Sheila kembali ke apartemen setelah malam yang tegang di rumah pamannya, dan Agung masih ada di sana menunggunya. Mereka duduk bersama di ruang tamu, dikelilingi oleh segala hal yang mereka bawa dari ruangan rahasia di rumah pamannya. Agung memegang diary ibu Sheila dengan penuh perhatian, sementara Sheila duduk di sebelahnya, menatap foto-foto masa lalu dengan campuran perasaan penasaran dan cemas.
"Dengan semua yang kita temukan di ruangan itu, kita mungkin bisa menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang kita miliki," kata Agung dengan serius, memecah keheningan di antara mereka.
Sheila mengangguk, merasa tegang dengan apa yang mungkin mereka temukan. "Aku rasa kita harus mulai dari diary ibuku," ucapnya, mengambil diary dari tangan Agung.
Mereka membuka diary itu bersama-sama, membalik halaman-halaman yang usang dan penuh dengan tulisan tangan ibu Sheila. Dan dalam suatu halaman tertulislah, mereka terhipnotis oleh cerita yang terungkap di dalamnya.
Sheila memegang diari ibunya dengan gemetar, matanya terpaku pada setiap kata yang tertulis di dalamnya. Lembaran putih itu menjadi jendela ke masa lalu yang tersembunyi, membawa rahasia yang telah lama terpendam.
Di dalam diary itu, terdapat kisah cinta yang terlarang antara ibunya, yang bernama Mas BC, dan seorang pria yang begitu dicintainya. Mereka bertemu di tempat yang sunyi, di bawah cahaya rembulan yang melambai, dan cinta mereka mekar seperti bunga yang tumbuh di padang rumput yang subur.
Namun, saat Sheila lahir, segalanya berubah. Ayahnya, Mas BC, yang dulunya hangat dan penuh kasih, tiba-tiba menjadi dingin dan jauh. Ibunya merasa seperti kehilangan sebagian dari dirinya yang paling berharga. Namun, dalam pencarian jawaban atas perubahan itu, ibunya menemukan rahasia yang telah disembunyikan oleh Mas BC.
Mas BC memberi biaya dan saham kepada pamannya Sheila, memberinya tanggung jawab untuk mengembangkannya. Pamannya adalah sosok yang baik hati, selalu ada di samping ibunya dalam suka dan duka. Namun, yang mengejutkan, pamannya juga memiliki hubungan yang dulu dengan ayah Sheila, yang membuat segalanya menjadi semakin rumit.
Ibunya menuliskan semua ini dalam diarynya, dengan harapan bahwa Sheila akan mengetahui kebenaran di balik cerita hidupnya kelak. Meskipun ibunya tidak bisa berada di sampingnya secara fisik, dia berharap bahwa kata-katanya akan memberinya kekuatan dan kebijaksanaan untuk menghadapi masa depannya dengan kepala tegak dan hati yang kuat.
Sekarang, tanggung jawab untuk membongkar misteri ini jatuh ke pundak Sheila. Dia merasa beban yang berat saat menyadari bahwa dia harus menghadapi kebenaran dan konsekuensinya. Namun, dalam kegelapan yang menghantui, dia merasa bahwa ibunya akan selalu ada di sampingnya, memberinya keberanian untuk melangkah maju.
"Sial," gumam Agung, mencoba memproses informasi yang mereka baca. "Ini sungguh tragis."
Sheila meraih tangannya, merasa terharu oleh dukungan dan kehadirannya. "Aku tidak pernah tahu tentang hubungan ibu dan ayahku," ucapnya dengan suara serak.
Agung menatap Sheila dengan penuh kehangatan. "Aku di sini untukmu, Sheila. Kita akan melalui ini bersama-sama."
Setelah membaca diary ibu Sheila, mereka melanjutkan untuk memeriksa foto-foto dan dokumen lainnya yang mereka temukan. Mereka menemukan catatan tabungan pamannya yang mengungkapkan transfer dana yang teratur dari sumber yang sama, yang kemungkinan besar berasal dari seorang wanita bernama Amelia.
"Ini semakin rumit," ucap Agung, menggelengkan kepala dengan frustrasi.
Sheila menggigit bibirnya, mencoba menahan emosinya yang meluap-luap. "Paman tidak pernah memberi tahu aku tentang semua ini," desisnya dengan suara penuh kesedihan.
Mereka duduk berdampingan di ruang tamu yang redup, terpaku oleh rasa keterkejutan dan kebingungan atas apa yang mereka temukan. Namun, meskipun misteri-misteri yang terungkap membuat mereka merasa terombang-ambing, mereka juga merasa semakin dekat satu sama lain karena perjuangan mereka melalui semua ini bersama-sama.
Saat lelah mulai menghantui mereka, Sheila dan Agung merasa bahwa mereka tidak bisa lagi menahan mata mereka tetap terbuka. Mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak, dengan harapan bahwa mereka akan mendapatkan jawaban yang mereka cari setelah istirahat yang cukup.
Dalam kelelahan yang menyelimuti mereka, Sheila merasa bahwa dia tidak bisa meninggalkan Agung sendirian di ruang tamu. Dia meraih selimut dari sofa dan melingkarkan ke tubuhnya dan Agung.
Saat Agung tertidur, Sheila menyelinap keluar untuk mengambil air minum di dapur. Namun, saat dia kembali, dia melihat keringat di dahi Agung. Tanpa berpikir panjang, Sheila mengambil kain dan mulai mengelap keringat itu dengan lembut.
Agung, yang terbangun oleh sentuhan lembut Sheila, terkejut saat menyadari apa yang sedang terjadi. Dia merasa hatinya berdebar kencang, tidak hanya karena sentuhan fisik Sheila yang menyentuhnya, tetapi juga karena perasaan yang tumbuh di dalam dirinya.
Saat Sheila selesai mengelap keringatnya, dia kembali duduk di samping Agung, tersenyum kecil. Namun, sebelum dia bisa mengucapkan sepatah kata pun, delivery makanan tiba, mengakhiri momen yang hampir romantis itu dengan cepat.
Mereka berdua tertawa kecil saat mereka menyiapkan makan malam mereka, tetapi ada ketegangan yang terasa di udara setelah momen yang hampir terjadi di antara mereka. Meskipun begitu, mereka tahu bahwa malam itu telah membawa mereka lebih dekat satu sama lain, dan mereka siap untuk menghadapi apa pun yang mungkin terjadi selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luc(k)ursed Sheila [Completed]
RomanceTerkadang bertahan hidup tidak terasa beruntung. Terutama ketika Anda satu-satunya yang selamat... Enam belas tahun yang lalu. Pada usia tujuh tahun, Sheila selamat dari rubuhnya sebuah hotel mewah yang menewaskan ratusan orang-termasuk ibunya. Keti...