Bab 28

2.3K 88 0
                                    


Evans menatap Almira dan mamanya, kemudian dia menatap papanya tapi tidak setajam sebelumnya.

Evans mengerti mengapa papanya sangat menginginkan anaknya, karena Evans sejak awal menolak meneruskan perusahaan papanya. Meski sebenarnya kewajibannyalah meneruskan perusahaan tersebut.

Namun keadaan sekarang berbeda dengan sebelumnya, ada Almira yang menjadi penentu pilihannya yang tentu saja tidak bisa dia tolak lagi kalau tidak mau jauh dari istri dan calon bayinya.

Sambil menggenggam tangan Almira yang berada di sebelahnya, dia memantabkan diri dan mengangguk.

"Baik, Pa. Aku siap meneruskan perusahaan papa." Papanya menampilkan senyum kemenangan. Dia melihat Evans dan Almira secara bergantian.

"Kalau tahu kehadiran Almira bisa membuat kamu meneruskan perusahaan papa, seharusnya kamu menikahinya sejak lama, Evans." Ucapnya sambil tertawa tanpa suara.

Evans memandang Almira yang sedang melihatnya sambil tersenyum, dia langsung mencium kepala Almira.

***

"Kamu jangan pergi lama-lama ya." Pinta Almira ketika melihat Evans sedang bersiap.

Evans menoleh kepadanya dan tersenyum sambil mengikat tali sepatunya.

"Iya sayang. Aku cuma mengurus pengunduran diri kita di kantor, sekalian kerumah orang tua kamu. Ada beberapa hal juga yang mau aku urus sebelum kita tinggal disini." Almira mengangguk.

Dia berusaha bangun dari sofa yang kemudian dibantu oleh Evans.

"Jangan lupa nanti mampir ke mba Linda ya." Evans mengangguk, mereka keluar bersama dari kamar menuju halaman.

"Ma, jaga Almira sebentar ya. Nanti kalau urusan aku di Jakarta sudah selesai langsung kembali lagi kesini." Evans pamit ke mamanya yang sudah menunggu didepan pintu mansionnya.

"Pergi dulu ya, sayang.. Baik-baik ya dirumah." Evans memeluk dan mengecup pipi, kening, dan bibir Almira. Terakhir dia mencium dan mengusap perut Almira.

"Behave, son. Jaga mommy, ya!" Serunya yang ternyata ditanggapi dengan gerakan dari perut Almira. Membuat Evans dan Almira tersenyum.

"Hati-hati Daddy.. " Ucap Almira dengan suara anak kecil, membuat Evans kembali tersenyum dan melambai padanya.

Almira dan mama Evans masuk kembali kedalam mansion menuju ruang makan setelah mobil yang mengantar Evans ke Bandara sudah pergi menjauhi Mansion.

"Ma, gapapa semua keluarga aku menginap disini sambil nunggu kelahiran anakku?" Tanya Almira yang sudah duduk di kursi makan.

Mama mertua yang sedang membuatkan jus untuknya langsung menoleh.

"Gapapa, memang kenapa?" Tanyanya sambil memotong buah yang akan dibuat jus.

"Aku takut ngerepotin mama sama papa." Mama mertuanya tertawa.

"Repot dari segi apa sih, Almira? Kami semua kan lagi sama-sama menungguin kamu. Biasanya kelahiran pertama itu lebih bagus dihadiri sama semuanya biar calon mommynya gak stress karena semua orang yang disayang ada disekitarnya dan mendukungnya. Jadi ya gak ngerepotin kalau misal semua keluarga kamu nginap disini." Almira tersenyum, dia bahagia sekali memiliki mertua sebaik mamanya Evans.

"Makasih ya, ma." Mama mertuanya menghampiri sambil memberikan segelas jus yang baru saja dibuatnya.

"Kami yang terima kasih sama kamu, Almira. Berkat kamu, Evans menikah, berkat kamu juga, kami akan punya cucu pertama, berkat kamu juga, Evans akhirnya mau meneruskan perusahaan papanya. Kamu udah berbuat banyak untuk kami. Jadi jangan sungkan kayak gitu." Jelasnya sambil mengelus kepala Almira. Almira kembali tersenyum dan mengangguk.

Fake MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang