Bab 25

2.4K 89 0
                                    

"Almira... Sayang.. " Evans mencoba memanggil Almira yang sejak dia bangun tidur keesokan paginya tidak ditemukan.

Dia sudah menyisir seluruh ruangan di apartemennya, dia juga sudah mencoba menghubungi ponsel Almira namun nihil. Almira seperti tiba-tiba menghilang.

"ALMIRA!" Teriaknya masih berharap jika Almira sedang bersembunyi di suatu tempat dan akan keluar jika dia memanggilnya.

Dia mencoba menelpon Linda, berharap Almira tiba-tiba kesana mengunjunginya disela cuti hamilnya.

Namun Linda pun tidak tahu dimana keberadaannya. Evans tidak berani menghubungi keluarganya ataupun keluarga Almira, karena mereka pasti akan marah besar. Terutama jika papanya sampai tahu.

Evans menjambak rambutnya frustasi. Baru kali ini dalam hidupnya dia merasa sekacau ini.

Masih dengan rambut tak beraturan dan kaos santai yang diambil asal dari lemarinya dan celana chino hitam panjang, Evans keluar dari apartemennya mencoba mencari Almira sambil mengendarai mobilnya. Dia berkeliling Jakarta tak tentu arah.

"Kamu dimana, Almira? Kenapa kamu pergi?" Evans akhirnya melajukan mobilnya menuju mansion orang tuanya, dia sudah siap dimarahi apapun yang terjadi asal Almira dapat ditemukan.

Evans masuk kedalam mansion orang tuanya dengan membanting pintu, tak peduli dengan ART dan penjaga rumah yang kaget akibat perbuatannya.

Dia pergi ke kamar orang tuanya yang ternyata kosong. Dia pergi kekamar Jane yang ternyata juga tidak ada pemiliknya.

"Kemana sih semua orang?" Evans kembali frustasi.

Tak lama saat dia baru saja akan keluar rumah, dilihat Jane baru saja masuk kerumah yang sedang kaget melihat pintu rumahnya terbuka lebar.

Lebih kaget lagi ketika melihat sosok didepannya yang terlihat berantakan sedang berlari menuju dirinya, Evans.

"Jane.. Dimana papa sama mama? Kemana mereka?" Tanya Evans sambil mengguncangkan bahu adiknya yang masih diam membeku melihat perubahan kakaknya.

Evans adalah orang yang sangat mementingkan kerapian, dan orang yang berada di hadapannya kali ini jauh berbeda dari kakaknya.

"JANE!" Teriak Evans yang akhirnya menyadarkan lamunannya.

"Ya? Oh.. Papa sama mama balik ke Singapore, Kak." Evans mulai bingung.

"Mama ikut? Kenapa?" Jane angkat bahu.

"Ga tau, Kak. Mereka semalam berangkat." Jane memperhatikan lagi penampilan Evans.

"Kak, kamu ga mandi pas kesini? Rambutnya juga ga disisir. Tumben banget." Evans tidak menanggapinya. Dia justru bertanya hal lain ke Jane.

"Kamu ditelpon Almira? Kapan terakhir kamu ketemu dia? Dia cerita sesuatu gak sama kamu?" Tanyanya lagi beruntun membuat Jane bingung harus menjawab yang mana dulu.

"Kan terakhir ketemu pas arisan kemarin, Kak. Abis itu belum ketemu lagi. Emang kenapa? Kak Al mana?" Jane justru bertanya balik ke Evans.

Evans melepaskan tangannya dari bahu Jane dan menggeleng. Dia terduduk lemes disofa yang berada di dekatnya.

"Ga tau, dia ga ada pas kakak bangun. Dia hilang, Jane." Evans menangis pilu, air mata yang sudah terbendung akhirnya keluar juga dihadapan adiknya.

Jane yang melihatnya merasa kasihan, dia memvideokan keadaan Evans saat ini sebentar dan mengirimkan ke mamanya dan memberitahukan betapa frustasi keadaan kakaknya saat ini.

Jane memeluk kakaknya yang masih menangis sambil mengusap punggungnya.

"Kak Evans lagi ada masalah sama Kak Al? Sampai Kak Al pergi?" Evans tidak menjawab, dia hanya diam sambil memikirkan kesalahannya.

Fake MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang