung menayangkan Netflix, dia memilih salah satu film action terbaru. Evans mengubah posisi duduknya menjadi di lantai dialasi cushion dari kursi yang tadi dia duduki membelakangi Almira sambil bersandar di pinggir tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Marriage
RomanceMenikah karena TARUHAN? Ya, itulah yang terjadi antara Evans dan Almira. Rival kerja yang iseng membuat taruhan untuk tahu proposal siapa yang diterima oleh kliennya. Ketika Almira menjalaninya dengan kewaspadaan diri agar tidak jatuh cinta, justru...