Sheila dan Agung tiba di rumah Bu Yuli yang terletak dekat dengan kompleks Candi Prambanan. Ketika pintu terbuka, Sheila disambut oleh seorang wanita yang terlihat segar dan sehat meskipun usianya sudah lanjut. Bu Yuli memeluk Sheila dengan erat, lalu menatapnya dengan penuh kasih.
"Kamu begitu mirip dengan ibumu," ucap Bu Yuli dengan suara hangat. "Sungguh senang bisa bertemu denganmu."
Sheila tersenyum, merasa hangat dengan sambutan yang ramah dari Bu Yuli. Mereka berdua duduk di ruang tamu, dan Bu Yuli mulai menceritakan kisah tentang masa lalu ibu Sheila.
"Ibumu begitu bahagia saat dia bertemu dengan Mas Baskoro," cerita Bu Yuli dengan senyum. "Dia selalu menceritakan betapa baik hati dan perhatian Mas Baskoro padanya."
Sheila mendengarkan dengan penuh perhatian, mencoba membayangkan bagaimana kebahagiaan ibunya saat itu. Namun, kebahagiaan itu ternyata tidak berlangsung lama.
"Ibumu sedang menguliahkan adiknya saat itu dan bekerja sebagai sekretaris," lanjut Bu Yuli dengan sedikit raut kesedihan. "Namun, kemudian datanglah seorang pria yang menawan dengan rayuannya. Itu Mas Baskoro."
Sheila mendengarkan cerita itu dengan napas tersangkut di tenggorokannya. Dia tidak pernah mendengar cerita ini sebelumnya dan merasa terkejut oleh pembukaan rahasia masa lalu ibunya.
"Mereka akhirnya menikah secara rahasia," ujar Bu Yuli dengan nada sedih. "Tapi sayangnya, Mas Baskoro malah menikahi anak wakil menteri dan membuat Ibu Sheila marah."
Sheila mengangguk, memahami perasaan marah dan kecewa yang mungkin dirasakan ibunya. Namun, keputusan Mas Baskoro ternyata memiliki alasan tersendiri.
"Pak Baskoro ingin mendapatkan jabatan dan memenuhi impian mereka," sambung Bu Yuli dengan suara yang penuh pengertian. "Dia ingin memiliki seorang anak laki-laki untuk melanjutkan nama keluarga."
Sheila merenung sejenak, mencoba memahami kompleksitas situasi yang dihadapi oleh ibunya. Namun, ada satu hal yang masih mengganjal di benaknya.
"Sheila menunjuk pada sebuah foto yang terpampang di dinding. "Siapakah pria ini? Apakah dia Pak Baskoro?"
Bu Yuli menatap foto tersebut dengan pandangan berat. "Ya, itu Pak Baskoro," jawabnya dengan suara yang sedikit teredam.
Sheila merasa terkejut melihat wajah pria yang telah mengubah hidup ibunya. Namun, ada satu pertanyaan lagi yang mengganggu pikirannya.
"Sheila menggigit bibir bawahnya, ragu untuk mengucapkannya. "Bolehkah saya tahu nama lengkap istri Pak Baskoro?"
Bu Yuli menatap Sheila dengan ekspresi yang berubah. "Maaf, Sheila. Tapi saya tidak bisa memberitahumu itu. Sangat berbahaya untuk membahasnya lebih lanjut."
Sheila merasa sedikit kecewa namun juga paham dengan kehati-hatian yang diambil oleh Bu Yuli. Dia mengangguk mengerti, menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya.
Setelah mengucapkan terima kasih kepada Bu Yuli atas waktunya, Sheila dan Agung meninggalkan rumahnya dengan berat hati. Mereka berdua berjalan dengan langkah yang lambat, terseret oleh beratnya beban yang baru saja mereka terima.
Sheila merasa murung, terjebak dalam pikiran yang berputar-putar tentang masa lalu ibunya. Namun, Agung mencoba mengalihkan perhatiannya dengan mengajaknya mengunjungi Candi Prambanan.
"Sheila, mengapa kita tidak mengunjungi Candi Prambanan?" tawar Agung, mencoba menyegarkan pikiran Sheila.
