Hai.. comeback lagi nih wingz..
enjoy my story!
_____
Almira yang sedang merapikan barang bawaannya dari dalam koper di kamar didatangi oleh Ibunya.
"Al.." Panggil Ibunya lembut.
Almira langsung menghentikan kegiatannya dan menghampiri serta memeluk Ibunya.
"Ibu.. Almira kangen." Ibunya mengusap punggung Almira.
"Kamu ada masalah apa sampai pulang ke rumah?" Tanya Ibunya masih mengusap punggungnya.
"Ga ada, bu. Almira cuma kangen ajah." Ucap Almira semakin mengeratkan pelukannya.
"Kangen apa kabur?" Almira melepaskan pelukannya. Dia melihat ibunya sambil mengerutkan dahinya.
"Kok Ibu ngomongnya gitu? Almira sama Evans baik-baik aja bu. Evans ngijinin Almira pulang. Nanti juga dia jemput lagi."
"Kapan? Kapan Evans akan jemput kamu?" Almira tidak berani menjawab.
"Kalau.. Almira udah bosen disini bu." Jawabnya agak lama. Ibunya menggeleng.
"Bawaan kamu hampir sama banyak dengan pas dulu kamu keluar rumah setelah menikah, Al." Almira terdiam.
"Apa kamu berniat pergi dari sisi suamimu?" Lanjut Ibunya yang sebenarnya hampir tepat sehingga membuat Almira kembali terdiam.
"Al, seberapa besar pun masalahnya.. Kamu jangan pergi ninggalin suami kamu begitu lama. Apa kamu ga mikirin gimana perasaan suami kamu pas kamu ga ada di sisinya?" Almira masih diam mendengarkan. Dia dan ibunya duduk di tepi kasur.
"Laki-laki itu ga sama kayak perempuan, meskipun mereka sakit hati, sedih, marah, semua mereka pendam sendiri. Cuma pas senang dan bahagia biasanya mereka akan berbagi. Apa kamu pernah bertanya ke suami kamu, yang dia rasakan saat ini apa? Setidaknya tanggapan dia ketika kamu memutuskan untuk tinggal disini, apa kamu bertanya bagaimana perasaannya?" Almira menunduk dan menggeleng.
"Ibu bukannya mau melarang kamu kesini, kapanpun kamu boleh kembali kesini. Toh pintu rumah ini selalu terbuka untuk kamu. Tapi, kalau kamu kesini untuk kabur dari masalah rumah tangga kamu, maka ibu cuma ijinin kamu menginap disini tiga hari. Setelahnya kamu harus pulang dan menyelesaikan masalahnya apapun itu bareng suami kamu." Almira mengangguk. Ibunya tersenyum sambil mengusap rambutnya.
"Ibu rasa kamu harus tau tentang ini." Ibunya menarik nafas sebelum memulai cerita panjangnya.
"Evans tuh sering banget berkunjung kesini sambil membawakan Ibu dan Ayah makanan atau barang yang kami suka dan butuh. Bahkan dokter keluarganya sebulan sekali rajin cek kesehatan Ibu dan Ayah. Terus kamu udah lihat di garasi belum? Evans ngasih Ayah motor Nmax. Tadinya dikasih mobil mewah yang Ibu ga tau merknya apa, tapi kata Dion harganya milyaran. Ayah langsung tolak karena harganya kemahalan, akhirnya Evans menawarkan motor Nmax keluaran terbaru dan Ayah setuju." Ibunya kembali tersenyum.
"Evans sayang sama Ibu dan Ayah, Al. Ibu rasa kamu perlu tahu itu karena kata Evans jangan bilang kamu kalau dia sering kesini dan kasih kami hadiah." Almira yang masih tertunduk tiba-tiba menangis hingga kedua bahunya bergetar. Ibunya kembali memeluknya. Membuat tangis Almira pecah begitu saja.
"Kalau kamu lihat sekarang Ibu sama Ayah sehat, bahagia, nyaman.. Itu sebagian besar karena usaha Evans selama setahun ini. Jika Evans ajah sesayang itu sama kami, gak mungkin dia gak sayang sama kamu, Almira." Almira mengangguk menyetujui hal itu.
Almira kembali mengingat banyak hal yang telah dilakukan oleh Evans untuknya. Seperti menemaninya begadang hingga dia tertidur yang pada akhirnya Evans harus menggendongnya ke kamar karena hingga saat ini Almira masih belum bisa tidur berdua dengan Evans dalam keadaan sadar, sebenarnya dia sendiri tahu kenapa hal itu bisa terjadi, karena dia deg-degan jika tidur berdua dengan Evans.
Belum lagi Evans sengaja menjadikan Paris terutama menara Eiffel, kota impian Almira dijadikan destinasi bulan madunya.
Selain itu, setelah Evans mengetahui penyakit maag Almira, dia langsung mengisi penuh kulkas dan lemari di dapurnya dengan semua makanan dan bahan-bahan sehat agar Almira tidak telat makan.
Evans juga sering mengalah dalam banyak hal jika Almira menginginkan sesuatu di waktu yang tidak tepat atau bahkan bertolak belakang dengan keinginannya. Yang terakhir, perhatian kecil yang selalu ditunjukkan Evans padanya yang membuatnya merasa nyaman, dilindungi, dan dicintai yang sebenarnya semakin lama membuat Almira semakin menyukai Evans.
Semua hal itu hanya dipandang sebelah mata oleh Almira selama ini karena dia mengacu kepada perjanjian pernikahan mereka. Dia juga takut kecewa jika berharap bahwa semua itu adalah nyata.
Tapi setelah mendengar penjelasan Ibunya tadi dan juga ingatannya mengenai semua kebaikan Evans, apakah mungkin sebenarnya Evans sejak awal tulus padanya? Dan kenapa dia gak bilang? Kenapa harus dengan taruhan hanya untuk bisa menikahinya?
"Ya udah, kamu nikmatin ajah dulu tiga hari disini kalau memang kangen sama Ibu dan Ayah, tapi setelah itu kamu minta Evans untuk jemput kamu ya." Almira mengangguk, dia sudah berhenti menangis dan melepaskan pelukan ibunya.
"Makasih ya bu. Maafin Almira udah ngerepotin." Ibunya tersenyum.
"Iya, kalo gitu kamu istirahat ya. Udah malam. Besok kamu kerja kan?" Almira mengangguk. Ibunya pergi meninggalkan kamarnya.
Almira tidak melanjutkan membereskan barangnya, dia langsung merebahkan dirinya di kasur sambil menyelimuti dirinya dan melihat langit-langit rumahnya. Tak lama dia pun terlelap.
_____
DeepTalk yang ngena banget ya, Al.. :)
Maaf ya kali ini kurang dari 1000 kata. Tapi mudah-mudahan inti isinya dapet ya..
Boleh banget nih diklik gambar bintang di kiri bawah sebagai bentuk apresiasi.. makasih 😊🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Marriage
RomanceMenikah karena TARUHAN? Ya, itulah yang terjadi antara Evans dan Almira. Rival kerja yang iseng membuat taruhan untuk tahu proposal siapa yang diterima oleh kliennya. Ketika Almira menjalaninya dengan kewaspadaan diri agar tidak jatuh cinta, justru...