Sheila mengangguk, merasa bahwa kunjungan ke situs bersejarah itu mungkin bisa membantunya melupakan sejenak kekhawatiran dan kekecewaannya. Mereka berdua berjalan menuju Candi Prambanan, sambil menikmati hujan yang mulai turun dan mencari tempat berteduh yang romantis di sepanjang jalan.
Tiba di Candi Prambanan, mereka berdua terpesona oleh keindahan arsitektur kuno dan legenda yang mengelilingi candi tersebut. Mereka berjalan-jalan di antara reruntuhan megah, merasakan kehadiran sejarah yang begitu kuat di sekitar mereka.
Sheila merasa terpesona oleh kemegahan Candi Prambanan. "Ini begitu indah," ucapnya dengan suara yang dipenuhi kekaguman.
Agung tersenyum melihat reaksi Sheila. "Aku senang kamu suka, Sheila. Tempat ini memang luar biasa."
Mereka berdua menikmati waktu mereka di Candi Prambanan, merasakan ketenangan dan keindahan yang tersirat dari setiap pahatan batu candi. Hujan yang turun semakin menambah suasana romantis di antara mereka, menciptakan momen yang tak terlupakan di antara reruntuhan kuno itu.
Saat mereka berjalan-jalan di sekitar Candi Prambanan, Agung menyadari bahwa momen ini bisa menjadi kesempatan untuk menghibur Sheila dengan rayuannya yang khas. Dengan senyum khasnya, dia mendekati Sheila dengan langkah yang percaya diri.
"Sheila, tahukah kamu bahwa legenda tentang Candi Prambanan memiliki kisah cinta yang sangat kuat?" ucap Agung dengan suara yang lembut, matanya berbinar-binar.
Sheila menatapnya dengan rasa ingin tahu. "Oh, benarkah? Ceritakan padaku," jawabnya dengan antusias.
Agung tersenyum, mengetahui bahwa dia telah menarik perhatian Sheila. "Menurut legenda, Candi Prambanan dibangun sebagai penghormatan atas kisah cinta antara Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso," ceritanya dengan penuh semangat.
Sheila mendengarkan dengan penuh kagum, tertarik dengan cerita cinta dari masa lalu yang begitu kaya akan makna. "Dan apa yang terjadi pada mereka?" tanyanya dengan penasaran.
Agung melirik Sheila dengan tatapan penuh arti. "Kisah cinta mereka penuh dengan rintangan dan pengorbanan, tetapi pada akhirnya, kekuatan cinta mereka berhasil mengatasi segalanya," ucapnya dengan lembut.
Agung tersenyum, mendekati Sheila dengan langkah yang lembut. "Pesan dari kisah mereka adalah bahwa cinta sejati selalu mengatasi segala rintangan, dan kadang-kadang, kita harus bersedia berkorban untuk orang yang kita cintai," ujarnya dengan penuh perasaan.
Sheila merasakan getaran yang hangat di dalam dadanya, terpukau oleh kata-kata dan rayuan Agung. Dia merasa seperti terpesona oleh pesona Candi Prambanan dan cerita cinta yang diutarakan Agung.
Mereka berdua kemudian melanjutkan penjelajahan mereka di sekitar candi, tetapi momen itu tetap terpatri dalam ingatan mereka. Bagi Sheila, itu bukan hanya cerita tentang legenda candi, tetapi juga tentang kehangatan dan cinta yang dia rasakan bersama Agung di tengah-tengah keindahan alam dan sejarah.
Meskipun masih terbayang oleh kisah masa lalu yang baru saja mereka dengar, Sheila dan Agung merasa sedikit lega bisa melupakan sejenak kekhawatiran mereka di tengah-tengah keindahan Candi Prambanan. Mereka berdua tahu bahwa petualangan mereka belum berakhir, tetapi setidaknya mereka bisa menikmati momen damai ini bersama-sama, sementara mereka mempersiapkan diri untuk menghadapi apa pun yang akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luc(k)ursed Sheila [Completed]
RomanceTerkadang bertahan hidup tidak terasa beruntung. Terutama ketika Anda satu-satunya yang selamat... Enam belas tahun yang lalu. Pada usia tujuh tahun, Sheila selamat dari rubuhnya sebuah hotel mewah yang menewaskan ratusan orang-termasuk ibunya. Keti...